Proyek Pembibitan Kayu dan Buah Milik KLHK dan Kemenparekraf di Labuan Bajo Babat Berhektaran Hutan, di Dalamnya Terdapat Sumber Air

Proyek pembibitan kayu dan buah-buahan itu dilaksanakan di kawasan hutan Bowosie - satu kesatuan wilayah dengan lahan 400 hektar yang akan dikelola Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores. Naasnya, terdapat mata air yang letaknya tak jauh dari lokasi proyek.

Labuan Bajo, Floresa.co – Proyek milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia [Kemenparekraf] membabat sekitar berhektaran hutan di Desa Nggorang – Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat [Mabar]. Naasnya, di dalam kawasan hutan tersebut terdapat sumber air.

Proyek yang diketahui untuk pembibitan kayu dan buah-buahan ini berlokasi di hutan teregister RTK 108 Bowosie – masih satu kesatuan wilayah dengan kawasan hutan 400 hektar yang akan dijadikan destinasi pariwisata oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores [BPO-LBF].

Pantauaun Floresa.co, lokasi proyek berjarak sekitar tiga kilometer dengan Kampung Nggorang, persis berada di sebelah kiri jalan jika kita bertolak dari Kampung Nggorang menuju Kampung Tebedo.

Floresa.co dan tim tiba di lokasi pada Kamis pagi, sekitar pukul 06.30 Wita. Nampak salah seorang pekerja sedang duduk santai di gerbang yang kemudian langsung masuk ke camp saat kami turun dari kendaraan.

Disambut suara burung-burung, kami memperhatikan dengan saksama pemandangan di sekitar wilayah proyek ini.

BACA: Hutan Bowosie Sebagai Tempat Produksi Air Tanah untuk Wilayah Cekungan Air Tanah Labuan Bajo

Di luar pagar, terdapat beberapa pohon flamboyan yang nampaknya baru saja ditanam. Terdapat juga gerbang menuju kawasan ini. Di bagian kiri gerbang terdapat logo KLHK.

Sementara di bagian kanan, terdapat tulisan Echanting Labuan Bajo, brand pariwisata Labuan Bajo produk Kemenparekraf.

Masih di gerbang masuk, terdapat plang peringatan ‘Dilarang Berhenti’ yang disertai dengan logo KLHK, MECA, RCBS, dan terdapat juga dua logo lainya yang tidak disertai tulisan.

Ada juga plang bertuliskan, “Selain Pekerja Dilarang Masuk”, yang terletak persis di bagian dalam. Sekitar lima meter dari gerbang.

Dari gerbang tersebut, terdapat jalan masuk yang dipagari pita hitam kuning menuju camp pekerja yang berjarak sekitar 300 meter dari gerbang.

Di pinggir jalan ini, terdapat beberapa pohon yang sudah tumbung karena ditebang.

BACA: Setelah Ruang Hidup Komodo, Proyek Super Premium Jokowi juga Ancam 400 Hektar Hutan Penyangga Kota Labuan Bajo

Sementara di bagian dalam, terdapat beberapa eksavator yang sedang diparkir. Di sekitarnya terdapat bekas-bekas galian membentuk ruas jalan. Lokasi ini nampak seperti lapangan, pemandangan yang berbeda dengan di sekitarnya di mana pepohonan masih berdiri kokoh.

Beberapa mobil nampak keluar masuk. Salah satu pengendara truck menyebut kawasan tersebut hendak dijadikan sebagai tempat penanaman buah.

“Mau tanam buah. [Tapi], tidak tau siapa punya,” tuturnya sembari mengendarai truknya menembus hutan yang sudah gundul tersebut.

Tak lama setelah itu, nampak seorang pekerja yang diantar menggunakan sepeda motor tiba di lokasi. Ia sempat bercakap-cakap dengan tim Floresa.co.

Pekerja yang enggan menyebutkan namanya itu menyebut bahwa lahan tersebut hendak dijadikan sebagai tempat pembibitan.

“Mau dibikin pembibitan. Milik kehutanan. Luasnya sekitar 10 hekter,” ujarnya.

“[Penebangan pohon] ini [proyek] tahap dua. Tahap satu [pembuatan] pagar,” tuturnya.

“Kayu-kayu [yang dipotong] berukuran besar-besar. Ada juga rotan. Tukang sensornya ada di dalam,” ujarnya.

Dirinya juga menyebut, di dalam hutan tersebut terdapat mata air, yang selama ini digunakan untuk dikonsumsi.

“Hanya kedalaman tiga meter, air sudah dapat. Ada mata air juga di dalam. Pekerja sedot air dari situ untuk digunakan,” katanya sembari menambahkan juga bahwa terdapat berbagai jenis pohon di dalam kawasan tersebut, termasuk rotan.

BACA: Proyek Pariwisata BOP-LBF di atas 400 Hektar Hutan Bowosie – Labuan Bajo: Tanpa Amdal Hingga Keringanan Pajak untuk Perusahaan

Proyek ini ramai dibicarakan oleh publik usai Koordinator LSM Ilmu sekaligus Pegiat Konservasi, Doni Parera membuat video yang kemudian ia bagikan ke grup-grup WhastApp dan media sosial lainnya.

Dalam video tersebut, dia menyebutkan bahwa proyek tersebut akan memperparah krisis air di wilayah Labuan Bajo dan sekitarnya.

“Terjadi penebahan pohon di hutan ini, siapa pun yang mempuyai proyek ini, harap hentikan. Kami orang Labuan Bajo sudah susah air minum,” katanya.

“Tugas kehutanan itu untuk apa. Melindungi hutan atau merusak hutan? Tolang hentikan proyek ini. Kita sudah krisis air di Labuan Bajo,” tegasnya.

Kepala UPTD Kehutanan Mabar, Stefanus Naftali menyatakan kawasan itu akan menjadi pusat pembenihan tanaman kayu-kayuan, buah-buahan dan laboratorium kultur jaringan.

“Rencananya akan memproduksi anakan sebanyak lima juta pohon per tahun,” ujarnya saat dikonfirmasi Floresa.co, Kamis sore, 25 Agustus 2021.

“Tujuannya untuk pembangunan pusat perbenihan se-daratan Flores yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan,” tuturnya.

Ia menambahkan, proses yang sedang berlangsung ialah pembukaan lahan dan penataan bedengan untuk anakan.

“Sedangkan sebagain lahan tersebut tidak akan ditebang dan ditinggalkan dan dirawat untuk dijadikan pohon induk,” ujarnya.

Sementara itu, luas lahan yang digunakan untuk proyek ini, kata Stefan ialah tiga hektar lebih, keterangan yang berbeda dengan yang disampaikan oleh pekerja yang menyebut 10 hektar.

BACA: Hasil Rapat Terbatas di Bandara Komodo: Pemerintah Janji Kembalikan Kebun dan Tanah Rumah Warga Adat Lancang

Meskipun demikian, menurut Doni proyek KLHK dan Kemenpar tersebut tetap tidak dapat diterima. Pasalnya, berbagai jenis pohon endemik dengan usia yang tidak muda harus dikorbankan.

“Kan aneh. Mana bisa membabat hutan, menebang pohon demi membudidayakan benih pohon dan buah-buahan,” kritiknya.

Apalagi, tambahnya, di seluruh dunia, banyak orang yang terus bekerja melawan efek pemanasan global, terutama melalui langkah-langkah konkret.

Misalnya, tidak menggunakan bahan bakar fosil, menghindari penggunaan plastik, merawat hutan dan menanam banyak pohon.

“Lalu, apa yang dilakukan di Mabar? Seolah kita alien, yang hidup terpisah dengan manusia lainnya di muka bumi. Kita rusakkan hutan, gerjaji mesin untuk rusakkan hutan dengan tujuan menanam anakan pohon,” ujarnya.

“Apakah kita makhluk berpikir? Berakal budi? Atau hamba kerakusan?” pungkasnya.

VIDEO

ARJ/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini