Ada Apa Dengan Pak Kapolres Manggarai?

Kapolres Manggarai M Ischaq Said
Kapolres Manggarai M Ischaq Said

Floresa.co – Pekan lalu, tepatnya pada Selasa (22/12/2014), Kapolres Manggarai M Ishaaq Said marah-marah pada wartawan. Luapan emosi Pak Kapolres muncul karena ramainya pemberitaan soal mobil Pajero Sport yang diberikan oleh Pemda Manggarai Timur (Matim) kepada institusi kepolisian itu.

Masalah mobil itu memang sudah lama jadi polemik. Sejumlah aktivis, mahasiswa dan tentu saja masyarakat umum mempertanyakan alasan pengadaan mobil seharga Rp 400 juta itu.

Ada beragam alasan, salah satunya adalah dugaan adanya konflik kepentingan, mengingat mobil itu diberikan saat Polres Manggarai sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi 21 Miliar dana APBD Perubahan 2012 Matim.

Dugaan itu seakan terkonfirmasi, karena pejabat publik di Matim pun bingung ketika ditanya media. Kita bisa simak jawaban beragam dari Kabag Umum, Sekda Matim Matheus Ola Beda dan Bupati Tote perihal status pemberian mobil itu.

Tote memang menyatakan rencana pembelian mobil itu sudah dibahas di DPRD, sebagaimana juga argumentasi Kapolres Ischaq, tetapi, kita juga dengar sendiri, seperti apa bantahan dari anggota DPRD Matim periode 2009-2014, termasuk Ketua DPRD Yohanes Nahas.

DPRD mengaku sama sekali tidak tahu soal pembelian mobil itu.

Pak Kapolres seharusnya tidak perlu marah dengan para wartawan, yang meminta informasi terkait mobil itu.Yang perlu dilakukan adalah memberi penjelasan sejelas-jelasnya, bila memang menganggap berita yang selama ini beredar kacangan.

Sederhananya begini, kalau memang itu kacangan, lalu mana berita seharusnya. Luapan emosi Pak Kapolres, justeru menjauhkan dia dari kesempatan untuk memberi penjelasan yang baik dan meyakinkan, sehingga para wartawan tidak kemudian bingung, kok ditanya lain, jawabannya malah lain.

Marah-marah dengan tingkah sedikit ikut gaya preman, justeru membuat publik makin curiga bahwa memang ada yang tidak beres. Apalagi argumentasi Pak Kapolres bahwa pengadaan mobil itu ibarat pemberian kepada fakir miskin dan yatim piatu tidak hanya terkesan aneh tapi lucu.

Karena, benarkah Polres Manggarai itu fakir miskin. Warga Matim di kampung-kampung yang hidup dengan berharap dari hasil kerja di sawah dan ladang, yang bila ke kota harus berdesak-desakan di bis tua, yang sebetulnya lebih butuh uang 400 juta itu akan geleng-geleng kepala mendengar itu. Karena ya, faktanya, mereka itu masih susah cari makan dan mereka itu yang pas dikategorikan fakir miskin, bukan sebuah institusi yang masih punya banyak mobil parkir di garasi, lalu kemudian beli mobil baru yang harganya sangat mahal itu.

Sejatinya, tugas institusi negara, termasuk kepolisian, adalah berupaya mewujudkan apa yang kita sebut sebagai kesejahteraan bersama. Dan, media, sebagai salah satu alat kontrol sosial serta pilar demokrasi, juga menjalankan perannya dalam rangka itu.

Lantas, Pak Kapolres kiranya butuh belajar lebih banyak, pola relasi seperti apa yang seharusnya dibangun dengan media.

Kalau misalnya berhadapan dengan para wartawan, mereka banyak tanya, ya, itu sudah hal yang melekat dari tugas mereka, guna mendapat informasi cukup untuk kemudian disampaikan ke publik.

Jadi, Pak Kapolres hanya perlu menjawab saja, sejelas-jelasnya dan silahkan bantah berita-berita yang disebut kacangan, dengan penjelasan-penjelasan meyakinkan, tapi, sekali lagi, bukan dengan marahan.

Karena, marah kerap dijadikan sebagai tameng agar apa yang ditutup-tutupi tidak terungkap.

spot_img

Artikel Terkini