Dua esai dari guru dan dan siswa SMA Lentera Harapan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat berhasil masuk dalam 10 besar lomba menulis nasional.
Lomba Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB) 2024 itu diikuti 560 sekolah.
Penyelenggaranya adalah Nyalanesia, startup pengembang program literasi sekolah terpadu yang memfasilitasi siswa dan guru untuk menerbitkan buku, mendapatkan pelatihan dan sertifikasi kompetensi serta akses pada program-program apresiasi.
Dua karya dari SMA Lentera Harapan masing-masing ditulis guru Oktafina Maroso dan siswa Juniarto Yutra Sae.
Karya Oktafina mengambil judul “Labuan Bajo Not For Sale: Antara Privatisasi Pulau dan Upaya Konservasi Lingkungan untuk Mereduksi Pencemaran Laut dan Kerusakan Ekologi.”
Sementara Juniarto menulis esai dengan judul “Meningkatkan Intensitas Patroli Kawasan Laut sebagai Upaya Mencegah Perburuan Ikan Manta di Labuan Bajo.”
Dua karya tersebut akan bersaing untuk masuk nominasi tiga besar karya kategori guru dan siswa.
Pengumuman pemenang akan berlangsung pada 24 Mei di Surakarta dalam acara Puncak Festival Literasi Nyalanesia.
Dalam esainya, Oktafina menyebut pembangunan pariwisata di Labuan Bajo membawa masalah serius akibat masifnya privatisasi pantai.
Ia merujuk data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2020 bahwa setidaknya tiga pulau di Labuan Bajo dijual kepada pihak asing.
Ia juga menyinggung soal proyek berskala besar yang menyisakan konflik sosial dan ekologi.
Beberapa permasalahan itu, tulis Oktafiana, menuntut pemerintah untuk menerapkan konsep laut cerdas demi mereduksi kerusakan ekologi.
Pemerintah juga didesak mengambil kebijakan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup.
Sementara esai Juniarto menyinggung keberadaan ikan manta sebagai hewan yang masuk dalam kategori terancam punah di Labuan Bajo karena praktik perburuan.
Padahal, tulis Juniarto, ikan manta harus dilestarikan karena memiliki peran penting bagi rantai makanan ekosistem laut dan memiliki daya tarik wisata.
Menurutnya, perburuan ikan manta kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Karena itu, ia memberikan solusi tentang pentingnya patroli kawasan laut secara intens.
Angly Sae, pembina literasi SMA Lentera Harapan berkata, sekolah itu berpartisipasi dalam lomba GSMB Nasional sejak 2021.
“Lomba seperti ini memacu semangat siswa dan guru dalam gerakan literasi,” katanya.
Ia menyatakan tahun ini, lima siswa dan enam guru SMA Lentera Harapan berpartisipasi dan dua yang masuk nominasi.
“Semoga sekolah kami bisa menjuarai lomba ini,” katanya.
Menurut Angly, sekolahnya memiliki berbagai program untuk meningkatkan literasi siswa maupun guru.
Salah satunya adalah penulisan buku dengan pendekatan metode design thinking dan berbasis kearifan lokal.
Ia berkata, agar produk literasi itu tidak hanya diarsipkan, SMA Lentera Harapan bekerja sama dengan Nyalanesia untuk menjadi mitra dalam penerbitan buku.
“Melalui kolaborasi dengan Nyalanesia, kami juga turut mengikutsertakan karya siswa dan guru kami dalam lomba skala nasional,” kata guru pengampu mata pelajaran Biologi dan Bahasa Indonesia itu.
SMA Lentera Harapan telah menerbitkan empat buku yang terdiri dari buku antologi puisi, cerpen, dan esai.
Kerja sama itu, katanya, juga wujud nyata dalam meningkatkan komitmen sekolah terhadap gerakan literasi.
Editor: Ryan Dagur