Pemprov NTT Siapkan Rp 3 Miliar untuk Perbaiki Jalan Rusak yang Sudah Ditanami Pisang oleh Warga

Anggaran yang dialokasikan melalui APBD tahun 2023 itu hanya untuk memperbaiki beberapa bagian jalan yang kondisinya rusak parah.

Floresa.co – Pemerintah bersama DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah menetapkan anggaran untuk perbaikan jalan provinsi yang rusak di Reok Barat, Kabupaten Manggarai dan telah ditanami pisang oleh warga sebagai bentuk protes.

Namun, anggaran yang dialokasikan melalui APBD tahun 2023 itu hanya senilai Rp3 miliar. Anggaran tersebut hanya untuk memperbaiki beberapa bagian jalan yang kondisinya rusak parah.

“Anggaran reguler sudah dialokasikan 3 miliar untuk penanganan titik-titik yang parah,” kata anggota Badan Anggaran DPRD NTT, Inosensius Freddy Mui, Kamis, 17 November 2022.

Politisi Partai NasDem itu menjelaskan sebenarnya seluruh ruas jalan provinsi Simpang Nggorang-Simpang Noa-Kedindi dibiayai pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2020 dan 2021. Namun, ternyata alokasi anggaran hanya terealisasi pada tahun 2020 dengan cakupan jalan provinsi yang berada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat.

Rencana lanjutan tahun 2021 untuk perbaikan jalan dari Pateng, Manggarai Barat menuju Kajong hingga Kedindi, Manggarai tidak terlaksana karena pemerintah pusat tidak menganggarkannya lagi.

Saat mengalokasikan dana pinjaman provinsi, ruas jalan tersebut juga tidak kebagian karena masih berharap pada alokasi DAK yang telah dijanjikan pemerintah pusat.

“Karena ada janji dari (pemerintah) pusat. Nyatanya, sampai 2022 ini tidak ada,” imbuh Freddy.

Sebelumnya, pada Rabu, 16 November, sejumlah warga Kampung Munta, Desa Kajong, Kecamatan Reok Barat menanam pohon pisang di jalan provinsi yang melintasi kampung itu.

Aksi itu sebagai bentuk protes karena selama belasan tahun ruas jalan penghubung wilayah utara Kabupaten Manggarai dengan Kabupaten Manggarai Barat itu luput dari perhatian pemerintah.

“Sudah belasan tahun pemerintah tidak pernah memperhatikan jalan ini,” kata Felix Jubel, salah seorang warga.

“Saat ini masyarakat mengambil keputusan, lebih baik jalan raya ini dijadikan kebun untuk tanaman jangka panjang,” lanjutnya.

Yohanes, warga Kampung Tureng yang bertetangga dengan Kampung Munta, mendukung aksi protes tersebut.

Pasalnya, kata dia, warga sudah lama menderita dan pemerintah hanya menghibur mereka dengan janji-janji.

Kondisi yang mengalami rusak parah di ruas jalan Pateng-Kajong-Kedindi yang menjadi segmen terakhir dari keseluruhan ruas jalan Simpang Nggorang-Simpang Noa-Kedindi itu berada di perbatasan Kabupaten Manggarai Barat dengan Manggarai hingga Kajong, Kecamatan Reok Barat.

Sejumlah titik membentuk kolam dan kubangan panjang penuh lumpur. Sisanya berupa jalan dengan permukaan tidak rata, tanpa sisa aspal, dan lapisan batu yang tidak lagi tersusun rapi.

Kondisi tersebut menyulitkan warga untuk bepergian, memasarkan hasil pertanian, berbelanja kebutuhan pokok, hingga mengantar pasien ke fasilitas kesehatan karena tak ada kendaraan yang bis melintas.

Tak ada jalan alternatif yang bisa digunakan memaksa warga harus berjalan kaki sambil memikul beban atau menandu pasien.

“Semoga [aksi tanam pohon pisang membuat] Pemprov NTT melihat dengan hati nurani dan masyarakat meminta penanganan darurat untuk satu bulan ke depan,” kata Yohanes.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.