Ikut Sayembara Menulis Surat untuk Gubernur NTT, Siswa SMK Negeri di Manggarai Barat Curhat Soal Keterbatasan Infrastruktur

Ketika infrastruktur memadai, kualitas pendidikan ikut membaik dan semangat generasi muda semakin menggebu, kata siswa

Seorang siswa SMK Negeri di Kabupaten Manggarai Barat menulis surat untuk Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakilnya, Johanis Asadoma yang menyoroti keterbatasan infrastruktur di sekolahnya.

Surat yang ditulis Teklania Jesi, siswa SMK Negeri 1 Boleng itu mengambil judul “Jalan Rusak dan Banjir Bukan Dinding Pemisah Harapan.”

Tulisan itu meraih juara tiga untuk tingkat kabupaten dalam ajang “Sayembara Menulis Surat untuk Gubernur dan Wakil Gubernur NTT.” 

Pengumuman pemenang sayembara tersebut disampaikan secara resmi pada 12 April bersamaan dengan kunjungan Laka Lena ke SMAS St. Familia Wae Nakeng, Kecamatan Lembor, yang juga terletak di Kabupaten Manggarai Barat. 

Sayembara itu diinisiasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Nduwano dalam rangka menyongsong Hari Pendidikan Nasional 2025.

Dalam surat yang ditulis pada pada 25 Maret itu yang salinannya diperoleh Floresa, ia menyoroti buruknya akses menuju ke sekolahnya yang terletak di Kampung Hento, Desa Golo Sepang.

Ia menulis sekolahnya terpaut sekitar dua kilometer dari Terang, ibu kota Kecamatan Boleng.

Namun, tulisnya, untuk sampai ke sekolah, para siswa dan guru harus “melewati jalan yang rusak parah dan melintasi sebuah kali yang selalu banjir setiap musim hujan.” 

Kali tersebut menghubungkan Kampung Hento dan Nampur, yang juga bagian dari Desa Golo Sepang.

Buruknya akses tersebut, menurut Jesi, membuat mereka harus berjalan kaki selama sekitar satu jam, “tergantung cuaca.”

Lantaran jalan rusak parah, para siswa dan guru harus berjalan kaki menuju SMK Negeri 1 Boleng. (Dokumentasi Pius Pesau)

Ia juga menyinggung keterbatasan infrastruktur di sekolahnya “yang belum disentuh aliran listrik dan tidak ada sumber air bersih.”

Sebelumnya, Pius Pesau, Pelaksana Tugas Kepala SMK Negeri 1 Boleng juga mengeluhkan ketiadaan listrik di sekolah itu, kendati sudah empat tahun beroperasi.

Kondisi itu membuat sekolah tersebut yang dua tahun lalu mendapat sumbangan 21 unit komputer dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi NTT, terpaksa menitipkannya di sekolah lain.

Dalam suratnya, Jesi juga menyinggung kekurangan meja dan kursi di sekolahnya, hal yang membuat beberapa siswa duduk di lantai saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. 

Ia menyatakan, keterbatasan tersebut berdampak pada “berkurangnya minat siswa masuk ke lembaga ini.”

“Hal ini berdampak pada jumlah siswa,” katanya.

SMK Negeri 1 Boleng memiliki dua jurusan yaitu Pertanian dan Usaha Layanan Wisata, dengan jumlah murid 86 orang.

Jesi pun mengusulkan solusi agar “para guru dan siswa bergotong royong memperbaiki jalan yang rusak dan membuat jembatan sederhana berbahan kayu dan bambu” sehingga bisa melintasi kali yang sering banjir.

Ia juga mengusulkan agar para guru “mendatangkan ahli untuk mendeteksi sumber air,” sehingga bisa membuat sumur.

Melalui surat tersebut, Jesi berharap Pemerintah Provinsi NTT “dapat membantu mengatasi persoalan infrastruktur di sekolah kami.” 

Pada dasarnya, “ketika infrastruktur baik, maka kualitas pendidikan ikut membaik dan semangat generasi muda semakin menggebu.”

Ia menambahkan “infrastruktur yang baik menandakan pemerintah yang sukses memperjuangkan kemakmuran rakyatnya.”

“Melalui surat ini, kutitipkan harapan untuk para pemimpin agar bisa membantu mengatasi keterbatasan dan kekurangan kami,” tulisnya.

Pius Pesau mengapresiasi sayembara menulis surat itu karena “siswa bisa menyuarakan masalah yang ada di sekolah kami.” 

Ia berharap sayembara itu bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi “yang lebih penting gubernur mengetahui fakta dan keadaan sekolah yang sebenarnya.”

“Semoga setelah membaca surat itu, gubernur tergerak untuk membantu mengatasi masalah yang disampaikan,” katanya. 

Editor: Herry Kabut

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Silahkan gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru. Kawan-kawan bisa langsung klik di sini.

Artikel Terbaru

Banyak Dibaca

Baca Juga Artikel Lainnya