Kurikulum Merdeka menjadi topik yang hangat dibicarakan banyak kalangan. Kebijakan Kurikulum Merdeka didorong oleh semangat dari program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebelumnya melalui erdeka Belajar dan munculnya sekolah penggerak. Dari situlah secara resmi pemerintah mengeluarkan kebijakan Kurikulum Merdeka pada awal tahun 2020 (Baharuddin, 2021).
Tujuan dari Kurikulum Merdeka adalah memberikan kebebasan yang lebih besar kepada sekolah dan guru dalam merancang dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal, potensi siswa serta perkembangan zaman.
Dengan Kurikulum Merdeka, sekolah memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa di lingkungan mereka, serta memperkuat pembelajaran berbasis keterampilan.
Kurikulum Merdeka juga menekankan pada penguatan literasi, numerasi, serta kompetensi-kompetensi dasar lainnya yang penting bagi pembelajaran sepanjang hayat.
Konsep ini juga menekankan pengembangan sikap kewirausahaan, kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan.
Kurikulum Merdeka, Siapa yang Merdeka?
Gagasan dasar di balik penerapan Kurikulum Merdeka adalah untuk membebaskan pendidikan dari pendekatan yang terlalu terpusat pada kurikulum yang terstandarisasi dan memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah, guru, dan siswa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan minat mereka.
Siapa yang merdeka?
Siswa yang Merdeka: Konsep utama dari Kurikulum Merdeka adalah memberikan kemandirian kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, “mereka yang merdeka” dalam konteks ini adalah siswa-siswa itu sendiri.
Mereka diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat mereka sendiri, tanpa terlalu banyak tekanan dari kurikulum yang terlalu kaku.
Guru yang Merdeka: Guru juga merupakan bagian penting dari Kurikulum Merdeka. Mereka perlu memiliki kebebasan dalam merancang dan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa mereka.
Guru yang merdeka memiliki otonomi untuk mengadaptasi kurikulum secara kreatif dan fleksibel.
Sistem Pendidikan yang Merdeka: Dalam pengertian yang lebih luas, Kurikulum Merdeka mencakup juga kebebasan bagi sistem pendidikan untuk berinovasi, beradaptasi, dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum Merdeka juga mengacu pada sebuah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kebebasan yang lebih luas kepada siswa dan pendidik dalam merancang dan menjalankan proses pembelajaran.
Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam pembelajaran dan memberikan penekanan pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti pemikiran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Kurikulum Merdeka sebagai Reinkarnasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Beberapa konsep dan nilai yang dipegang teguh oleh Ki Hadjar Dewantara yang sejalan dengan Kurikulum Merdeka antara lain sebagai berikut:
Pendidikan sebagai Hak Asasi Manusia: Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia yang harus dinikmati oleh semua orang tanpa diskriminasi. Hal ini sejalan dengan tujuan Kurikulum Merdeka untuk memberikan akses pendidikan yang setara kepada semua individu.
Pendidikan Berbasis Kemandirian: Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang membangun kemandirian dan kesadaran diri siswa. Kurikulum Merdeka juga mengutamakan pengembangan kemandirian siswa dan memberi mereka kebebasan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.
Pendidikan yang Relevan dengan Kehidupan: Ki Hadjar Dewantara mengadvokasi pendidikan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Kurikulum Merdeka juga bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan dunia nyata.
Pendidikan Holistik: Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa, bukan hanya aspek akademis.
Kurikulum Merdeka juga menekankan pengembangan keterampilan non-akademis seperti kreativitas, keterampilan sosial dan kemandirian.
Keunggulan Kurikulum Merdeka
Di balik perdebatan panjang tentang penerapan Kurikulum Merdeka ini, tentu ada sejumlah keunggulannya, antara lain:
Fleksibilitas: Kurikulum Merdeka memberikan lebih banyak kebebasan kepada sekolah dan guru untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di lingkungan mereka. Hal ini memungkinkan pendekatan pembelajaran yang lebih terpersonalisasi dan relevan.
Relevansi: Dengan menekankan pengembangan keterampilan dan sikap yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi, Kurikulum Merdeka diharapkan dapat mempersiapkan siswa lebih baik untuk menghadapi tantangan masa depan.
Penguatan keterampilan: Kurikulum Merdeka menekankan penguatan literasi, numerasi, serta kompetensi-kompetensi dasar lainnya yang penting bagi pembelajaran sepanjang hayat. Selain itu, konsep ini juga menekankan pengembangan sikap kewirausahaan, kreativitas, inovasi, dan kepemimpinan.
Pemberdayaan sekolah dan guru: Dengan memberikan lebih banyak keputusan kepada sekolah dan guru dalam merancang dan melaksanakan kurikulum, Kurikulum Merdeka dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan keterlibatan mereka dalam proses pendidikan.
Konteks lokal: Kurikulum Merdeka memungkinkan sekolah untuk lebih memperhatikan konteks lokal, budaya, dan potensi sumber daya di lingkungan mereka dalam merancang kurikulum. Hal ini dapat meningkatkan relevansi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Namun, keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka masih bergantung pada sejumlah faktor, termasuk ketersediaan sumber daya, kompetensi guru, dukungan dari berbagai pihak terkait, serta pemantauan dan evaluasi yang berkala untuk memastikan tujuan pendidikan tetap tercapai.
Kurikulum Merdeka sebagai Revolusi Pendidikan
Banyak yang melihat Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk menghadirkan sebuah revolusi dalam sistem pendidikan Indonesia.
Revolusi Pendidikan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan mendalam dan transformasi yang signifikan dalam sistem pendidikan suatu negara.
Kurikulum Merdeka sebagai Revolusi Pendidikan mengacu pada konsep perubahan radikal dalam paradigma pendidikan yang membebaskan sistem pendidikan dari kendala tradisional dan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada siswa dan pendidik.
Hal ini melibatkan pemikiran kritis, kreativitas, inovasi, dan inklusi sebagai pilar utama.
Pada dasarnya Kurikulum Merdeka menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran mereka, memungkinkan mereka untuk mengambil alih peran dalam merancang pengalaman belajar mereka sendiri sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka.
Hal ini juga mencakup pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kolaborasi, komunikasi, dan pemikiran kritis, yang diperlukan untuk berhasil dalam masyarakat modern.
Dengan membebaskan pendidikan dari batasan-batasan tradisional, Kurikulum Merdeka menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif, dinamis, dan relevan untuk mempersiapkan generasi masa depan.
Apa saja sumbangan kurikulum ini dalam konteks revolusi pendidikan?
Paradigma Baru: Kurikulum Merdeka mencoba untuk memperkenalkan paradigma baru dalam pendidikan, yang lebih menekankan pada pembelajaran berbasis keterampilan, penguatan literasi, numerasi, serta pengembangan sikap kewirausahaan, kreativitas, dan kepemimpinan.
Ini menandai perubahan signifikan dari pendekatan pendidikan tradisional yang lebih berfokus pada penguasaan materi pelajaran.
Fleksibilitas dan Pemberdayaan: Kurikulum Merdeka memberikan lebih banyak fleksibilitas kepada sekolah dan guru untuk merancang dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal dan karakteristik siswa.
Hal ini menghasilkan pemberdayaan lebih besar bagi pihak-pihak terkait di tingkat lokal untuk mengambil peran aktif dalam proses pendidikan.
Peningkatan Relevansi: Dengan menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi, Kurikulum Merdeka meningkatkan relevansi pendidikan dengan tuntutan zaman. Hal ini membantu mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih siap.
Keterlibatan Komunitas: Konsep Kurikulum Merdeka juga mendorong keterlibatan komunitas dalam proses pendidikan, dengan memperhatikan konteks lokal, budaya, dan sumber daya di sekitar sekolah.
Ini membangun hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat, sehingga pendidikan menjadi lebih terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Namun, penting untuk diingat bahwa sebuah revolusi dalam pendidikan tidak hanya terjadi karena adanya perubahan kurikulum saja.
Hal ini juga memerlukan perubahan dalam berbagai aspek lain dari sistem pendidikan, termasuk pelatihan guru, manajemen sekolah, sumber daya pendidikan, serta dukungan dari berbagai pihak terkait.
Tantangan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka antara lain:
Pengembangan Kurikulum yang Adaptif: Merancang kurikulum yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu siswa merupakan tantangan besar.
Memperhitungkan beragam gaya belajar, kebutuhan khusus, dan keunikan siswa memerlukan pendekatan yang sangat fleksibel.
Pelatihan dan Pengembangan Guru: Guru perlu disiapkan dan dilatih untuk mengadopsi pendekatan yang lebih responsif dan inklusif terhadap pembelajaran siswa.
Ini memerlukan pelatihan tambahan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan.
Evaluasi yang Berorientasi pada Kemajuan: Menilai kemajuan siswa dengan pendekatan yang lebih holistik dan beragam bisa menjadi tantangan.
Kurikulum Merdeka mendorong evaluasi yang tidak hanya mengukur pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat: Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam mendukung Kurikulum Merdeka bisa menjadi tantangan.
Memastikan pemahaman dan dukungan mereka terhadap perubahan kurikulum mungkin memerlukan upaya komunikasi yang kuat.
Sumber Daya dan Infrastruktur: Memastikan bahwa lembaga pendidikan memiliki sumber daya yang cukup baik untuk mendukung Kurikulum Merdeka juga merupakan tantangan.
Ini termasuk infrastruktur, teknologi, bahan ajar, dan dukungan yang memadai.
Keseimbangan antara Kebebasan dan Standar: Menemukan keseimbangan antara memberikan kebebasan kepada siswa dan guru dalam pembelajaran dengan mempertahankan standar pendidikan yang tinggi adalah tantangan yang nyata.
Kurikulum Merdeka perlu memastikan bahwa kebebasan tidak mengorbankan kualitas atau kesetaraan akses pendidikan.
Penerimaan dan Implementasi yang Konsisten: Memperoleh dukungan dan penerimaan yang luas dari semua pemangku kepentingan, serta menjalankan kurikulum secara konsisten di seluruh lembaga pendidikan, merupakan tantangan tersendiri.
Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan komitmen yang kuat, kerja sama antara semua pemangku kepentingan, serta pendekatan yang adaptif dan responsif terhadap kebutuhan lokal dan individual.
Meskipun tantangannya besar, Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk meningkatkan relevansi, kualitas, dan kesetaraan pendidikan.
Akhir kata, saya melihat bahwa penerapan Kurikulum Merdeka lebih kepada tantangan baru, baik bagi pendidik maupun peserta didik., karena ada beberapa hambatan yang memang perlu diselesaikan.
Konsep memperkuat pembelajaran berbasis keterampilan misalnya akan merepotkan lembaga pendidikan yang fasilitas penunjang belum memadai.
Belum juga dengan posisi guru yang belum mahir dalam penggunaan teknologi.
Hal lain yang paling membebankan guru saat ini adalah dengan tuntutan pada aplikasi Platform Mereka Mengajar atau PMM yang seolah memaksa dan menuntut guru untuk lebih giat bekerja dan kreatif.
Tuntutan ini sebenarnya sangat membebankan guru untuk bekerja ekstra. Apalagi dengan tuntutan administrasi berbasis online yang merupakan mimpi buruk bagi guru-guru yang sudah tidak muda lagi.
Heribertus Kamang adalah Pegiat Pendidikan