Romo Max Regus: Teror Biasanya Jalan Terakhir untuk Memaksakan Kehendak

Floresa.co – Romo Max Regus Pr, imam cendekiawan asal Manggarai yang kini sedang menempuh studi di Belanda menyatakan kecaman terhadap aksi teror terhadap aktivis yang menolak privatisasi Pantai Pede di Labuan Bajo.

Ia mengatakan, apa yang terjadi dengan rumah Fery Adu di Labuan Bajo adalah jalan yang diambil oleh mereka yang kesulitan mencari argumentasi untuk membenarkan upaya privatisasi Pantai Pede.

“Teror kepada aktivis yang melawan kebijakan pembangunan yang opresif dan otoriter adalah gambaran dari kebuntuan logika berpikir karena kekerasan tidak punya tempat dalam akal sehat,” kata Romo Max kepada Floresa.co, Minggu (14/6/2015).

Sebelumnya dilaporkan bahwa, rumah Fery dilempar oleh orang tak dikenal (OTK) pada Minggu malam, sekitar pukul 21.45 Wita.

Menurut Romo Max, peneror sedang bicara kepada masyarakat kebanyakan bahwa begitulah perlakuan yang diterima masyarakat jika mengambil bagian dalam gerakan perlawanan.

“Mungkin bukan hanya rumah yang disasar, tetapi juga soal-soal privat lainnya,” katanya.

Tapi, menurut dia, teror biasanya adalah jalan terakhir yang ditempuh dalam konteks memaksakan kehendak politik secara brutal dan beringas.

“Jika kawan-kawan aktivis bisa bertahan dan membangun solidaritas, memperkuat koneksitas dengan publik, maka hampir dapat dipastikan, ini juga adalah tanda-tanda kekalahan dari setiap kuasa yang yang tuli dan dan buta terhadap suara dan penolakan,” tegasnya.

Menurut dia, komunitas aktivis bisa mereproduksi teror ini sebagai bumerang bagi tangan-tangan kekuasaan yang bersembunyi di baliknya.

“Dalam sejarah, teror selalu merupakan produk kekuasaan sedang perubahan sosial selalu muncul dari basis massa atau rakyat,” tegasnya.

Romo Max merupakan salah satu imam yang secara eksplisit menolak langkah Gubernur NTT Frans Lebu Raya menyerahkan pantai itu kepada investor.

Lebu Raya yang meyakini bahwa Pantai Pede adalah aset provinsi telah menyerahkan pengelolaannya kepada PT Sarana Investama Manggabar (PT SIM), perusahan milik Ketua DPRD Setya Novanto untuk pembangunan hotel berbintang.

Beberapa waktu lalu, Romo Max bersama rekannya Cypri Dale yang kini menempuh studi di Swiss menulis surat terbuka, di mana mereka menyebut apa yang dilakukan Lebu Raya dan Novanto sebagai tindakan brutal.

“Konspirasi yang sedang Anda jalankan atas nama pembangunan dan investasi di NTT adalah brutal dan tidak bisa ditolerir,” tegas mereka dalam sebuah surat terbuka yang diterima Floresa.co, Rabu (20/5/2015). (Ari D/ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini