Cerita dari Pameran Puncak Sinode: Atraksi THS/THM dan Kolaborasi Sanpio-Smansa yang Memukau

Para siswa Seminari Kisol sedang membawakan pantomim, bagian dari rangkaian acara penutupan Sinode III Keuskupan Ruteng, Jumat (17/7/2015)
Para siswa Seminari Kisol sedang membawakan pantomim, bagian dari rangkaian acara penutupan Sinode III Keuskupan Ruteng, Jumat (17/7/2015)

Ruteng, Floresa.co –  Ada yang berbeda dari pegelaran pentas musik dan seni pada puncak Sinode III Keuskupan Ruteng, Jumat malam lalu (17/07/2015).

Jika pada malam-malam sebelumnya, sebagian besar acara diisi dengan menari dan menyanyi, maka pada malam itu acara serupa disajikan, namun dengan konsep yang berbeda.

Yang berhasil membuat suasana jadi sungguh berkesan adalah penampilan dari THS/THM Distrik Keuskupan Ruteng dan kolaborasi siswa Seminari Pius XII Kisol (Sanpio) dan siswa/i SMA Negeri I Ruteng (Smansa).

Atraksi THS/THM

Acara malam itu berupa konser. Namun, sebagai pembuka, kelompk THS/THM membawakan atraksi.

Mereka antara lain menunjukkan kemampuan memecahkan botol berisi air, dengan menggunakan kaki dan tangan.

Atraksi selanjutnya yang paling menghibur adalah menggilas tubuh dengan motor.

Pada atraksi ini, seorang anggota THS/THM tanpa menggunakan baju, berbaring dan kemudian sebuah sepeda motor melindasnya.

Salah seorang anggota THS/THM berbaring dan di atasnya dipasang papan yang dipasang paku, dengan bagian lancip menghadap ke tubuhnya. (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Salah seorang anggota THS/THM berbaring dan di atasnya dipasang papan yang dipasang paku, dengan bagian lancip menghadap ke tubuhnya. (Foto: Evan Lahur/Floresa)

Yang menambah decak kagum, tubuh anggota ini ditempatkan di atas papan yang sudah dipasang paku, di mana ujung lancip paku mengarah ke tubuhnya.

Dominikus Padur, koordinator THS/THM Distrik Keuskupan Ruteng mengatakan, kunci dalam atraksi ini terletak pada olah nafas.

“Atraksi penggilasan ini berangkat dari teknik olah nafas dengan taruhan nyawa dan tentunya dengan keyakinan tinggi. Waktu digilas oleh motor, rasa sakit tidak dirasa,” jelasnya kepada Floresa.co, usai membawakan acara itu.

Ia menambahkan, atraksi serupa pernah mereka lakukan sebelumnya, dengan tantangan yang lebih besar, di mana tubuh salah satu anggota dilindas dengan mobil.

“Siapa pun dari anggota kami bisa melakukannya. Pertanyaannya ialah siapa yang terbesar diantara kami? Yang terbesar diantara kami ialah Tuhan Yesus dan Bunda Maria,” katanya.

Band Sanpio-Smansa

Acara selanjutnya yang ditunggu-tunggu penonton adalah kolaborasi Sanpio dan Smansa.

Sejak acara dibuka oleh atraksi kelompok THS/THM, ratusan penonton telah memenuhi area seputar panggung.

Kolaborasi dua sekolah ini dibuka oleh penampilan Sanpio Band, dengan tiga penyanyi dari Smansa.

Suara merdu para penyanyi membuat penonton mampu bertahan mengitari halaman parkir Gereja Katedral Ruteng, di tengah suasana malam yang dingin.

Band SMA Sanpio berkolaborasi dengan penyanyi dari Smansa (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Band SMA Sanpio berkolaborasi dengan penyanyi dari Smansa (Foto: Evan Lahur/Floresa)

Selain kolaborasi band, ada juga kolaborasi paduan suara yang beranggotakan para siswa/i dari dua sekolah itu.

Pantomim

Sementara itu, satu mata acara yang sangat menghibur penonton tak lain ialah pantomim.

Mata acara yang menghadirkan gerakan lincah para pemain memberi kesan berbeda dari berbagai acara yang telah dihadirkan pada malam-malam sebelumnya.

Vergi Oktavianus, siswa kelas III SMA Seminari Kisol menjelaskan cerita yang dibawakan dalam pantomim ini merupakan kisah kehidupan para seminaris itu sendiri.

“Adegan pertama yang kami bawakan ialah saat kami bangun tidur. Adegan kedua yakni situasi di kamar makan. Adegan ketiga berupa tantangan untuk tidak mencuri buah-buahan dan adegan keeempat ialah tantangan soal wanita, cinta” jelas siswa jurusan IPS ini.

Vergi menambahkan, jumlah pemain pantomim ini tiga orang. Selain dirinya, juga ada Johan Dampuk dan Nensi Arwan.

Bagian dari adegan pantomim siswa Sanpio (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Bagian dari adegan pantomim siswa Sanpio (Foto: Evan Lahur/Floresa)

“Awalnya dari pembina mencari siapa yang bisa membawa pantomim dan kami bertiga dipilih. Ini merupakan penampilan kami yang ketiga setelah sebelumnya di Mano, Timung dan sekarang di Ruteng,” jelasnya.

Sajian Penutup: Dance

Persembahan terakhir siswa Sanpio pada malam itu adalah dance. Ini menjadi pelengkap mata acara kreatif yang mereka suguhkan.

Paduan gerak dan musik sukses menarik perhatian para penonton seusia para dancer untuk selalu memanggil nama sembari mengabadikan gerakan mereka dalam bentuk  foto dan video.

Saat ditemui kru Floresa.co, Angelus Putra, koordinator dance mengatakan, betapa bahagianya mereka bisa memberi kebanggaan bagi para pembina dan teman-teman Sanpio.

“Ini merupakan penampilan yang menurut kami cukup memberi kebanggaan bagi para pembina dan teman-teman. Kami yakin mereka bangga akan penampilan kami ini,” jelas Angelus.

Angelus menjelaskan pula, kelompok dance ini terbentuk karena di seminari sering diadakan perlombaan antara kelompok yang salah satunya ialah dance.

“Kami bergabung sejak di seminari dan mulai berkembang saat dipanggil oleh romo untuk mengisi acara di luar,” katanya.

Sejak saat itu, jelasnya, mereka belajar merangkai musik dan gerakan yang diambil dari video yang ditonton.

Aksi dance (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Aksi dance (Foto: Evan Lahur/Floresa)

“Latihannya selama liburan. Meski kerap menghadapi tantangan berupa malasnya anggota dalam latihan, namun tak mengurangi semangat kami untuk berlatih,” terang Angelus.

Angelus mengharapkan agar kedepan bisa tampil lagi dan jumlah anggota semakin bertambah.

Ada Kebanggaan

Permainan panggung yang ditampilkan oleh para siswa dari kedua lembaga pendidikan ini tak pelak memberi kesan tersendiri bagi banyak pihak, salah satunya, Mian Surya siswi  Smansa.

“Kesannya senang sekali karena mereka ganteng-ganteng. Selain itu juga mereka hebat selalu menunjukkan yang terbaik untuk nama Sanpio,” katanya.

“Senang bisa berkolaborasi dengan mereka. Kami juga merasa bangga mereka bisa menjadi teman dalam membantu kami mengambangkan talenta” lanjut siswi kelas II jurusan IPS iini.

Ia pun berharap, ke depan, semoga hubungan dengan Sanpio bisa lebih erat lagi.

Hal ini juga diamini oleh Arif, koordinator para siswa/i Smansa.

“Kesannya bagus karena baru kali ini kami bisa berkolaborasi dengan SANPIO. Mudah-mudahan kerja sama seperti ini dapat dilanjutkan dalam kesempatan selanjutnya”.

Lain lagi yang disampaikan oleh Frater Kristo Selamat, alumni Sanpio Angkatan 2003.

Penonton yang selalu setia meneriaki nama para dancer dan tak ketinggalan mengabadikan dalam bentuk foto dan video. (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Penonton yang selalu setia meneriaki nama para dancer dan tak ketinggalan mengabadikan dalam bentuk foto dan video. (Foto: Evan Lahur/Floresa)

“Selalu, ketika seminari pentas itu ada rasa bangga di dalamnya. Selain itu, juga kepuasan dan rasa bahagia  dalam usaha membangkitkan kenangan bahwa sekolah di seminari mengajarkan kita banyak hal karena segala sesuatu yang dibuat selalu punya makna,” jelas frater yang sedang menjalani masa TOP di SMP seminari ini.

Frater Kristo menambahkan, “yang saya paling suka dari anak seminari itu adalah totalitas dalam berlatih dan berperan,”.

Mereka, kata dia, menjunjung tinggi kerja keras dan kekompakan.

Sementara itu, Romo Josy Erot Pr, salah satu pembina di Seminari Kisol mengatakan, apa yang ditampilkan oleh anak-anak dampingannya merupakan hal yang luar biasa.

“Anak seminari tidak hanya jago di dalam seminari tapi juga bisa tampil di luar, apalagi bisa berkolaborasi dengan sekolah,” katanya.

Ia menambahkan, “Harapan ke depan mereka lebih termotivasi bahwa ada begitu banyak hal  yang bisa dikembangkan.” (Evan Lahur/ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini