Aktivis: Ada Mafia Pupuk Subsidi di Mabar

Kris Bheda Somerpes
Kris Bheda Somerpes

Labuan Bajo, Floresa.co – Kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi di Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Flores diduga terjadi karena ada permainan para mafia pupuk. Mereka mencari untung dari penjualan pupuk bersubsidi.

“Kelangkaan pupuk dan input produksi pertanian lainnya seperti benih dan obat-obatan salah satunya adalah karena proses distribusi yang tidak berjalan maksimal, ada indikasi “mafia” di sana yang dimainkan oleh tiga pihak,”ujar Kris Bheda Somerpes, aktifis dari Sunspirit, sebuah LSM yang berbasis di Labuan Bajo, kepada Floresa.co, Selasa (10/3/2015).

Tiga pihak yang dimaksudkan Kris adalah beberapa kelompok tani bentukan atau kelompok jadi-jadian, pemodal/rentenir dan petugas penyuluhan pertanian lapangan atau PPL.

“Di Lembor fakta itu ada dan ini adalah pengakuan para petani sendiri,”ujarnya.

Kris mengatakan ada kelompok tani yang dibentuk hanya untuk mendapat bantuan pemerintah, tetapi anggota kelompoknya sendiri adalah fiktif. “Soalnya adalah pemerintah tidak melakukan re-chek terhadap semua kelompok tani yang selama ini ada. Banyak kelompok tani jadi-jadian,”tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah petani di Kecamatan Lembor, daerah sentra produksi padi di NTT, mengeluh kesulitan mendapatkan pupuk subsidi di tingkat pengecer.

Ketua Kelompok Tani Maju Bersama di Desa Poco Rutang, Muhamad Ibrahim misalnya pada pekan lalu harus ke Labuan Bajo untuk mencari pupuk. Dia mendatangi distributor pupuk di Labuan Bajo.

Namun, pihak distributor mengaku petani tidak bisa membeli langsung ke distributor tetapi harus ke pengecer. Di Lembor sendiri ada tiga pengcer pupuk bersubsidi.

Persoalannya, menurut Ibrahim di pengcer tidak ada persediaan pupuk. Padahal, pihak ditributor mengaku sudah mengirimkan pupuk ke Lembor.

Charles Suherman, distributor pupuk bersubsidi di Labuan Bajo ketika dikonfirmasi Floresa.co membenarkan bahwa pupuk sudah dikirim ke Lembor. Charles juga membenarkan Muhamad Ibrahim mendatangi tokonya untuk membeli pupuk.

Namun, menurut Charles kelompok tani harus membeli pupuk di pengecer. Tidak bisa langsung ke distributor. “Aturannya seperti itu,”tandasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat Anggalus Apul mengatakan kelangkaan pupuk di Manggarai Barat termasuk di Lembor terjadi karena kuota pupuk yang ditetapkan pemerintah pusat lebih sedikit dibandingkan kebutuhan.

Anggalus mengatakan total kebutuhan pupuk di Manggarai Barat tahun ini berdasarakan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) mencapai 14.000 ton lebih. Namun, kuota yang ditetapkan pemerintah pusat hanya 5. 454,75 ton.

Namun, keterangan Anggalus tak lantas menghilangkan kecurigaan ada pihak yang mempermainkan distribusi pupuk.

Muhamad Ibramih misalnya mengakui ketika dirinya sedang berada di Labuan Bajo untuk mencari pupuk pada pekan lalu, dia justru mendapat kabar dari sejumlah temannya bahwa di Lembor ada yang menjual pupuk dengan harga non subsidi.

Pupuk subsidi ini bukan tak mungkin rawan manipulasi. Paslanya, harganya lebih murah. Pupuk urea misalnya, di tingkat petani dijual dengan harga Rp 1.800 per kg. Kalau tanpa subsidi biasnaya dijual dengan harga Rp 3.000 per kg. (PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini