Dugaan Jual Beli Proyek di Kabupaten Manggarai Mencuat, Mantan Tim Sukses Pertanyakan Jargon Perubahan

“Kembalikan jargon perubahan pada jalan yang benar, lakukan evaluasi, musnahkan lingkaran bupati kecil,” kata salah seorang mantan tim sukses.

Floresa.co – Mencuatnya kasus dugaan jual beli proyek di Kabupaten Manggarai yang disebut-sebut melibatkan isteri bupati membuat beberapa mantan tim sukses mempertanyakan jargon perubahan yang digembar-gemborkan saat Pilkada.

Bupati Hery dan wakilnya, Heribertus Ngabut memimpin Manggarai setelah memenangi Pilkada 2020, dengan jargon yang didengung-dengungkan kala itu adalah melahirkan perubahan.

Pasangan yang dikenal sebagai H2N itu mengalahkan Deno Kamelus, petahana yang berupaya mempertahankan kursi bupati untuk periode kedua setelah sebelumnya juga menjadi wakil bupati selama dua periode.

Namun, kini, mantan pendukung mereka menyatakan kecewa karena merasa apa yang dahulu digaungkan ternyata tidak terealisasi.

“Kembalikan jargon perubahan pada jalan yang benar, lakukan evaluasi, musnahkan lingkaran bupati kecil,” tulis Edwin Talu, mantan pendukung H2N di akun Facebook-nya.

Ia juga meminta agar salah satu oknum Tenaga Harian Lepas [THL] yang diduga ikut terlibat dalam praktek jual beli proyek itu ditindak tegas.

“Masalah yang terjadi hari ini hendaknya membuka mata Pemerintah Kabupaten Manggarai untuk mengambil tindakan tegas terhadap oknum THL yang bermasalah,” tulisnya.

Dihubungi Floresa.co, Jumat 2 September, Edwin mengatakan ia berani menulis demikian karena kecewa pada apa yang saat ini dilakukan H2N.

“Yang terjadi di luar dugaan kami, tidak sesuai harapan kami,” katanya.

Ia juga mengatakan berani mengkirik karena merasa tidak memiliki kepentingan dengan pemegang kekuasaan di Manggarai. Saat ini ia mendapat pekerjaan sebagai pegawai negeri dan bertugas di Kabupaten Flores Timur.

“Kalau yang kritik mereka adalah orang-orang yang dahulu ikut mendukung H2N dan belum memiliki pekerjaan, maka akan dianggap menyampakan kritik karena tidak dapat jatah [dari kekuasaan],” kata Edwin yang aktif berkampanye di Kecamatan Cibal saat Pilkada.

“Sementara kalau yang kritik adalah mereka yang dulu dukung calon lain, bakal dituding karena masih dendam,” tambahnya.

Sorotan terbaru terhadap H2N muncul setelah seorang kontraktor dan mantan tim suksesnya yang gagal mendapat proyek meski telah memberikan sejumlah uang kepada Meldyanti Hagur, isteri Bupati Hery mengungkap praktek jual beli proyek.

Kontraktor Adrianus Fridus itu mengaku menyerahkan uang 50 juta rupiah lewat karyawan di Toko Monas, sebuah toko usaha dagang hasil bumi milik Meldy di Ruteng, lalu diminta mengirim pesan melalu WA ke Meldy bahwa ia telah menyerahkan 50 kg kemiri, sandi untuk uang itu.

Transaksi itu disebut melibatkan Rio Senta, seorang THL di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR].

Meldy masih belum bersuara terkait hal ini, sementara Rio baru akan diperiksa pekan depan oleh atasannya di Dinas PUPR.

Bupati Hery tidak secara tegas membantah praktek jual beli itu, namun berjanji akan mengambil tindakan terhadap Rio.

Salah seorang mantan anggota tim pemenangan H2N yang lain mengatakan kepada Floresa.co, melihat apa yang saat ini terjadi dengan H2N, “terobosan-terobosan yang dahulu mereka janjikan, [faktanya] tidak ada.”

“Malah yang muncul adalah persoalan-persoalan seperti ini,” katanya, merujuk pada masalah transaksi proyek.

“Saya tidak melihat ada upaya memenuhi janji-janji kampanye, yang digaungkan lewat jargon perubahan,” katanya.

Sumber itu menyebut beberapa contoh janji politik, seperti beasiswa inovasi utk siswa SMA/SMK yang berprestasi, juga bantuan untuk petani milenial.

Bantuan untuk petani milenial itu, kata dia, direncanakan diberikan kepada para pemuda yang mendukung H2N saat Pilkada, yang dikenal sebagai Laskar 88 yang jaringannya terbentuk di semua kecamatan, di mana akan diberi pendampingan dan pendanaan bergulir untuk meningkatkan ekonomi mereka.

“Sampai sekarang hal itu itu tidak dibicarakan lagi. Bahkan, sekedar untuk didiskusikan saja tidak,” kata sumber itu yang minta namanya dirahasiakan.

Ia juga menyebut janji soal revitalisasi taman kota, di mana Lapangan Motang Rua direncanakan ditata menjadi ruang terbuka hijau, semacam alun-alun kota, juga pemusatan pada pedagang kaki lima di satu tempat.

“Dimana itu realisasi janji-janji itu? Tidak ada!”

Ia menambahkan, hal lain yang ia sebut sederhana dan menjadi daya pikat untuk kaum muda selama kampaye adalah lejong online, yaitu program pembuatan aplikasi yang menjadi penghubung antara pemerintah dengan warga, di mana warga bisa melapor langsung setiap masalah riil di lapangan lewat aplikasi itu.

“Itu juga tidak ada. Saya melihat mereka akhirnya hanya terjebak di rutinitas, sibuk di acara seremonial, tidak terlihat kerjanya, terobosannya,” katanya.

Pada Februari lalu, H2N juga sempat disorot terkait  pengangkatan THL di sejumlah dinas, meski sudah dilarang oleh pemerintah pusat. Para THL baru itu berasal dari tim sukses, juga orang dekat sejumlah pejabat, termasuk anak wakil bupati.

Edwin mengatakan, H2N perlu dievaluasi, terutama oleh orang-orang dekat, “karena mereka harusnya punya tanggung jawab moral untuk mengingat janji-janjinya yang disampaikan dahulu.”

“Kritik untuk mereka perlu,” katanya, “biar mereka sadar bahwa janji-janji itu tidak sekedar janji untuk bisa menang, tapi untuk ditepati.”

FLORESA

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini