Siswa sebuah Sekolah Menengah Pertama [SMP] di Kabupaten Manggarai menggelar diskusi internal di sekolah mereka baru-baru ini, membahas topik perundungan, kekerasan dan penggunaan media sosial secara bertanggung jawab.
Para siswa tersebut, yang berasal dari SMP Negeri 6 Cibal, mempresentasikan materi secara berkelompok di sekolah itu pada 26 Februari.
Mereka terbagi dalam tiga kelompok yang masing-masing membahas satu topik, yakni “Perundungan”, “Kekerasan” dan “Bijak Bermedia Sosial”.
Kelompok pertama, yang dipimpin Sindriani Puti, menjelaskan jenis-jenis perundungan atau bullying, yakni perundungan fisik, mental, verbal dan non-verbal.
Perundungan fisik, menurut para siswa “adalah yang paling mudah diidentifikasi, tetapi lebih sedikit terjadi ketimbang jenis perundungan lainnya.”
“Korban perundungan dapat mengalami kecemasan dan depresi yang parah, tak percaya diri dan merasa tidak berharga, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain,” kata kelompok tersebut.
Dampak lainnya adalah kesulitan dalam belajar, sulit tidur, sakit fisik hingga risiko terburuk bunuh diri.
Perundungan di lingkungan sekolah, kata para siswa, terjadi karena beberapa faktor, yakni kurangnya pendidikan dalam keluarga, kurangnya pendidikan karakter di sekolah, tekanan sosial, masalah psikologis pelaku, pengaruh media sosial dan rendahnya pengawasan pihak sekolah.
Kelompok kedua, yang dipimpin Yustina Isabela Dingur menjelaskan bahwa tindakan kekerasan memiliki beragam dampak bagi korban, misalnya cedera fisik, trauma emosional, kerusakan psikis, hingga kerusakan hubungan sosial.
“Kekerasan juga dapat menyebabkan hilangnya rasa percaya, baik pada diri sendiri maupun orang lain dan lembaga yang seharusnya melindungi korban,” kata para siswa.
Sementara itu, kelompok ketiga di bawah pimpinan Aulia Cintai Cavri mengetengahkan dampak-dampak positif dan negatif penggunaan media sosial, yang berhubungan dengan identitas kaum remaja, terutama pelajar.
Kendati berdampak positif dalam membangun jaringan sosial dan menambah wawasan dan kreativitas, kata para siswa, penggunaan media sosial dapat menimbulkan ketergantungan, yang juga berpengaruh pada aspek kesehatan fisik dan mental pelajar.
“Media sosial juga dapat digunakan untuk melakukan cyberbullying atau perundungan secara daring untuk mengganggu orang lain,” kata para siswa.
Hal lainnya yang disoroti kelompok ini adalah aspek keamanan digital dan ancaman bagi privasi, yang salah satunya menyebabkan maraknya kasus penipuan di dunia maya.
Ambrosius Udal, guru pendamping kegiatan tersebut berkata para siswa yang membawakan materi adalah peserta kegiatan Pelajar Penggerak Merah Putih Angkatan II dan III.
Pelajar Penggerak Merah Putih adalah bagian dari Program Sekolah Penggerak yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, bagian dari upaya menciptakan pelajar yang cerdas, berkarakter, berprestasi, dan ikut membangun negeri dengan aksi nyata.
Ambrosius, yang bersama guru lainnya Basilius Jangkan menjadi pendamping program tersebut di tingkat sekolah berkata lembaga pendidikan tersebut terus mendorong upaya mengatasi kekerasan dan perundungan, termasuk melalui pengawasan penggunaan media sosial.
“Kami berharap kegiatan ini diwujudnyatakan dalam aksi nyata di sekolah, keluarga dan masyarakat agar seluruh siswa berkomitmen menjadi garda terdepan menolak perundungan dan kekerasan serta bijak berperilaku di dunia maya,” kata Ambrosius.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 6 Cibal, Agustinus Pank Suriman dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada para siswa yang membagikan pengetahuannya kepada seluruh warga sekolah.
“Jangan berhenti pada sosialisasi dan diskusi, tetapi harus berlanjut pada aksi nyata dengan dukungan penuh orang tua serta masyarakat luas,” katanya.
SMP Negeri 6 Cibal, yang terletak di Desa Lenda, Kecamatan Cibal Barat, didirikan pada tahun 2009 dengan SK Pendirian bernomor HK/263/2009. Jumlah peserta didik di sekolah itu 206 orang, terdiri atas 99 perempuan dan 107 laki-laki.
Sementara guru dan tenaga kependidikan berjumlah 24 orang, dengan 12 perempuan dan 12 laki-laki.
Editor: Herry Kabut