Doa Umat dalam Lima Bahasa Daerah Didaraskan saat Misa Peralihan Rektor Unika St. Paulus Ruteng

Penggunaan bahasa daerah menunjukkan pentingnya penghormatan terhadap keragaman budaya, kata mahasiswa

Floresa.co – Universitas Katolik Indonesia St. Paulus Ruteng [Unika St. Paulus] di Kabupaten Manggarai menggunakan lima bahasa daerah dalam Doa Umat saat Misa peralihan rektor.

Mahasiswa menyebut hal itu sebagai cara institusi mengakui dan menghormati keberagaman di lingkungan kampus.

Misa di Lapangan Missio pada 14 September itu juga merupakan rangkaian acara pembukaan tahun akademik 2024/2025 dan inagurasi mahasiswa-mahasiswi baru.

Mantan rektor, Maksimus Regus memimpin Misa itu, yang juga secara resmi meninggalkan kampus untuk tugas barunya sebagai uskup di Labuan Bajo.

Regus baru setahun sebagai rektor ketika pada 21 Juni Vatikan mengumumkannya sebagai uskup terpilih pertama untuk keuskupan di ujung barat Pulau Flores itu.

Maksimus digantikan oleh Romo Agustinus Manfred Habur yang menjabat untuk periode 2024-2027.

Doa dalam Lima Bahasa Daerah

Dalam Misa atau Perayaan Ekaristi itu, perwakilan para mahasiswa/i dari beberapa daerah diberi kesempatan untuk mendaraskan “Doa Umat” dengan bahasa masing-masing.

Hertimen Dekat, mahasiswi Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar mendaraskan doa yang ditujukan bagi Romo Manfred dalam Bahasa Manus.

Mai ite sama-sama ngaji latang Tuang Manfred, ai ghia poli siring rektor Unika st. Paulus kiwan 2024/2027. Mori, tegi de ghami agu ite, paka tei ata di’an wone Tuang Manfred agu paka palong salan lako latang de gepo de tuang Manfred mose ngar olon,” ujarnya dalam bahasa yang umum dipakai warga di wilayah Mukun, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur itu: “Semoga Allah menguatkan dan menuntun Romo Rektor dalam tugas perutusannya di lembaga ini agar selalu bijaksana seperti Kristus yang melayani dengan kasih yang tulus, serta senantiasa memperhatikan kebaikan bersama.”

Mateodius Limbo, mahasiswa Program Studi Pendidikan Teologi mendaraskan doa yang ditujukan bagi Ketua Yayasan St. Paulus, para pejabat struktural, pengurus yayasan, para dosen, tenaga kependidikan, pegawai, dan karyawan/ti di Unika St. Paulus dalam Bahasa Rajong. 

Bahasa itu dipakai warga di Kampung Lando Nanga, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.

Mai nggita ngazi meki ketua yayasan, bate gae ata patu agu naun, bate wai lime wone mai Unika St. Paulus Ruteng. Mori zou ne nggita ninar nai, matan talakoor nain mbawa rani, sa le ulun watu sila, wekin kombo besi, neka bike kear, sa le uzun bila kazu, bokol bila ute wai la panga lime ndawe sing sale lezang lawe: Semoga Tuhan menganugerahkan kepada mereka rahmat kebijaksanaan, kebenaran, keberanian, dan keadilan sehingga mereka bisa bekerja dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan Unika St. Paulus Ruteng. Semoga Allah menerangi hati dan budi mereka agar hadir sebagai saudara bagi yang lain, saling mendukung dan saling melayani dengan tulus.”

Sementara Teresia Saida Dandung, mahasiswi Program Studi Pendidikan Teologi mendaraskan doa bagi para mahasiswa/i tahun akademik 2024-2025 dalam Bahasa Kolang.

Mai ga ite ngaji latang roeng one kulia ntaung suampulu pat agu suampulu lima. Nia porong Morin berkak agu titong koe ise kudut bekar one mose kot weki dise ata patut agu naun bolo mai ranga de Morin. Teing koe ise mongkon molor mberes nuk dise, agu nganceng koe lise lelo ata di’ian. Campe kole ise Mori, kudut lawang Imbi, bet agu momang lantang serani one mose dise leso leson: Semoga Tuhan memberkati dan menuntun mereka agar dapat mengembangkan diri mereka sesuai dengan kehendak ilahi. Berilah kepada mereka, pengertian yang tajam dan ingatan yang kuat dan kemampuan untuk memahami segala sesuatu dengan benar serta mengungkapkannya dengan tepat dan dengan bijaksana. Bantulah mereka agar dapat menghidupi dan menghayati iman, harapan, dan kasih serta keutamaan-keutamaan kristiani dalam kehidupan mereka sehari-hari.”

Bahasa Kolang umum dipakai warga di Desa Wajur, Kecamatan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat.

Maria Yasinta Dhau Muga, mahasiswi Program Studi Pendidikan Teologi mendaraskan doa bagi para pendiri, para dosen, pegawai, karyawan/ti, mahasiswa/i Unika St. Paulus yang telah meninggal dunia dalam Bahasa Bajawa. Bahasa itu dipakai oleh Maria dan warga lainnya di Kampung Langa, Desa Langa, Kabupaten Ngada. 

Mai si kita ngasi untuk ema pendiri, ema dosen, pegawai, karyawan/wati mahasiswa/i Unika St. Paulus da olo galo. Oh ema dewa zeta surga jaga geo si masa ana kau da olo galo ampon si masa go dhosa emu da tau dia go ota ola tii si mae emu muzi modhe zeta one go lesa ema dewa da olo pera. Emu mata gha nee wi mete ngia ema dewa wi dho’o go mae zeta one surga, semoga emu we tima go thara ne go po pera puu ema dewa zeta surga:  Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan memperkenankan mereka menikmati sukacita abadi dalam Rumah Bapa. Mereka telah meninggal dengan harapan akan bangkit lagi, semoga mereka disinari dengan cahaya cinta kasih Tuhan.”

Sr. Lusia Veronika, mahasiswi Program Studi Teologi mendaraskan doa bagi semua umat yang hadir pada perayaan ekaristi itu dalam bahasa Lamaholot, yang umum dipakai warga di ujung timur Flores.

Pai tite mengaji neng tite wekae tobo tedeng pae doray tepi altar Tuhan. Sorong morip kamen nong kuay kemuhal, nong mureng wanan, mang onekem bele-bele, ti kame bisa ma tutu tapang maring holoy berkat Tuhan neng atadiken wekae. Ege geser teti nai doan lali nai lelat nulen adat wedateken, sobong, liko mahing, keteng kelang. Kame soba matu Ina Maria, nulen adat senaren melanen, na perohon pesayang, tungen nangen, na mupul hani tite wekae nong dame, nong cinta naen, tang kakan arin, kakan pulo arin lema tong ra senushan alawen:  Tuntunlah hidup kami dengan keberanian, kebenaran, keadilan, serta kebijaksanaan agar menjadi kanal berkat bagi sesama kami. Singkirkanlah sikap angkuh, cemburu, dan iri hati. Dan semoga Bunda Maria, teladan iman dan cinta, mempersatukan kita dalam damai, cinta kasih, dan solider dengan mereka yang menderita.”

Suasana Misa di Unika St. Paulus Ruteng pada 14 September 2024. (Unika St. Paulus)

Apa Kata Mahasiswa?

Maria Magdalena Ghena, seorang mahasiswi asal Aimere, Kabupaten Ngada mengaku “bangga dan sangat senang karena bahasa daerah saya digunakan dalam acara penting ini.”

“Penggunaan bahasa daerah dalam Perayaan Ekaristi menunjukkan bahwa inkulturasi sangat penting untuk dipraktikkan dalam lingkungan kampus.”

“Terima kasih sudah menerima kami dan kebudayaan kami [Bajawa] dalam berbagai kegiatan yang dijalankan oleh kampus,” katanya.

Hal senada disampaikan Teresia Saida Dandung karena “baru pertama kali bahasa daerah kami digunakan dalam acara besar seperti ini di kampus.”

“Saya berharap semoga Unika St. Paulus Ruteng selalu melestarikan keberagaman budaya  daerah yang dimiliki para mahasiswa-mahasiswi,” katanya. 

Laporan ini ditulis oleh Karno Dentius Oce, mahasiswa Program Studi Pendidikan Teologi di Unika St. Paulus Ruteng

Editor: Herry Kabut

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Silahkan gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru. Kawan-kawan bisa langsung klik di sini.

Artikel Terbaru

Banyak Dibaca

Baca Juga Artikel Lainnya