Alumni Seminari Kisol Beri Bantuan Beasiswa untuk Siswa yang Kesulitan Ekonomi

Setiap penerima beasiswa mendapat Rp 7,8 juta yang cukup untuk biaya pendidikan selama satu tahun di sekolah itu.

Floresa.co – Alumni Seminari Pius XII Kisol di Kabupaten Manggarai Timur, NTT memberikan bantuan beasiswa bagi para siswa yang keluarganya mengalami kesulitan ekonomi untuk biasa membiayai pendidikan.

Bantuan tersebut diserahkan pada Minggu, 18 Desember 2022 kepada 10 siswa. Setiap siswa mendapat Rp 7,8 juta yang cukup untuk biaya pendidikan selama satu tahun di sekolah itu.

Flory Santosa Nggagur, Heribertus Baben, dan Ferdy Mbembot, perwakilan dari Yayasan Lando Sanpio – yang beranggotakan alumni – menyerahkan bantuan itu secara simbolis kepada para siswa penerima.

“Ini baru tahap pertama. Semoga adik-adik termotivasi untuk belajar dengan baik dan kalian menjadi orang-orang yang berhasil dalam studi. Semoga kalian menjadi juara di kelas masing-masing,” kata Flory.

Ia menyebut empat alasan yang membuat alumni memberikan perhatian terhadap almamater Sanpio – sebutan untuk Seminari Pius XII Kisol – yakni kenangan, keprihatinan, kepedulian, dan harapan.

Bagi alumni, kata dia, pengalaman selama berada di Sanpio terlalu indah sehingga membekas dalam memori.

“Walau seberapa kencang angin di luar sana membawa kami terbang jauh, kami tidak pernah lupa akan Seminari Kisol,” katanya.

Selama ini, jelasnya, alumni selalu membangun komunikasi dengan pengelola seminari.

Dari komunikasi tersebut, kata dia, alumni mendapat banyak informasi yang menumbuhkan keprihatinan, seperti kesulitan biaya operasional pasca berkurangnya subsidi dan bantuan donatur luar negeri.

Di sisi lain, jelasnya, kondisi ekonomi orang tua siswa tak semuanya mampu jika lembaga tersebut menaikkan biaya pendidikan.

Hal ini, kata Flory, menggerakkan alumni untuk peduli dengan mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit agar bisa berbuat nyata untuk mendukung almamater.

“Hari ini dalam bentuk beasiswa, tapi dalam kesempatan lain mungkin hadir lagi dalam bentuk lain sebagai bentuk perhatian dan keprihatinan terhadap Seminari Kisol,” kata Flory.

Alumni, kata Flory, juga menitip harapan agar junior-junior mereka yang sedang berjuang di sekolah itu banyak yang akan menjadi imam sebab seminari itu merupakan sekolah bagi calon imam, pemimpin umat.

Namun, jelasnya, seandainya ada yang akhirnya terpanggil menjadi awam, ia berharap mereka menjadi awam yang tetap bermanfaat bagi banyak orang.

Marianus Angelus Firman, salah satu siswa SMA penerima beasiswa mengapresiasi kepedulian para alumni.

Ia mengatakan, saat masih menempuh pendidikan tingkat SMP ia tidak mengalami kendala pembiayaan.

Namun kondisinya berubah ketika tahun 2020 ayahnya meninggal dunia.

“Saat itu, persiapan masuk SMA. Mulai saat itu saya kesulitan biaya,” tutur siswa kelas XII itu.

Ia pun merasa senang karena pada tahun terakhir perjuangannya, ia menjadi salah satu penerima beasiswa dari alumni.

“Beban saya selama ini sedikit terbantu. Terima kasih untuk Alumni Sanpio, terima kasih untuk Yayasan Lando Sanpio,” tuturnya.

Sementara itu Romo Dionisius Osharjo, Pimpinan atau Praeses Seminari Kisol mengapresiasi kepedulian para alumni dan menyebut bantuan itu sebagai dukungan bagi cita-cita para siswa dan keberlangsungan lembaga itu.

“Semoga dengan bantuan ini, semangat dan motivasi mereka yang selama ini menurun meningkat lagi,” katanya.

Romo Os mengakui kesulitan ekonomi memang menjadi salah satu masalah yang kerap dihadapi para siswa, yang juga berdampak pada terhambatnya niat mereka menjadi imam.

Ia mengatakan, sekolah itu memang  belum pernah memberhentikan siswa dengan alasan karena tidak mampu membiayai pendidikan.

Namun, katanya, siswa dengan tunggakan biaya umumnya mengalami penurunan semangat dan motivasi untuk melanjutkan pendidikan.

Seminari Kisol didirikan pada 8 September 1955 oleh misionaris asal Belanda, Pastor Leo Perik, SVD.

Saat ini jumlah siswanya 154 orang di tingkat SMP dan 142 orang di tingkat SMA.

Selain menjadi uskup dan imam, yang sebagiannya bekerja sebagai misionaris di berbagai belahan dunia, para alumni sekolah itu menggeluti beragam profesi lainnya, baik sebagai birokrat, akademisi, pengusaha, maupun pekerja media.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.