Mantan Imam SVD di Timor Leste Ditahan Karena Kasus Pelecehan Seksual

Seorang mantan misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) di Timor Leste yang sudah diberhentikan dari statusnya sebagai imam ditangkap polisi karena tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak.

Richard Dascbach, 82, yang dilaporkan telah mengakui pelecehan terhadap anak-anak di Panti Asuhan Topu Honis yang ia dirikan di Kutet, Distrik Oecusse ditangkap pada 26 April, demikian laporan media setempat, sebagaimana dilansir Ucanews.com

Ia ditahan setelah adanya tekanan yang menguat dari para aktivis anak serta keluarga yang diduga menjadi korban. Mereka juga menyatakan keperihatinan setelah ia diizinkan kembali ke Topu Honis tahun lalu, setelah pelecehan itu terungkap.

Keperihatinan itu juga disertai keraguan terhadap komitmen pemerintah Timor Leste untuk menuntaskan kasus ini.

“Saya lega mendengar dia akhirnya ditangkap,” kata seorang sumber yang sudah lama menjadi pendonor Topu Honis kepada ucanews.com pada 29 April.

“Keadilan telah muncul setelah lebih dari satu tahun skandal itu terbongkar,” kata sumber itu, yang tidak ingin namanya disebut.

Namun, banyak masyarakat setempat masih mendukung mantan imam itu, karena dianggap sebagai “pahlawan” atas kontribusinya dalam perang kemerdekaan pada tahun 1999 melawan Indonesia.

Selama perang, Dashbach memimpin milisi lokal dan memberikan dukungan kepada masyarakat dalam banyak hal, termasuk memberikan obat-obatan dan makanan kepada keluarga yang membutuhkan.

“Dia bahkan dianggap memiliki kemampuan magis, sehingga orang-orang memujanya dan takut padanya. Semua ini membuat masyarakat setempat tidak mau mempercayai tuduhan itu,” kata sumber itu.

Sebelum ditahan, polisi mengizinkan Daschbach untuk menyampaikan salam perpisahan kepada masyarakat, yang direkam dalam video yang diedarkan di Facebook.

Sumber itu menambahkan bahwa direktur panti asuhan baru, Liliana Tarung, juga ditangkap pada 28 April karena menyerang seorang mantan penghuni panti  yang ia curigai melaporkan pelecehan tersebut.

Tidak jelas siapa yang menangani panti asuhan itu setelah penangkapannya.

Penangkapan Daschbach terjadi hanya sehari setelah Fokupers, sebuah kelompok advokasi hak-hak anak Timor-Leste menerbitkan sebuah wawancara dengan seorang korban yang mendeskripsikan pelecehana yang terjadi.

Korban itu, yang berusia 8 tahun ketika pertama kali masuk ke panti asuhan mengatakan bahwa dia dan teman-temannya diminta untuk tidur di ranjang yang sama dengan Daschbach, di mana kemudian mereka dilecehkan.

Dia mengatakan mereka takut dan menghormatinya sehingga mereka melakukan apapun yang diinginkannya.

“Daftar nama gadis-gadis ditempatkan di pintunya, sehingga kami tahu ketika giliran kami tiba,” katanya.

“Itu terjadi setiap hari saat tidur siang dan malam hari,” katanya, seraya menambahkan bahwa Daschbach sering mengincar pendatang baru dan gadis kecil di panti asuhan.

Petugas kepolisian tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Dilahirkan di Pittsburg, Amerika Serikat, Daschbach diberhentikan oleh Vatikan pada November setelah ada penyelidikan gereja.

Ia mendirikan Topu Honis pada tahun 1993 untuk menangani anak-anak tunawisma, penyandang disabilitas dan perempuan yang melarikan diri karena kekerasan dalam rumah tangga.

Sumber: UCAN Indonesia

spot_img

Artikel Terkini