Ini Kata Bupati Rotok Tentang Pater Malen SVD

Bupati Manggarai, Cristian Rotok
Bupati Manggarai, Cristian Rotok

Ruteng, Floresa.co – Cristian Rotok, Bupati Manggarai-Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menilai sosok Pastor Yan V Roosmalen SVD, pendiri Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Santo Paulus Ruteng yang biasa disapa Pater Malen sebagai sosok yang patut diteladani.

“Pater Malen itu sosok motivator dalam dunia pendidikan dan misionaris sejati yang wajib ditiru,” tutur Rotok kepada Floresa.co, Kamis (25/12/14) malam.

Rotok menjelaskan, pastor kelahiran 27 Agustus 1920 di Vevhel, Paroki Eerde, Propinsi N Brabant-Belanda itu sudah diberikan penghargaan oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai sebagai tokoh pendidikan dan sosok yang berjasa bagi daerah itu. Dan itu sudah ditetapkan dalam sebuah Peraturan Daerah (Perda).

“Dia sudah diberi cincin 22 karat sebagai penghargaan oleh Pemkab Manggarai di Zaman Pak Gaspar Parang Ehok jadi Bupati Manggarai,” tutur Rotok.

Selain berjasa di bidang pendidikan, demikian lanjut Rotok, sosok Pater Malen dan misionaris dari Eropa pada umumnya menjadi figur-figur yang perlu diteladani dalam upaya pewartaan Gereja Katolik oleh para imam.

Para misionaris asal Eropa zaman dahulu, sebut Bupati Manggarai dua periode itu, tidak hanya mengagungkan dan menyerahkan estafet kepemimpinan dalam pewartaan tetapi langsung menyatuh hal-hal praktis demi kesejahteraan umatnya.

Sebelumnya diberitakan, Pater Malen meninggal dunia di komunitas dosen STKIP tepat pukul 10.00 Wita, Rabu (24/12/2014) pada usia yang ke-94 tahun.

Saat ditemui Floresa.co, Pastor Pit Pedo Neo, SVD, rekan tetangga kamar Pater Malen mengungkapkan, Pastor Malen sudah menderita sakit sejak dua tahun lalu. Namun kata dia, menurut keterangan dokter yang pernah memeriksa Pater Malen, ia sakit lantaran termakan usia.

“Dokter tidak temukan penyakitnya. Namun, rupanya ia sakit karena sudah tua hingga membuat beberapa organ tubuhnya tidak berfungsi,” ujar Pastor Pit.

Selama sakit, cerita Pastor Pit, Pater Malen sering menolak tawaran untuk berobat di Rumah Sakit. Ia lebih memilih berobat di kamar pribadinya sebab dinilai sangat aman dan nyaman.

“Kondisi beliau (Pater Malen) semakin memburuk sejak dua hari terakhir, dan kemarin sore beliau meminta karyawati yang juga perawat pribadinya memberikan secarik kertas untuk menuliskan pesan terakhir,” ungkap Pastor Pit yang juga seorang dosen di kampus itu.

Namun, hingga Pater Malen mengakhiri hidupnya surat yang diambil perawat itu pun belum diketahui isinya.

Kepergian Pater Malen menjadi duka mendalam bagi komunitas STKIP Ruteng dan masyarakat Manggarai pada umumnya.

Selain sebagai pendiri STKIP Ruteng pada tahun 1959, Pastor Malen juga pendiri SMP Tubi pada tahun 1950 – yang sekarang menjadi SMPN 1 Langke Rembong,. (ADB/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini