Floresa.co – Ratusan penonton, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa memadati halaman Sekolah Dasar Inpres [SDI] Popok di Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai pada 15 Agustus.
Mereka bersorak-sorai ketika para siswa yang memperagakan Caci, tarian adat Manggarai memulai Nenggo, lagu dengan bahasa daerah yang dinyanyikan spontan.
Sementara itu, para siswi memperagakan Danding [menari] dan Mbata [menyanyi] dengan penuh suka cita.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari festival budaya yang digelar oleh SDI Popok berkolaborasi dengan SDI Golo Lambo dalam rangka menyambut HUT ke-79 RI.
Kepala SDI Popok, Fransiska J.S. Ninsi yang berbicara kepada Floresa mengatakan festival itu merupakan aktualisasi dari kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila [P5] yang bertujuan untuk memperkuat karakter dan nilai-nilai Pancasila dalam diri peserta didik melalui berbagai kegiatan yang relevan dan kontekstual dengan budaya setempat.
Tarian Caci, kata dia, memiliki kaitan yang erat dengan kegiatan P5 karena merupakan salah satu bentuk kebudayaan lokal dari orang Manggarai yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.”
Melalui festival itu, katanya, “peserta didik dapat belajar dan menghargai kekayaan budaya bangsa, yang sejalan dengan upaya P5 untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan memahami keberagaman budaya.”
“Kegiatan ini mendukung salah satu aspek P5 yaitu memperkuat jati diri sebagai warga negara yang berlandaskan Pancasila,” katanya.
Sementara itu, Kepala SDI Golo Lambo, Tomas Aquino Jemahan berkata, sekolah mempunyai peran penting dalam melestarikan budaya, “tidak hanya dalam konteks budaya Manggarai, tetapi untuk ragam budaya yang ada di Indonesia.”
Dengan menampilkan tarian Caci, kata dia, peserta didik dilatih untuk lebih percaya diri dalam menunjukan talenta mereka.
Dengan adanya festival, kata dia, peserta didik dapat belajar cara memperagakan tarian Caci sehingga akan berdampak pada proses estafet budaya.
“Mengikuti dan berpartisipasi dalam festival budaya dapat mengembangkan karakter peserta didik, seperti disiplin, tanggung jawab, dan semangat kerja sama,” katanya.
“Aspek-aspek ini adalah bagian dari pembentukan karakter yang diharapkan dalam P5,” tambahnya.
Fransiska mengatakan SDI Popok dan SDI Golo Lambo memiliki komitmen yang sama untuk menguatkan karakter anak melalui pelestarian budaya Manggarai.
Karena itu, kata dia, kami berkolaborasi di mana SDI Popok menjadi tuan rumah [ata ngara natas], sementara SDI Golo Lambo sebagai tamu penantang [meka landang].
Ia berkata, menjelang festival kebudayaan ini, kami menggelar latihan memainkan alat musik tradisional, menabuh gendang, serta rangkaian acara lainnya yang berkaitan dengan tarian Caci yang dilakukan secara rutin pada pada sore hari.
Pihak sekolah, kata dia, juga mengeluarkan surat izin agar diberikan kepada orang tua melalui para peserta didik.
“Kabar baiknya, para siswa dan orang tua ternyata sangat mendukung kegiatan ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang tua yang hadir saat festival berlangsung,” katanya.
Sipri Anggur, orang tua salah satu peserta Caci mengaku bangga dengan gebrakan yang dilakukan kedua sekolah itu.
Ia menyebut festival tersebut dapat “mendorong anak-anak supaya mengetahui dan mengerti tentang tarian Caci yang sudah diwariskan oleh orang tua kita.”
Menurutnya, sekolah berperan penting menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal budayanya.
“Kegiatan festival budaya dalam proses belajar peserta didik yang tertuang dalam Kurikulum Merdeka mampu membangkitkan pengenalan kepada budaya Manggarai untuk dilestarikan oleh generasi muda,” katanya.
“Terima kasih untuk inisiatif dari para pendidik,” tambahnya.
Fransiska mengatakan selain festival budaya, Komunitas Belajar SDI Popok juga menyelenggarakan perkemahan pramuka pada 13-14 Agustus.
Kegiatan itu mencakup penjelajahan, pawai obor dan ditutup dengan upacara memperingati HUT ke-63 Pramuka.
Ia berkata, pihaknya juga menggelar aneka perlombaan seperti lomba makan kerupuk, balap kelereng, dan goyang balon.
Selain itu, kata dia, pihaknya menyelenggarakan kegiatan “peduli lingkungan” di mana pendidik dan peserta didik membersihkan halaman rumah adat dan Gua Maria di Kampung Papang, Desa Papang.
“Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para peserta didik dan pendidik mampu memaknai proses perjuangan para pendahulu Bangsa Indonesia yang sudah berjuang memerdekakan bangsa dari tangan penjajah,” katanya.
Editor: Herry Kabut