Modifikasi teknologi mutakhir bergulir dengan seri-seri yang menarik dan mengobsesi masyarakat sehingga berpartisipasi dalam prosesi modernisasi. Kuantitas pengguna perangkat-perangkat modern menandai keberhasilan penarikan tersebut.
Teknologi tidak saja dimanfaatkan manusia sejak usia balita, melainkan juga dari dalam kandungan. Misal, saat pengecekan awal dan perekaman setelah beberapa bulan usia kandungan, hingga tahap kelahiran.
Kenyataan percampuran peran teknologi dan pekerjaan kodrati manusia memungkinkan suatu korelasi timbal balik yang spesifik. Maka, sudah barang tentu manusia dengan kemampuan alamiah mengidentifikasi teknologi dari pelbagai sisi, termasuk unit-unit terkecil. Itu dibenarkan oleh kemandirian mayoritas masyarakat global mengoperasikan alat-alat seperti handphone, laptop, dan banyak bentuk alat sejenis.
Di satu sisi, perangkat-perangkat tersebut tidak saja lengkap pada peran, tetapi pula amat rumit dalam konstruksi fisik dan muatannya, seperti fitur dan sistem operasi.
Namun, di sisi yang lain rasa-rasanya kerumitan peralatan yang berseliweran sebagai hasil terpuji dari usaha eskalasi dalam bidang teknologi tidak membatasi eksplorasi pengguna. Malah, orang-orang menempuh berbagai cara, termasuk pendidikan khusus tertentu, demi mengenal dengan lengkap dan memahami secara rinci cara mengoperasikan pernak-pernik canggih yang hadir hari-hari ini.
Tanpa melepas uraian fakta lebar di atas, saya hendak menukik ke topik yang lebih sempit soal teknologi, yakni implikasi aplikasi sebagai rupa terapan teknologi yang dimuat oleh perangkat telekomunikasi terkini. Salah satunya adalah pengembangannya yang memantik banyak apresiasi, juga diskusi masif tentang topik-topik problematis.
Variasi Aplikasi dengan Aneka Intensi
Perangkat telekomunikasi dan komputasi semacam handphone dan laptop menjadi teman jalan orang-orang masa kini. Alasan praktis adalah benda-benda itu portable. Namun, yang juga tak kala penting adalah perangkat-perangkat semacam itu memuat aplikasi-aplikasi yang berkenaan dengan penyelesaian tugas, pemenuhan kebutuhan dalam hampir semua bidang hidup manusia, termasuk kehidupan sosial sebagai media interaksi antarorang.
Ada jutaan aplikasi tersebar di tangan para pengguna perangkat teknologi. Aplikasi-aplikasi tersebut berseliweran di toko aplikasi, seperti Playstore AppStore. Keanekaragaman itu dilengkapi kelimpahan daya guna dan kemewahan rupa yang menggiurkan.
Aplikasi komunikasi ialah jenis yang mendominasi dan WhatsApp merupakan salah satu dari jenis tersebut yang sering kini laris digunakan. Laporan Statista.com menunjukkan pada April 2024, aplikasi tersebut memiliki 2 miliar pengguna aktif.
Bersama program-program telekomunikasi serupa, WhatsApp dipakai untuk berkirim pesan. Konteks sosial menguat. Ada kemungkinan timbul kerapatan relasi antarorang, lebih-lebih saat interaksi daring berlangsung sambil disempurnakan dengan aneka macam fitur unik dari aplikasi yang memediasi suatu komunikasi.
Namun, saya mendapati beberapa poin yang penting jadi catatan dari kelebihan fitur-fitur. Sebut saja pesan sementara yang baru saja diluncurkan WhatsApp. Pembaharuan fitur seperti ini sebagai jalan penyempurnaan kenyamanan ruang obrolan memang baik adanya. Namun, hal ini tampak tidak selaras bilamana disejalankan dengan ikhtiar pembangunan nilai-nilai kemanusiaan.
Pemugaran pesan pada ruang chat beberapa saat setelah percakapan memang dalam kondisi tertentu memenuhi hak penutur atas sebuah percakapan. Hal ini juga bermaksud membuat percakapan melalui WhatsApp lebih praktis, seperti pada pembicaraan tatap muka. Pesan tidak tersimpan dalam waktu lama.
Namun, dari perspektif lain, pemugaran semacam itu meminggirkan jejak interaksi. Kondisi itu menawarkan peluang bertindak kasar: pengguna merasa berkesempatan memanfaatkan ruang percakapan sebagai wadah pelecehan. Toh beberapa saat kemudian jejaknya akan menghilang.
Dengan konsep ini boleh jadi ikut termaktub konstelasi cyber harassment. Aplikasi-aplikasi dengan fitur-fitur justru mengurung pengguna dalam pasang surut realita yang sudah sejak lama hendak dilepaskan.
Buah Pikiran
Inocencio Menezes dalam karyanya “Manusia dan Teknologi, Telaah Filosofis J. Ellul” (1986) mengetengahkan beberapa butir gagasan. Adap empat pandangan filosofis tentang teknologi yang patut dikaitkan dengan fenomena keterpinggiran nilai-nilai kemanusiaan dalam perkembangan teknologi.
Saya mengangkat appropriate technology sebagai tolok ukur refleksi keselarasan pengembangan teknologi dan seluk beluknya dengan nilai-nilai kemanusiaan, terutama pada rana kehidupan sosial. Tekanan dalam appropriate technologi adalah keserasian antara teknologi dengan kepentingan manusia dan integritas ekosistem.
Innocencio Menezes menerangkan bahwa appropriate technology menuntut dari pihak manusia suatu refleksi serius tentang tujuan dan nilai sebelum mau mengembangkan teknologi baru atau mempertahankan teknologi lama.
Sebagaimana dalam cinta yang dewasa mampu memberi afeksi dan bantuan untuk sesama agar dapat mencapai tujuannya, juga pada tahap ini perlu sanggup menguasai teknologi sebagai sarana. Dengan demikian penting bagi modifikasi teknologi yang tidak sepihak: pengembangan tanpa menimbang nilai-nilai dalam lingkaran kemanusiaan.
Modifikasi WhatsApp misalnya sungguh telah jauh menjadi kebanggaan manusia pada umumnya, pengguna serta pencipta pada khususnya. Namun, pengubahan fitur-fitur demi keseimbangannya dengan urgensitas nilai-nilai kemanusiaan agaknya sulit dilakukan.
Maka, jelaslah yang perlu diubah ialah pemikiran dan kesadaran kritis pengguna teknologi dengan pelbagai bagiannya.
Wilhelmus Gualbertus Nusa Gusi adalah mahasiswa Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero
Editor: Ryan Dagur