Puisi-puisi Eugen Sardono

Ilustrasi
Ilustrasi

Pondik Lahir Kembali

(i)

Di sebuah daerah yang terkenal dengan pegunungan

kisah Pondik menjadi kisah bersama, senada lagi seirama

mulut-mulut menuturkan secara estafet

(ii)

Pondik berjalan semua mata menatap

bukan karena kegantengan, tetapi karena ketamakan

bukan karena kepolosan tetapi karena kebobrokkan

Pondik sudah mati ratusan tahun yang lalu

semua berseru, semuanya aman

(iii)

kembali Pondik beraksi dan menjelma dalam wajah pemimpin

semua wong cilik tambah cilik

pembesar semakin membesar dan mengembang

ada sebuah seruan dari seorang anak kecil,

“kenapa Pondik hidup lagi”

jawabku, “karena roh Pondik menjelma di setiap wajah yang tampil malaikat padahal mereka sesungguhnya setan”

(iv)

mengejar Pondik di era sekarang

gali kubur sebelum mati

karena Pondik selalu licik

khaos dibalik menjadi kosmos

korupsi dibalik menjadi kompromi

siapa mau membunuh Pondik?

biarlah daku mati dahulu

 

Mandul

(i)

dentuman politik

kembali membias setiap lorongan jalan sempit, kecil, pun kurus

suara kebenaran mengibar menguburkan harapan-harapan palsu

memprokalmirkan bonum, unum, pulchrum

(ii)

serasa peristiwa

kini layu sebelum berkembang

hanya sisa ampas-ampas pada ‘wajah janji’

kami bukan lagi tangis

kami malah meringis dan menjerit

(iii)

pemimpin sudah mandul sembilan bulan

atau mungkin kelahiran bayi di Indonesia melewati fase biasa

tunggu satu tahun sudah berlalu

atau masih menungguh dua tahun, tapi tetap mandul

(iv)

angkara berbisik, “kenapa belum juga lahir?”

jawabku, “dia sudah mandul”

atau mungkin terulang lagi kisah Sarai yang lahir di usia senja

ya, itu mimpi di siang bolong

tangan kami masih terbuka

 

Flores

kupandang dari kejauhan

jauh nan luas

luasmu memeluk sang suria

merangkul senja di dalam bayangmu

 

lesu ingatanku, Flores

Pulau Bunga

memikul raksasa dalam namamu

 

cintamu memadamkan cinta palsu

menyobek cinta kusut

 

bunga-bungamu

satu per satu gugur di musim panas kali ini

tak berkuncup seperti sediakala

 

kembang tak lagi mendekatimu

engkau sedang sakit

hampir sekarat


Eugen Sardono, seolah pecinta dan penggelut sastra. Calon imam SMM ini sedang menempuh studi di STF Widya Sasana-Malang, Jawa Timur.

spot_img

Artikel Terkini