Ketika Warga Kampung Kenari – Labuan Bajo Berbagi Air Minum dengan Kerbau

Labuan Bajo, Floresa.co – Jarak kampung Kenari di Desa Warloka Kecamatan Komodo hanya sekitar lima kilometer dari kota Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat – Flores, NTT.

Namun, wilayah ini nyaris tak tersentuh pembangunan. Jalan menuju ke desa itu belum dilapisi aspal. Akibatnya, akses kendaraan ke tempat itu pun tidak mudah.

Aspal dari kota Labuan Bajo hanya sampai di kampung Nanga Nae. Sementara dari Nanga Nae menuju kampung Kenari dan kampung Cumbi hingga kampung Warloka Desa Warloka,belum diaspal.

Tetapi yang lebih mengerikan dari itu adalah ketika warga setempat harus rela berbagi air minum di tempat yang sama dengan kerbau, binatang piaraan mereka.

Proyek air minum bersih memang ada. Tetapi itu sudah terjadi belasan tahun silam, tepatnya tahun 2001, atau saat Manggarai Barat belum berdiri sendiri sebagai kabupaten. Namun, sudah tak ada lagi air yang keluar dari pipa proyek tersebut.

Sejulah warga kampung Kenari Desa Warloka, Manggarai Barat menimba air di kali yang keruh dan menjadi kubangan kerbau (Foto: Ferdinand Ambo/Floresa)
Sejulah warga kampung Kenari Desa Warloka, Manggarai Barat menimba air di kali yang keruh dan menjadi kubangan kerbau (Foto: Ferdinand Ambo/Floresa)

Ada sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) yang mendiami kampung Kenari. Saat Floresa.co berkunjung ke kampung Kenari pada Senin 12 September atau bertepatan dengan hari Idul Adha, sejumlah warga tampak berbondong-bondong mendatangi kali Kenari.

Di antara para warga itu, ada yang membawa empat hingga lima buah jerigen air. Ada juga yang membawa baskom berisi pakaian kotor.

Air di sungai Kenari bukanlah air jernih. Maklum, kerbau juga berkubang di sungai yang berjarak sekitar 500 meter sampai satu kilometer dari perkampungan warga itu.

Siti Nurlila, seorang ibu rumah tangga yang dijumpai Floesa.co mengatakan, terpaksa mengkonsumsi air keruh itu setiap hari, karena tidak ada sumber air lain.

”Saat kita mandi sekitar jam 9 atau 10 pagi,kerbau juga ikut mandi di bagian atas (timur) kali ini,”ujar wanita paruh baya itu.

”Dari pada tunggu mereka (kerbau) habis mandi,mendingan kita mandi secara bersamaa,”tambahnya lagi.

Celakanya, kerbau bisanya ikut melepaskan hajatnya di air tersebut. Walau demikian, katanya, warga tetap mandi dan menimba air di kali tersebut.

Beberapa ekor kerbau sedang berkubang di kali Kenari, dimana tak jauh dari situ warga juga sedang menimba air (Foto: Ferdinand Ambo/Floresa)
Beberapa ekor kerbau sedang berkubang di kali Kenari, dimana tak jauh dari situ warga juga sedang menimba air (Foto: Ferdinand Ambo/Floresa)

”Dulu pernah ada air di sekitar pemukiman saat masih kecamatan Komodo dan belum mekar menjadi kabupaten Manggarai Barat.Karena tidak diperbaiki, hingga sekarang kami minum air dari sungai ini,”cerinya.

Pantauan Floresa.co, Senin siang, beberapa ekor kerbau milik masyarakat Kenari diikat di samping kiri dan kanan sungai tersebut . Beberapa kerbau kecil tampak menceburkan diri di dalam air sungai, di saat warga sedang menimba air di sungai yang sama.

Selain warga pada umumnya, siswa SDI Lengkong Bot, SMPN 4 Komodo dan SMAN 4 Komodo yang berada di Kenari, juga menggunakan air di kali tersebut untuk membersihkan diri sebelum ke sekolah.

Nurdianti, siswi SMAN 4 Komodo mengaku setiap hari bersama siswa/i lainya menggunakan air kali Kenari untuk mandi. ”Guru-guru juga setiap hari mandi di sini,”ujarnya.

Bahkan seorang anggota DPRD Manggarai Barat yang bermukim di Kenari juga menggunakan air di kali itu untuk mandi dan kebutuhan lainnya.

“Pa Sewar Gading, anggota DPRD Mabar, sering mandi di kali Kenari ini,”tutur Abion, warga yang masih berkeluarga dengan Sewar Gading. (Ferdinand Ambo/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini