Hanya Pantai Pede yang Tersisah untuk Publik

Labuan Bajo, Floresa.co – Membanggakan Labuan Bajo di Manggarai Barat sebagai destinasi wisata favorit di NTT boleh jadi hanya pepesan kosong. Karena tempat-tempat menawan di kota ini dan sekitarnya sudah dikapling jadi miliki orang-orang berduit.

Masyarakat lokal kian tersingkir dan tidak lama lagi hanya menjadi penonton. Di pantai-pantai indah di kota yang terletak di ujung barat Pulau Flores ini sudah bangun hotel-hotel. Masyarakat pun tak bisa leluasa menikmati panorama pantai.

Itulah sebabnya, sejak beberapa bulan lalu sejumlah komunitas orang muda di Labuan Bajo begitu gigih mempertahankan Pantai Pede yang hendak diserahkan pengelolaannya kepada inevstor swasta.

“Sudah tidak ada ruang publik di kota Labuan Bajo ini”, kata Ramses Lalongkoe dari komunitas Institut Lintas Studi saat beraudiensi dengan Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dulla pada Selasa (17/12/2014).

Ramses menyebut kian menjamurnya hotel-hotel di daerah yang dulu jadi tempat bermain warga Labuan Bajo. “Inilah yang membuat masyarakat sesalkan,”, ujarnya.

Marta Muslin Tulis dari komunitas Bolo Lobo mengungkapkan hal yang sama. “Kami sudah tidak punya tempat main lagi sekarang. Kami mau ke Binongko, mereka sudah naik tembok lagi sekarang. Kalau kita lihat dari jalan mereka sudah mau naik tembok di sana termasuk di Wae Cecu dan sekitarnya. Jangan masuk, kalau masuk kena semprit dari sekuriti,”ujar Marta.

Dia mengatakan kini tinggal Pantai Pede yang tersisah, tempat yang masih bisa dengan bebas dikunjungi masyarakat.

“Selama ini kami punya tempat main hanya Pede. Itu saja yang tersisa di dalam kota,”ujarnya.

Menurut Marta, banyak hal yang bisa dilakukan oleh anak muda di Manggarai Barat di Pantai Pede asalkan Bupati Dulla bisa memperjuangkan agar rencana pemerintah Provinsi NTT untuk menyerahkan pengelolaan pantai tersebut ke swasta dibatalkan.

“Kita bisa buat Manggarai Barat ini jauh lebih maju melalui aspirasi anak muda yang bisa disalurkan kalau bapak tidak kasih itu pantai ke investor,”tandasnya.

Di hadapan Bupati Dulla, Marta mengatakan bersama komunitas muda lainnya mereka sudah menggalang petisi di media sosial untuk menolak rencana privatisasi Pantai Pede ini. Petisi tersebut sudah ditandatangani ribuan orang.

Bahkan turis-turus mancanegra, kata Marta, juga ikut mendukung petisi tersebut.  “Karena mereka sebenarnya juga tidak suka dengan privatisasi yang ada di bgaian Binongko dan sekitarnya,”ujarnya.

Sayangnya, Bupati Dulla yang ditantang untuk ikut berjuang bersama masyarakat menolak rencana privatisasi Pantai Pede ini memilih cuci tangan. Dengan alasan Pantai Pede merupakan aset provinsi, Dulla lebih memilih menjadi mediator antara masyarakat dan gubernur.

“Omong tentang pantai pede, kalau diminta saya ikut berjuang melawan gubernur, saya minta maaf. Saya bupati, kalau saya pensiunan bupati, mungkin,” tandas Dulla. (PTD/Floresa)

 

spot_img
spot_img

Artikel Terkini