Floresa.co – Salah satu SMK Negeri di Kabupaten Manggarai Barat menggelar lokakarya terkait penyusunan program literasi dan numerasi, bagian dari cara sekolah meningkatkan kompetensi menulis para pendidik.
Berlangsung di Aula Tefa SMK Negeri 1 Kuwus pada 17-18 September, kegiatan itu merupakan bagian dari program SMK Pusat Keunggulan [SMK-PK] yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
SMK-PK merupakan program pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu dalam meningkatkan kualitas dan kinerja yang diperkuat melalui kemitraan serta penyelarasan dengan dunia usaha, industri, dan kerja. Program ini memiliki target melahirkan “SMK rujukan yang dapat berfungsi sebagai sekolah penggerak.”
Lokakarya itu menghadirkan dua dosen dari Universitas Katolik St. Paulus Ruteng sebagai narasumber, Bernardus T. Beding dan Kristianus V. Pantaleon.
Kepala SMK Negeri 1, Egideus Helmon berkata, kegiatan berfokus pada “upaya membangkitkan minat dan kemauan menulis para pendidik yang selanjutnya mengarah pada menulis terstruktur, sistematis, dan terarah hingga pembuktian melalui penerbitan dan publikasi karya.”
Selain itu, katanya, kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kompetensi para pendidik dalam menulis sebagai “nafas yang tidak bisa terpisahkan” dari profesi mereka.
“Kalau kita tidak menulis berarti keberadaan kita kelak hanya menjadi kenangan yang pasti cepat dilupakan. Apalagi kita sebagai seorang pendidik, menulis harus menjadi nadi profesi kita,” katanya.
Ia berkata penguatan literasi dan numerasi merupakan “kesempatan berharga buat bapak dan ibu untuk mengembangkan kompetensi menulis.”
“Kita semua diajak untuk keluar dari zona aman diri kita dan bangun komitmen menulis,” katanya.
Dalam paparannya, Bernardus T. Beding berkata, “menulis merupakan aktivitas yang penting dan gampang.”
Pelatihan menulis bagi para pendidik sangat penting sebagai langkah “membangun peradaban pendidikan yang sesungguhnya.”
Dengan menulis “para pendidik dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri.”
“Apabila Anda mampu mencintai kegiatan membaca dan menulis, maka itulah yang terjadi pada peserta didik Anda,” katanya.
Bernardus mengajak peserta “membangun tekad dan bersatu mengalirkan darah literasi, yakni membaca dan menulis.”
“Mari kita berliterasi. Kita buat komunitas, kita ikuti pelatihan. Sambil berproses, publikasikan tulisan kita. Bakat bukan modal utama dalam menulis. Yang menjadi modal utamanya adalah tekad dan kemauan,” katanya.
“Mari bertekad untuk berkarya. Dari tekad, kita akan konsisten untuk menulis, bakat akan tereksplor dengan mudah, sambil berproses, kita akan berkarya,” tambahnya.
Semua orang, kata dia, mampu menulis, asalkan punya kemauan.
Dengan menulis, “kita merekam dan meninggalkan warisan bagi generasi selanjutnya.”
Menulis, katanya, juga harus menjadi budaya yang terus dikembangkan serta perlu menjadi perhatian serius bagi guru.
“Menumbuhkan budaya menulis berpangkal pada persoalan kapan mulai menulis. Mulai menulis tidak perlu rumit, mulai dari yang sederhana serta keseharian yang dilakukan oleh seorang guru. Tulislah,” katanya.
Egideus Helmon berkata, “kegiatan ini membangkitkan gairah kami untuk tidak menunda lagi menulis berbagai kegiatan di sekolah.”
Selama ini begitu banyak kegiatan dan praktik baik di kelas, namun “kami tidak menulisnya.”
“Padahal, jika kami tulis dan diterbitkan menjadi buku atau dipublikasikan di media massa, kegiatan tersebut akan bermanfaat bagi profesi kami sendiri, pun menjadi inspirasi bagi orang lain,” katanya.
Ia berharap para pemateri “terus membimbing kami sehingga praktik ‘berbagi bersama’ ini berhasil.”
Pelatihan menulis itu, katanya, akan berlangsung secara berkesinambungan berdasarkan agenda yang ditetapkan oleh sekolah.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, tulisan para pendidik akan diterbitkan dan dipublikasikan dalam bentuk buku, katanya.
Ketua Tim Pelaksana SMKPK, Maklon Jacob Frare menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada kedua narasumber “yang telah berbagi pengetahuan terkait literasi dan numerasi kepada kami.”
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para pendidik “yang antusias membangun komitmen dan kemauan bersama untuk menulis dan mempublikasikan hasil tulisan.”
Editor: Herry Kabut