Fokus pada Gerakan Literasi, Komunitas Tutur Karya Luncurkan Buku Perdana Berisi Kumpulan Cerpen

Buku ditulis 15 anggota komunitas

Komunitas Tutur Karya yang berbasis di Ruteng, Kabupaten Manggarai dan fokus pada gerakan literasi meluncurkan buku perdana berisi kumpulan cerpen para anggotanya.

Buku berjudul “Pesta Penuntasan Dendam” itu diluncurkan pada 10 Agustus dalam sebuah acara di Rumah Baca Aksara, Langgo, Kelurahan Carep, Ruteng.

Peluncuran buku yang disertai diskusi itu diikuti anggota Komunitas Tutur Karya, Rumah Baca Aksara, Komunitas Puan Floresta Bicara, dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Unika St Paulus Ruteng dan beberapa pemuda lainnya.

Buku ini merupakan kumpulan cerpen dari 15 anggota komunitas, kata Apri Bagung, inisiator Komunitas Tutur Karya, disingkat Tura.

Buku kumpulan cerpen “Pesta Penuntasan Dendam,” karya perdana Komunitas Tutur Karya. (Dokumentasi Komunitas Tutur Karya)

Ia menjelaskan, komunitas ini yang berdiri pada 12 Juni 2022 lahir dari keprihatinan terhadap kondisi literasi yang rendah di Indonesia.

Bagi Apri, upaya menghidupkan literasi membutuhkan upaya yang konsisten dan terus menerus, membuat ia kemudian menghimpun kaum muda dari berbagai daerah untuk bertemu secara berkala dan terlibat dalam diskusi-diskusi terkait literasi.

Anggota komunitas berkontribusi dengan cara masing-masing dari empat divisi Tura, yakni Administrasi, Relasi, Media dan Jurnalistik, katanya.

“Anggota komunitas Tura secara geografis berasal dari beragam wilayah, tetapi mayoritas dari daerah Manggarai, NTT,” kata Apri.

Ia menjelaskan, pada awalnya komunitas ini dikenal dengan nama Komunitas Pentas, singkatan dari Pecinta Sastra.

Namun, setelah evaluasi internal, mereka mengubah namanya menjadi Tutur Karya, yang dianggap lebih mencerminkan aktivitas utama komunitas, berupa diskusi rutin setiap akhir pekan.

Apri Bagung (tengah), inisiator Komunitas Tutur Karya. (Dokumentasi Komunitas Tutur Karya)

Diskusi akhir pekan secara daring itu “membahas berbagai topik, mulai dari karya sastra hingga isu-isu literasi yang lebih luas.”

“Salah satu agenda rutin yang sangat dinanti adalah Bincang Literasi, di mana para anggota berbagi tentang buku atau bahan bacaan yang telah mereka pelajari dalam pekan tersebut,” katanya.

“Diskusi ini tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga untuk memupuk semangat membaca dan menulis di kalangan anggota komunitas,” tambah April.

Selain diskusi, katanya, Komunitas Tura juga mendorong setiap anggota untuk terus berkarya.

Saat ini beberapa anggota telah berhasil mempublikasikan karya di berbagai media lokal dan nasional, termasuk Tempo.co dan Kumparan.com.

“Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa komunitas ini berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung dan menginspirasi anggotanya untuk terus berkreasi,” kata Apri.

Ia berkata, mereka terus membuka ruang bagi anggota baru untuk bergabung, dan bisa memilih bidang yang disukai, tanpa adanya pembagian yang kaku.

Salah satu diskusi akhir pekan Komunitas Tutur Karya. (Dokumentasi Komunitas Tutur Karya)

Rista Claudia, koordinator divisi administrasi berkata, ada beberapa tantangan dalam pengelolaan administrasi komunitas, misalnya ketelitian dalam pengelolaan tautan pendaftaran, laporan bulanan, tahunan dan berbagai berkas lainnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, komunitas melakukan pembagian tugas dalam divisi dan memanfaatkan sejumlah software digital untuk membantu pemberkasan.

“Melalui pembagian tugas tadi, setiap orang akan punya tanggung jawab masing-masing, sehingga pekerjaan administrasi komunitas dapat dilakukan seefisien mungkin,” katanya.

Kendala yang muncul biasanya akan dibahas secara kolektif dengan teman-teman setiap divisi, kata Rista.

“Kami mengadakan rapat evaluasi untuk meminta penjelasan dari masing-masing pihak terkait dengan keseluruhan pekerjaan dan tanggung jawab anggota. Setiap anggota wajib mengeluarkan opininya dan kemudian akan diambil kesimpulan serta saran-saran yang mesti dilakukan,” katanya.

Komunitas Tutur Karya berkomitmen menyiapkan sejumlah agenda jangka panjang untuk pengembangan komunitas dan peningkatan kontribusi bagi peningkatan literasi. (Dokumentasi Komunitas Tutur Karya)

Apri berkata, komunitas ini juga sedang mempersiapkan berbagai agenda dan program untuk masa depan, dengan tujuan jangka panjang demi terus menjaga semangat anggota.

“Dengan begitu, Komunitas Tutur Karya dengan caranya sendiri ikut andil dalam peningkatan literasi,” katanya.

Melalui peluncuran buku perdana pada 10 Agustus, katanya, komunitas berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam dunia literasi, baik sebagai pembaca maupun penulis.

Kolaborasi dengan Rumah Baca Aksara, tambahnya, juga menjadi langkah awal dari banyak inisiatif yang akan datang, dalam upaya meningkatkan budaya literasi di Indonesia.

Editor: Ryan Dagur

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Silahkan gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru. Kawan-kawan bisa langsung klik di sini.

Artikel Terbaru

Banyak Dibaca

Baca Juga Artikel Lainnya