Cerita dari Pameran Pembangunan di Manggarai: Ada Banyak Hal Menarik

Floresa.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai, Nusa Tenggara Timur menggelar pameran pembangunan, yang resmi dibuka pada Minggu kemarin (23/08/2015) di Ruteng.

Kegiatan ini menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia  ke-70. Sebelumnya, pada 17 Agustus diadakan apel kenegaraan dan dua hari berikutnya, 18-19 Agustus digelar caci, serta pada 20 Agustus ada pawai pembangunan.

Pantauan Floresa.co, di Lapangan Motang Rua, lokasi pameran, terdapat sejumlah stan. Tepat di depan panggung utama, berdiri kokoh mbaru wunut (rumah adat Manggarai).

Kegiatan pameran ini berlangsung sangat meriah. Sejak Minggu sore pukul 17.15 WITA, warga kota Ruteng mulai berdatangan. Pengunjung dari berbagai kelompok usia sudah mulai menyemut di pukul 19.00 WITA. Dinginnya kota Ruteng tidak menjadi penghalang bagi mereka.

Pengunjung bisa mendatangi stan permainan seperti lempar gelang dan tak ketinggalan stan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti Dinas Sosial, Dinas Pariwisata dan SKPD lainnya.

Berdasarkan apa yang disaksikan Floresa.co, terdapat beberapa stan yang penting untuk dikunjungi.

Stan SKPD

Di bagian utara lapangan Motang Rua terdapat stan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindakop).

Di dalam stan SKPD ini, para pengunjung bisa melihat berbagai jenis kerajinan budaya Manggarai seperti kain adat, selendang adat, tas motif Manggarai dan topi.

Uniknya, di sini pengunjung dapat menyaksikan secara langsung bagaimana cara membuat kain adat Manggarai.

Seorang ibu yang dihadirkan untuk memperlihatkan secara langsung proses pembuatan kain adat Manggarai di stan Dinas Perindakop. (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Seorang ibu yang dihadirkan untuk memperlihatkan secara langsung proses pembuatan kain adat Manggarai di stan Dinas Perindakop. (Foto: Evan Lahur/Floresa)

Livens Turuk, Kepala Bidang Industri di Dinas Perindakop mengatakan kepada Floresa.co, konsep pameran tahun ini di stan mereka tidak jauh berbeda dengan konsep tahun lalu.

Dalam satu stan, kata dia, bisa mengakomodir seluruh hasil kerja dari para pengrajin di Kabupaten Manggarai.

“Apa yang kami tunjukan pada malam ini merupakan hasil kerajinan dari para pengrajin yang kami bina. Jadi sampai dengan saat ini kelompok binaan kita ada 114  yang tersebar di seluruh kecamatan,” katanya.

Ia menjelaskan, di setiap kecamatan terdapat identitas kerajinannya seperti di Kecataman Satar Mese Barat dan Cibal dengan kain adatnya, sementara Kecamatan Langke Rembong untuk kerajinan anyaman dan industri kreatif, Kecamatan Rahong Utara untuk kerajinan gerabah dan Kecamatan Cibal untuk anyaman topi.

“Minimal identitas setiap kecamatan bisa terwakilkan oleh kerajinan yang ada,” jelas Livens.

Ia menambahkan, mereka juga mengupayakan pemberdayaan para pengrajin, terutama dalam hal sumber daya manusia. Hal yang mereka lakukan, misalnya memberi pelatihan, sehingga para pengrajin yang bekerja secara otodidak bisa belajar lebih maju lagi.

“Dari segi materil kami membantu dalam hal pengadaan benang dan peralatan-peralatan kerajinan,” katanya.

Selain Dinas Perindakop, ada juga Dinas Pariwisata, di mana mereka menampilkan konsep sederhana yakni data-data mengenai daftar obyek wisata.

Mereka menampilkan daftar tempat-tempat wisata yang belum diketahui oleh masyarakat Manggarai seperti Tengku Lese, Makam Motang Rua, Hutan Inembele, Waduk Nanga Woja, Pantai Borik, Bangka Tungke, Pacuan Kuda, Gereja Katedral, Gereja St. Yosef dan obyek wisata lainnya.

Untuk melengkapi daftar ini, mereka menampilkan secara lengkap alamat obyek wisata tersebut, jarak tempuh dan informasi-informasi teknis lainnya.

Konsep Unik Yayasan Tuluk Rop

Selain stan dari pemerintah, terdapat pula stan kreatif milik Yayasan Tuluk Rop, yang menampilkan hasil kerajinan tangan dengan bahan baku sampah.

Mereka menyulap sampah menjadi tas, lukisan, topi dan karya-karya kreatif lainya.

Design konstruksi stan milik Yayasan Tuluk Rop cukup berbeda. Bahan dasar terbuat dari bambu, yang dibuat menyerupai huruf A.

“Dalam konsep saya, design kontruksi kami malam ini terinspirasi dari konsep Romo Mangunwijaya yakni Alva” kata Rosari Nai Ngalis, Direktur Tuluk Rop.

Di Yayasan Tuluk Rop, yang berdiri pada Agustus 2014 bergabung anggota dari berbagai latar belakang profesi, seperti pelajar, dosen, PNS, kontraktor dan dari jenis profesi lainnya.

Mereka memfokuskan kegiatan pada pengelolan sampah, termasuk menyediakan bank sampah.

“Setiap warga dapat mengantar berbagai jenis sampah ke tempat kami di belakang Aula Assumpta Katedral Ruteng setiap hari Sabtu jam 2 sampai 5 sore,” kata Rosari.

Stan milik Yayasan Tuluk Rop dengan berbagai barang kerajinan dari sampah. (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Stan milik Yayasan Tuluk Rop dengan berbagai barang kerajinan dari sampah. (Foto: Evan Lahur/Floresa)

“Sampah-sampah yang diaantar oleh masyarakat akan ditimbang, kemudian diuangkan,” tambahnya.

Pentas Budaya

Pada Minggu malam, panggung utama bagian utara Lapangan Motang Rua juga dijadikan sebagai tempat pertunjukan seni budaya.

Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Setia Bakti Ruteng mendapat kehormatan untuk menghibur para penonton.

Mereka menyajikan beberapa acara kreatif seperti tarian budaya, tarian kemerdekaan, teater dalam Bahasa Inggris, paduan suara, aksi THS/THM dan band.

Salah satu mata acara kreatif yakni teater tentang perjungan ibu menjadi suguhan yang istimewa. Kemampuan mereka berakting dan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris saat membawakan teater itu, membuat para penonton berdecak kagum.

“Tema dalam teater ini ialah betapa pentingnya seorang ibu dalam kehidupan. Pengalaman selama ini ialah anak perempuan sering berbuat salah sama ibunya. Dalam teater ini sang ibu begitu sayang kepada kedua anaknya, ada anak yang berkelakuan baik dan ada anak yang berkelakuan buruk,” jelas Simin Wangku, Guru Bahasa Inggris SMAK Setia Bakti Ruteng.

Teater tentang Ibu yang dibawakan dalam Bahasa Inggris oleh siswa-siswi SMAK Setia Bakti Ruteng. (Foto: Evan Lahur/Floresa)
Teater tentang Ibu yang dibawakan dalam Bahasa Inggris oleh siswa-siswi SMAK Setia Bakti Ruteng. (Foto: Evan Lahur/Floresa)

“Yang baik pada akhirnya menjadi seorang dokter. Namun sayang tak dapat menyembuhkan ibunya yang sedang sakit,” lanjutnya.

Selestinus Nabut, koordinator acara dari SMAK Setia Bakti mengatakan, dirinya sangat senang dengan apa yang mereka tampilkan.

“Kami hanya memiliki waktu singkat (untuk persiapan). Namun, siswa-siswi mampu menampilkan hasil yang luar biasa. Kami senang sekali karena bisa menampilkan yang terbaik,” terang Selestinus.

Selain ketiga stan dan pertunjukan seni budaya dari para pelajar, masih banyak pula stan-stan yang dibuka oleh berbagai elemen di Kabupaten Manggarai dan mata acara yang akan disuguhkan.

Pameran ini akan ditutup pada 2 September 2015 mendatang. (Evan Lahur/ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini