Mahasiswa di Yogyakarta Galang Dana untuk Bantu Warga Adat di Sumba yang Rumahnya Terbakar

Sebanyak 10 rumah tradisional milik warga adat di Kampung Paletelolu, Kampung Baru, Kabupaten Sumba Barat terbakar pada 17 Februari

Floresa.co – Para mahasiswa di Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan aksi sosial penggalangan dana untuk membantu warga adat di Sumba yang baru-baru ini rumahnya terbakar.

Aksi yang digelar pada 22 Februari ini diinisiasi Sumba APMD, organisasi beranggotakan seluruh mahasiswa asal Sumba yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa [STPMD] ‘APMD’ Yogyakarta.

Mereka melakukan penggalangan dana di Jalan Raya Janti Blok R, Karang Janbe, Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Selain anggota Sumba APMD, mahasiswa dari daerah lain seperti Manggarai dan Flores Timur di Pulau Flores, Papua dan Sulawesi juga terlibat.

Aksi itu, kata Simon Bondala, Ketua Umum Sumba APMD, merespons peristiwa kebakaran 10 rumah tradisional di Kampung Paletelolu, Kampung Baru, Kabupaten Sumba Barat pada 17 Februari pukul 02.00 Wita.

Simson menjelaskan aksi penggalangan dana ini merupakan bentuk kepedulian dan solidaritas sosial terhadap para korban.

“Mereka membutuhkan dukungan dari kita sebagai mahasiswa untuk bangkit dari rasa keterpurukan,” katanya.

“Dengan berdonasi kita bisa membantu para korban untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, pakaian, obat-obatan dan perlengkapan lainnya.” tandas Simson.

Ia menjelaskan, kebakaran itu menyebabkan masyarakat kehilangan tempat tinggal, harta benda dan harta berharga lainnya, juga dapat menyebabkan trauma psikologi.

Dengan berdonasi, kata dia, juga “memberi dampak positif bagi diri kita sendiri.”

“Kita merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin karena telah berbuat baik untuk sesama,” katanya.

Berdonasi, kata dia, juga berarti “kita menumbuhkan empati dan apikasi nyata dari nilai-nilai moral seperti kepedulian, solidaritas, kemanusiaan dan kebersamaan.”

“Mari kita tunjukkan cinta kasih kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Kontribusi kita sekecil apapun sangat berharga bagi mereka yang sangat membutuhkan,” kata Simon.

Sementara itu, dalam orasinya, Vitalis Tatogo, mahasiswa asal Paniai, Papua Tengah mengatakan tidak mesti menjadi orang Sumba, tetap cukup jadi manusia saja, untuk peduli.

Dalam aksi tersebut, mereka mengumpulkan total Rp500 dari para pengguna jalan.

Menurut Kapolres Sumba Barat AKBP, Benny Miniani Arief, 10 rumah adat yang terbakar itu dibangun pada 2021.

Kobaran api, kata dia, pertama kali muncul dari rumah milik Ngailu Beko, yang dengan cepat menyebar ke rumah lain di sekitarn.

“Rumah tradisional itu menggunakan material bambu, kayu, dan beratap ilalang yang mudah terbakar,” katanya.

Ia menyelaskan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun “sejumlah surat-surat berharga ludes terbakar.”

Beny menambahkan belum bisa menyimpulkan penyebab kebakaran dan total kerugian karena “masih dalam penyelidikan.”

Ditulis oleh Ancik Masri, mahasiswa STPMD ‘APMD’ Yogyakarta.

Editor: Ryan Dagur

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Artikel Terbaru

Baca Juga Artikel Lainnya