Buru Waktu Ikut Apel, 2 Bidan dan 1 Pegawai Dinsos Matim Alami Kecelakaan Maut

Kondisi TKP Paska Penabrakan. Warga dan Polisi mengerumuni motor korban.
Kondisi TKP Paska Penabrakan. Warga dan Polisi mengerumuni motor korban.

Borong, Floresa.co – Naas menimpa dua bidan dan satu pegawai dari Dinas Sosial (Dinsos), Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur pada Selasa (20/1/2015) lalu. Ketiganya yang berniat mengikuti apel, dua bidan di Borong dan yang lain di Lehong, terlibat kecelakaan maut di daerah Kampung Kembur, Kecamatan Borong, yang menyebabkan satu orang meninggal dan dua lainnya sedang dirawat di rumah sakit karena luka parah.

Salah seorang sumber Floresa.co yang berada di lokasi kejadiaan saat peristiwa itu menuturkan, ketiga korban bernama Agnestina Juinda (Nelci) dan Marni yaitu bidan di Pustu Mbeling-Rehes, Desa Gurung Liwut. Sedangkan yang lain adalah pegawai di Dinsos Matim.

Nelci dan pegawai Dinas Sosial itu saat ini sedang dalam pemulihan kesehatan, sedangkan Marni telah dikebumikan.

“Kecelakaan itu terjadi saat kedua perawat hendak menuju tempat upacara bendera. Marni meninggal dunia sedangkan Nelci dan pegawai Dinsos tersebut dalam kondisi kritis”, tuturnya.

Insiden itu bermula saat Nelci dan Marni hendak menuju Puskesmas Borong untuk mengikuti upacara bendera bersama dengan kepala Puskesmas. Sementara pegawai Dinsos tersebut hendak menuju kantornya di Lehong, ibukota Matim. Jarak Pustu Mbeling-Rehes adalah sekitar 15 km dari Puskesmas Borong.

Saat itu, Nelci dan Marni menggunakan sepeda motor. Di Kembur, sekitar 8 km dari Pustu Mbeling, keduanya ditabrak oleh pegawai Dinsos, yang pada saat bersamaan melaju berlawanan arah ke utara.

Sumber Floresa.co menuturkan, warga di sekitar lokasi kejadian sangat kesal, setelah mengetahui bahwa kedua bidan tersebut hendak mengikuti upacara bendera bersama di Puskesmas Borong.

“Seandainya mereka tidak buru-buru mengikuti upacara bendera, mungkin kedua perawat dan pegawai Dinsos tersebut tidak mengalami kecelakaaan. Apalagi, jarak Pustu Mbeling dengan Puskesmas Borong cukup jauh. Masa, hanya untuk mengikuti upacara seperti itu, mereka harus jauh-jauh datang dari Pustu Mbeling,” katanya.

Salah seorang warga Mbeling-Rehes juga mengatakan hal serupa. Ia kecewa mengapa kedua bidan tersebut diharuskan mengikuti upacara bendera.

Kecelakaan yang menimpa keduanya, tuturnya, kehilangan bagi masyarakat seputaran Mbeling-Rehes yang selama ini telah mendapatkan pelayanan di Pustu Mbeling.

Peristiwa tersebut, jelas dia, harus menjadi pelajaran bagi Kepala Puskesmas Borong, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Sosial dan Pemda Matim untuk untuk lebih rasional dalam membuat kebijakan.

“Kepada Kepala Puskesmas Borong dan Kadis terkait dianjurkan agar pegawi di Pustu-Mbeling tidak lagi mengikuti upacara bendera di Borong, karena sifanya yang seremonial. Sebenarnya, ada yang lebih penting dari upacara bendera, yaitu melayani pasien,” tegasnya.

Nelci berasal dari Warat, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong. Sementara Marni berasal dari Tenda, Ruteng dan pegawai Dinsos berasal dari Mukun, Kecamatan Kota Komba. (ARJ/Floresa).

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini