Mengembangkan E-Market Lewat Literasi Digital

Dalam upaya mendukung Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) menggandeng kelompok “Siber Kreasi” dan “Indonesia Maju” mengadakan webinar nasional pada Jumat, 25 Juni dengan sasaran warga di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Webinar yang berlangsung pukul 09.00-12.00 Wita itu menghadirkan key opinion leader Rahmad Ramadan, empat narasumber dan moderator Yulian Noor.

Para narasumber membahas dan mengangkat peran media digital dalam sudut pandangnya masing-masing.

Nannete Jackobus, Account Manager Frente Indonesia dan Social Media Enthusiast mengulas bagaimana pelaku media menggunakan media secara kreatif dan positif serta aman.

Media digital, jelasnya, menyodorkan tawaran-tawaran yang menarik kepada para penggunanya.

“Sebagai pelaku media, perlu ada filter dalam memori kita untuk memilah informasi dalam media digital,” ungkapnya.

Sofia Sari Dewi, narasumber kedua yang merupakan seorang socialpreneur lebih menekankan pada aspek hukum pada penggunaan internet.

Ia mengungkapkan bahwa banyak terjadi kasus penipuan ataupun hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan cela pada media digital.

“Saya menghimbau kepada para pelaku media digital agar lebih jeli dan bijak dalam menghindari ini,” ungkapnya.

Sementara itu narasumber ketiga Fransiscus Go, pelaku bisnis e-market yang juga merupakan pemilik e-commerce Sayur Kendal menjelaskan pentingnya peran e-market dalam situasi saat ini.

“E-market sangat berperan penting dalam mendongkrak brand lokal, terutama di era pandemi ini,” ungkap pemilik bisnis kebun dan sayur hidroponik yang memiliki lahan di Depok, Bogor dan Tangerang ini.

Pendiri Yayasan Felix Maria Go (YFMG) ini menambahkan bahwa  e-market dapat menjadi batu loncatan untuk menjangkau pasar yang lebih luas karena menembus batas ruang dan waktu.

Ia menambahkan, konsep kebun hidroponik yang menjadi focus usahanya selama ini akan dikembangkan pula di wilayah Timor, NTT, dengan menggandeng Tim Nara Kupu Vilage, Sayur Kendal dan YFMG.

Ia juga menjelaskan bahwa saat ini YFMG menggandeng pegiat Eco-enzyme Nusantara untuk memberikan pelatihan di Pulau Timor.

Contoh hasil produksi eco-enzyme. (Foto: Ist)

“Eco-enzym sebagai salah satu alternatif pertanian organik yang perlu dikembangkan di wilayah NTT karena sangat cocok di wilayah NTT yang kondisi geografisnya kering,” ungkapnya.

Ke depan, kata dia, kegiatan pelatihan eco-enzyme bertema YFMG peduli lingkungan akan diadakan di 3 wilayah berbeda di Pulau Timor, yakni Kefamenanu, Atambua dan Betun Malaka.

Pongky Seran (kiri), salah satu pegiat eco-enzyme di Atambua, Kabupaten Belu. (Foto: Ist)

Narasumber terakhir webinar ini adalah Tino Terik, selaku pegiat sosial media yang mengangkat tentang solusi agar brand local bisa bersaing dan mengembangkan sayapnya di pasar digital.

FPS/FLORESA

spot_img

Artikel Terkini