BerandaGALERIKarena Jurnalis Bukan Turis

Karena Jurnalis Bukan Turis

Floresa menggelar pameran foto, bagian dari rangkaian acara Hari Kebebasan Pers Sedunia 2023, kolaborasi dengan Project Multatuli dan AJI Surabaya

Puluhan ribu kamera turis merekam keindahan alam dan budaya Flores setiap tahun; ribuan gambar disebar infuencer untuk membangun narasi pariwisata super-premium dan super-prioritas.
Kamera jurnalis – termasuk jurnalis warga – berusaha merekam hal-hal yang lebih dalam dari narasi keindahan: tentang tanah, kampung halaman dan saudara satwa yang harus dipertahankan, tentang hak yang terus dirampas, tentang laut dan hutan, tentang mama-mama yang memikul beban ganda, dan tentang asa orang muda yang berusaha dapat memiliki masa depan yang tidak biasa.
“Karena Jurnalis Bukan Turis” adalah pameran foto-foto pilihan Floresa yang dipublikasikan antara tahun 2018-2023.
Pameran ini bagian dari acara Hari Kebebasan Pers Sedunia 2023 di Labuan Bajo pada 28 Mei dengan tema “Pariwisata, Pengabaian Warga, dan Kerusakan Alam di Flores: Bagaimana Pers Memainkan Peran?” Acara di Labuan Bajo merupakan bagian dari rangkaian acara kolaborasi antara Project Multatuli, AJI Surabaya dan Floresa, dengan puncaknya di Jakarta pada Sabtu, 3 Juni.
Anda juga bisa menyaksikan foto-foto ini di lokasi pameran Baku Peduli Center, Watu Langkas, Labuan Bajo pada 28 Mei-3 Juni 2023.

Ratusan warga di Pulau Komodo menghadang utusan Pemerintah Pusat dan Provinsi NTT pada 14 Agustus 2019 dalam aksi protes menentang rencana relokasi mereka dari pulau itu. (Dokumentasi Floresa)
Di Loh Liang, pintu masuk ke Pulau Komodo, anak-anak ikut menjajakan souvenir kepada wisatawan yang berkunjung. (Dokumentasi Floresa)
Seorang perempuan dari Kampung Komodo menjual kuliner di Loh Liang, pintu masuk wisatawan di Pulau Komodo. (Dokumentasi Floresa)
Dikawal ketat polisi, seorang warga Wae Sano membawa poster dalam aksi di Labuan Bajo, 4 Maret 2022 menolak proyek geothermal di kampung mereka. (Dokumentasi Floresa)
Dalam aksi 4 Maret 2022, ibu-ibu Wae Sano mengenakan pakaian adat sambil membunyikan alat musik tradisional. (Dokumentasi Floresa)
Warga Wae Sano membawa poster penolakan proyek geothermal saat audiensi di Kantor Bupati Manggarai Barat pada 4 Maret 2022. (Dokumentasi Floresa)
Lorensia Imelda Imu (60), warga Nalis, Desa Macang Tanggar, Kecamatan Komodo, warga terdampak proyek jalan Labuan Bajo-Golo Mori yang tidak mendapat ganti rugi. (Dokumentasi Floresa)
Doni Parera, aktivis yang mengadvokasi masyarakat korban pembangunan jalan Labuan Bajo-Golo Mori, dijemput oleh lima belas polisi pada 5 Mei 2023 setelah berencana menggelar demonstrasi saat ASEAN Summit. (Dokumentasi Floresa)
Abdul Kesau (70), warga Nalis, Desa Macang Tanggar, Kecamatan Komodo, warga terdampak proyek jalan Labuan Bajo-Golo Mori yang tidak mendapat ganti rugi. (Dokumentasi Floresa)

Warga Kampung Komodo menggelar aksi unjuk rasa di Labuan Bajo, Rabu, 17 Juli 2019 menolak rencana penutupan Pulau Komodo. (Dokumentasi Floresa)
“Pulau Komodo Bukan Pulau Kosong,” kata warga Kampung Komodo saat menggelar aksi unjuk rasa di Labuan Bajo, 17 Juli 2019 menolak rencana penutupan pulau itu. (Dokumentasi Floresa)
Spanduk yang dipasang warga di Kampung Komodo pada 14 Agustus 2020 merespons rencana pemerintah merelokasi mereka. (Dokumentasi Floresa)
Warga Pulau Komodo dalam aksi unjuk rasa pada 11 Juli 2019 di depan Kantor Bupati Manggarai Barat menolak penutupan pulau mereka. (Dokumentasi Floresa)
Aksi damai warga Pulau Komodo menolak penutupan pulau mereka pada 11 Juli 2019. (Dokumentasi Floresa)
Dikawal ketat aparat keamanan, warga Komunitas Racang Buka melakukan aksi penghadangan terhadap alat berat yang dipakai BPO-LBF menggusur kebun mereka. (Dokumentasi Floresa)
Beberapa perempuan dari Komunitas Racang Buka di Labuan Bajo memegang poster berisi protes terhadap penggusuran kebun mereka oleh BPO-LBF pada 25 April 2022. (Dokumentasi Floresa)
Warga Komunitas Racang Buka di Labuan Bajo menggelar aksi unjuk rasa menentang penggusuran kebun mereka oleh BPO-LBF pada 25 April 2022. (Dokumentasi Floresa)
Perempuan di Poco Leok bergabung dalam aksi protes menolak proyek geothermal saat menyambut kunjungan Bupati Manggarai, Herybertus GL Nabit pada 27 Februari 2023. (Dokumentasi Floresa)
Maria Teme, ibu di Desa Lungar, Poco Leok yang menolak proyek geothermal, berdebat dengan mantan Wakapolres Manggarai, Kornelis Wajong yang pro proyek itu pada 15 Februari 2023. (Dokumentasi Floresa)
Upacara pemakaman Maria Margaretha Ersi (40) dan anaknya Nelti (8), warga Culu, Desa Tonjong Belang, Kecamatan Mbeliling yang tewas saat longsor pada 7 Maret 2019. (Dokumentasi Floresa)
Prudensia Sitia, warga asal Welak yang merantau ke Labuan Bajo dan bekerja sebagai pemulung untuk menghidupi keluarga. (Dokumentasi Floresa)
Sovia Nimul, istri dari Gregorius Jeramu, warga yang dipenjara karena menjual tanah tidak bersertifikat kepada pemerintah untuk pembangunan Terminal Kembur di Kabupaten Manggarai Timur memagari lahan terminal pada 30 Maret 2023 karena kecewa dengan vonis penjara suaminya. (Dokumentasi Floresa)