PDI-P: Sulit Berkoalisi dengan Demokrat

Calon Presiden PDIP Joko WIdodo (tengah), didamping Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan Panda Nababan
Calon Presiden PDIP Joko WIdodo (tengah), didamping Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan Panda Nababan

Jakarta, Floresa.co – Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Tjahjo Kumolo menyatakan, peluang PDI Perjuangan berkoalisi dengan Demokrat pada Pilpres 2014 cenderung sempit. Sebab, PDI-P telah memutuskan Joko Widodo sebagai bakal capresnya, dan Demokrat memiliki 11 kandidat konvensi, yang salah satunya akan diusung menjadi bakal capres.

“Kami menghormati konvensi, tapi tentu saja kerja sama menjadi terkendala ketika Demokrat memiliki capres sendiri. Hampir semua peserta konvensi menyatakan bahwa mereka ikut konvensi untuk menjadi calon presiden,” kata Tjahjo di Jakarta, Senin (28/4/2014).

Meski begitu, Tjahjo menyatakan diri tetap terbuka dengan semua partai, termasuk Partai Demokrat. Komunikasi politik tetap berjalan baik, meski ada ganjalan dari panasnya hubungan masing-masing ketua umum partai tersebut.

Tjahjo menjelaskan, komunikasi antara PDI-P dan Demokrat berjalan baik, meski masing-masing partai ada di ruang terpisah, PDI-P di luar pemerintahan dan Demokrat sebagai pengendali kekuasaan. Ia mengambil contoh bagaimana hubungan PDI-P dengan Demokrat di parlemen tetap efektif dan perbedaan pandangan selalu dilandasi argumentasi yang konstruktif.

“Barangkali terhadap hal-hal konstruktif yang sudah terjalin belum sempat dilaporkan ke Presiden SBY oleh kader Partai Demokrat. Akibatnya, Presiden SBY masih merasa bahwa komunikasi antara kedua partai belum berjalan baik,” kata Tjahjo.

Tjahjo melanjutkan, pihaknya menyambut positif munculnya suara dari internal Demokrat yang mengatakan hubungan antara Megawati dan SBY akan segera mencair. Baginya, hal itu dianggap sebagai langkah untuk menjajaki kembali hubungan politik dalam menghadapi Pemilu Presiden 2014.

Diberitakan sebelumnya, Presiden SBY menyampaikan bahwa sejak lama dirinya ingin berkomunikasi dengan Megawati. Ia berharap, komunikasi dengan Megawati bisa terjadi seperti halnya komunikasi yang ia lakukan dengan tokoh-tokoh partai politik lain.

SBY adalah mantan Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Komunikasi keduanya memburuk jelang Pemilu Presiden 2004. Megawati menilai SBY tidak terbuka soal manuvernya kala itu yang mendirikan Partai Demokrat dan maju sebagai calon presiden. Komunikasi yang buntu itu berlanjut hingga saat ini.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini