Cegah Kekerasan di Lembaga Pendidikan, Komunitas Guru di Manggarai Gelar Bimbingan Teknis bagi TPPK

Melalui kegiatan ini, guru BK dan TPPK diharapkan dapat memaksimalkan perannya

Sebuah komunitas guru di Kabupaten Manggarai, NTT menggelar bimbingan teknis bagi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan [TPPK], bagian dari upaya mencegah kekerasan di satuan pendidikan.

Berlangsung di Aula Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga pada 24 Februari, kegiatan yang diinisiasi oleh komunitas Musyawarah Guru Bimbingan Konseling [MGBK] Pelita Hati itu diikuti oleh 67 guru SMP/MTs di Kabupaten Manggarai.

Sebagian besar peserta kegiatan tersebut merupakan guru BK, sisanya merupakan perwakilan guru yang ditugaskan sebagai TPPK di satuan pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi [Permendikbud Ristek] Nomor 46 Tahun 2023. 

Kegiatan tersebut menghadirkan dua pembicara yakni Maria Candra Dun Jasir dan Anastasia F. Marezki, keduanya guru BK di SMP Negeri 2 Wae Ri’i dan SMP Negeri 1 Wae Ri’i.

Keduanya telah mengikuti pelatihan yang sama di tingkat nasional pada Desember tahun lalu. 

Dalam kegiatan tersebut, Maria menjelaskan kepada peserta terkait Permendikbud Ristek Nomor 46 tahun 2023, yang secara garis besar bertujuan untuk menangani kasus kekerasan di sekolah, melindungi siswa, guru dan warga lainnya di lembaga pendidikan dari kekerasan, memprioritaskan kepentingan korban serta memfasilitasi lingkungan sekolah yang aman.

Ia juga menjelaskan Keputusan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 3798 Tahun 2024 tentang Petunjuk Teknis Perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 

Selain itu juga materi tentang TPPK di satuan pendidikan mulai dari alur pembentukan, pelaksanaan peran dan pelaporannya.

Sementara itu, Anastasia menyajikan materi tentang kekerasan di lingkungan pendidikan serta pelatihan penggunaan aplikasi penelusuran minat dan bakat peserta didik.

Kedua pembicara juga mengajak para peserta, yang dibagi dalam empat kelompok untuk membedah kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dan mensimulasikan cara penanganan dan pelaporannya. 

Ketua panitia, Mario Yandi berkata, kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja Komunitas MGBK Pelita Hati yang pada tahun ini berfokus pada optimalisasi TPPK yang sudah terbentuk. 

Kegiatan ini, kata dia, merupakan bentuk upaya komunitas untuk mempersiapkan guru BK atau TPPK untuk “memaksimalkan perannya dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan.”

Ketua MGBK Pelita Hati, Maksimus Edon berkata, “komunitas ini merupakan salah satu komunitas guru yang aktif berdiskusi, berbagi dan berkolaborasi terkait dengan situasi dan masalah yang terjadi di satuan pendidikan masing-masing.”

Pelaksanaan bimbingan teknis ini, kata dia, lahir dari kegelisahan guru BK terkait implementasi Permendikbud Ristek Nomor 46 Tahun 2023. 

Ia berkata, sebagian besar sekolah memang telah membentuk TPPK, tetapi mereka “belum mengetahui prosedur pencegahan dan penanganan ketika terjadi kekerasan dalam satuan pendidikan.” 

Sekolah, kata dia, juga belum mengetahui “batasan masalah yang bisa ditangani, klasifikasi masalah yang termasuk dalam tindakan kekerasan, tugas serta fungsi guru BK dan TPPK dalam pencegahan dan penanganan tindak kekerasan.”

“Kehadiran teman-teman guru BK hari ini adalah upaya komunitas untuk mempersiapkan satuan pendidikan dalam menerapkan Permendikbud Ristek yang sudah ada dan tim yang sudah dibentuk,” kata Maksimus yang juga Kepala SMP Negeri 14 Satarmese. 

Maksimus berkata, bimbingan teknis tersebut merupakan langkah awal bagi guru BK dan TPPK untuk menjadi diseminator atau fasilitator di sekolah masing-masing. 

Tugas diseminator, kata dia, “menyusun program kerja dan wajib melaporkannya kepada kepala sekolah masing-masing.” 

“Konsep diseminasi [berbagi dalam komunitas MGBK] ini diharapkan diterapkan oleh para guru sekolahnya masing-masing,” katanya. 

“Sebagai guru, terutama guru BK, kita diharapkan tidak menjadi pelaku kekerasan di lingkungan sekolah,” tambahnya.

Carolina R. Diaz, guru BK di SMPK St. Fransiskus Xaverius Ruteng mengaku “kegiatan ini sangat bermanfaat karena banyak hal baru yang didapatkan.” 

“Kegiatan pelatihan seperti ini membuat saya dapat memperbarui pengetahuan yang dapat menunjang tugas dan peran saya sebagai guru BK di sekolah,” katanya. 

Kegiatan tersebut, kata dia, “menjadi kesempatan bagi kami untuk berbagi pengalaman satu satu sama lain terkait BK di sekolah masing-masing.” 

Ia berharap pengurus komunitas MGBK terus mengagendakan pertemuan seperti ini, baik secara luring maupun daring.

Editor: Anno Susabun

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Silahkan gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru. Kawan-kawan bisa langsung klik di sini.

Artikel Terbaru

Banyak Dibaca

Baca Juga Artikel Lainnya