Bukan Kemewahan, Tapi Kesederhanaan dalam Kebersamaan; Refleksi Live In Seminaris di Pedalaman Manggarai Barat

Jangan-jangan yang hilang dari generasi kami adalah menjalani hidup dengan sederhana

Oleh: Andra Geraldo

Setiap perjumpaan selalu meninggalkan jejak makna, menjadi tanda paling sederhana dari hidup sosial yang seringkali menjadi hal yang tidak mempersulit kehidupan, namun mempermudah segalanya. 

Itulah yang saya rasakan selama mengikuti kegiatan live in di Stasi Pau, Paroki St. Nikolaus Pacar pada 18-22 Juni yang diselenggarakan oleh SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo.

Dalam kegiatan itu, kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk hidup bersama umat di setiap stasi dan wilayah. Saya bersama tiga teman lainnya ditempatkan di Stasi Pau. 

Stasi paling ujung di Paroki St. Nikolaus itu memiliki panorama alam yang indah dan iklim yang sejuk. Keramahan dan kehangatan umat Stasi Pau langsung kami rasakan saat pertama kali berjumpa. 

Paroki yang yang bercuaca dingin itu seketika menjadi hangat melalui kebersamaan yang begitu intim. Kami melihat wajah-wajah umat yang memiliki tatapan seperti seorang ibu yang penuh kasih dan tulus menyambut kami. 

Ketika malam tiba, Vian, Ketua Dewan Stasi menghabiskan waktu bersama kami untuk membicarakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan esok harinya. Malam itu, kami menyepakati agar diadakan kegiatan katekese dan kerja bakti bersama umat. 

Katekese adalah pengajaran, pendalaman, dan pendidikan agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman. Katekese biasanya diperuntukan bagi orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah Kristen. 

Antusiasme umat dan partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan yang kami adakan membuat saya kagum. Orang tua dan anak-anak larut dalam kebersamaan yang begitu kompak. Kami bekerjasama tanpa dihalangi oleh batas usia. 

Apa yang saya saksikan sungguh sebuah kemewahan yang mungkin sedikit sulit ditemukan di masyarakat perkotaan yang sering tunduk dengan cara hidup individualis. 

Di stasi tersebut ritme waktu seperti tidak tergesa-gesa karena kami begitu menikmati kebersamaan untuk mengerjakan hal-hal sederhana. Sekali lagi, saya melihat hal ini mungkin sudah mulai memudar dari kehidupan sosial umumnya. 

Andra Geraldo berpose bersama umat Stasi Pau usai menggelar katekese. (Dokumentasi Andra Geraldo)

Sebagai remaja, kadang saya berpikir, generasi kami umumnya sering menghamba pada konsep “me time” atau nyaman dengan kebersamaan semu di live Tiktok atau Instagram.  Banyak orang yang terjebak dengan narsisme massal karena sering kali mementingkan ego di atas kepentingan bersama. 

Mungkin tidak terlalu berlebihan jika saya memaknai kebersamaan kami dengan umat Stasi Pau sebagai oase di tengah sulitnya kita untuk melangkah bersama bahkan untuk menyelesaikan hal-hal kecil. Minimal itu yang kami rasakan sebagai siswa seminari. 

Kerelaan mereka meninggalkan segala pekerjaan dan bergabung bersama dalam kegiatan-kegiatan kami adalah tindakan yang menjadi contoh berharga bagi kami yang sedang belajar untuk menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Selain kebersamaan, hal baik yang kami alami adalah kesederhanaan hidup. Kehidupan umat Stasi Pau yang jauh dari pusat paroki membuat mereka hidup dalam kesederhanaan. 

Selain kehidupan sehari-hari mereka, kesederhanaan itu sangat jelas tercermin dari kondisi Kapela Stasi Pau yang dibangun dengan beralas semen kasar dan berdinding kayu. 

Saya mendengar kisah mereka bahwa ketika musim hujan, kapela akan tergenang air karena atapnya bocor. Tak hanya itu berbagai peralatan liturgi begitu banyak yang belum lengkap. Namun, hal itu tak membuat semangat menggereja umat menurun. 

Kondisi di stasi tersebut sangat kontras jika kita menyaksikan gereja-gereja di pusat paroki yang berdiri kokoh dan sangat mencolok karena kemegahannya. 

Umat di sana menceritakan bahwa mereka kesulitan untuk membangun kapela karena kesulitan ekonomi. Umat yang rata-rata berprofesi sebagai petani dengan pendapatan yang tidak menentu menjadi tantangan dalam membangun kapela. 

Kesederhanaan hidup umat Stasi Pau juga terlihat melalui cara hidup mereka yang tidak gengsi dan tampil apa adanya. Mereka tidak pernah memaksakan keadaan. Anak-anak sudah didik untuk membantu orang tua dalam bekerja dan membiarkan mereka untuk bermain bersama teman-temannya. 

Fenomena tersebut membuat saya membayangkan anak-anak yang justru mengalami depresi meski melimpah secara ekonomi. Banyak sekali generasi muda yang membutuhkan healing (penyembuhan diri secara mental) karena kesusahan memaknai hidup di tengah kemudahan mereka mengakses apa saja. 

Jangan-jangan yang hilang dari generasi kami adalah menjalani hidup sederhana dan mulai memaknai tanggung jawab dengan menjadi bagian dari proses perjuangan hidup keluarga.

Siswa SMAK Seminari St. Yohane Paulus II Labuan Bajo sedang memungut sampah bersama anak-anak di Stasi Pau, Paroki St. Nikolaus Pacar. (Dokumentasi Andra Geraldo)

Yang sulit saya temukan di kampung ini adalah orang-orang yang gengsi dan merasa tertekan jika kurang update. Yang jelas mereka jauh dari gejala fomo (fear of missing out) atau takut ketinggalan. 

Kesederhanaan membuat mereka menjadi orang-orang yang belajar menerima segala sesuatu tanpa harus mengalah pada takdir dan putus asa. Kesederhanaan mereka adalah kesederhanaan yang merawat dan menumbuhkan kasih dalam kebersamaan. 

Pengalaman kami hidup bersama di tengah umat, walaupun tidak begitu lama, memberi makna mendalam tentang kasih yang justru tumbuh subur ketika kita merajut kebersamaan dan hidup dalam kesederhanaan. 

Karena dari sana akan tampak bagaimana rasa persaudaraan menjadi sangat mewah walaupun dibangun dalam keterbatasan. Mungkin inilah arti lain dari kisah seorang janda tua yang pernah memberi dari kekurangannya. 

Andra Geraldo merupakan Siswa SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo

Editor: Anno Susabun

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Silahkan gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru. Kawan-kawan bisa langsung klik di sini.

Artikel Terbaru

Banyak Dibaca

Baca Juga Artikel Lainnya