Salah seorang anak di Sisir sedang menimbah air yang keruh untuk konsumsi. (Foto: Floresa)

Floresa.co – Kemarau panjang menyebabkan krisis air di wilayah Desa Sisir, Kecamatan Elar, Manggarai Timur. Sumber air yang terbatas pun kering. Hanya menyisakan sedikit air keruh bercampur lumpur yang tersisa di dasar sumur dan belik.

Pantauan Floresa.co beberapa waktu lalu, setiap hari warga harus berjalan kaki sejauh satu sampai dua kilometer. Membawa beberapa jerigen seukuran lima liter untuk menimba air di sumur atau belik.

Belik digali di sekitar area kali kering. Menampung air yang merembes melalui akar bambu dan pepohonan. Atau dari celah-celah bebatuan.

Kondisi belik sangat memprihatinkan. Air yang tersisa hanya sedikit, membasahi dasar belik.

Begitu pula beberapa sumur yang biasa digunakan warga. Air tersisa hanya sedikit. Warnanya keruh bercampur lumpur.

“Tapi kami tak punya pilihan lain, selain menimba air ini. Itu pun hanya untuk minum dan masak. Sedangkan untuk cuci, harus pergi jauh lagi. Pergi mandi di sungai,” ujar Yoseph, salah seorang warga setempat.

Agar bisa menimba air, warga menggunakan wadah kecil seperti gayung. Itu pun ditimba pelan-pelan agar tidak menyentuh lumpur.

“Nanti kalau sentuh lumpur, airnya jadi kotor,” lanjut Yosep.

Meskipun mereka membawa beberapa jerigen, air yang tersisa hanya bisa mengisi dua sampai tiga buah jerigen. Jerigen-jerigen lainnya, ditinggalkan saja di sekitar sumur dan belik.

“Nanti satu dua jam ke depan, mungkin airnya sudah banyak lagi. Saya datang lagi untuk timba,” kata Bartolomeus.

Tak hanya menimba pada pagi hingga sore hari. Warga yang tak kebagian air akan datang pada malam hari. Termasuk saat biasanya warga sudah tertidur lelap.

“Tiap hari, kegiatan kami seperti ini. Yang tidak dapat air pada siang hari, harus datang timba air pada malam hari,” tutur Sebastianus, salah seorang warga yang menimba pada pukul 01.00 Wita.

“Sebenarnya ada rasa mengantuk, dingin, bahkan takut. Tapi supaya dapat air, harus kalahkan semuanya itu,” lanjutnya.

Ia mengatakan, demi mendapatkan air, banyak kegiatan warga menjadi tidak teratur. Misalnya waktu untuk pergi ke kebun harus tersita karena dihabiskan untuk mencari air.

Rosis Adit/EYS/Floresa