Digitalisasi: Peluang dan Tantangan Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045

Butuh kearifan bagi kaum muda untuk menangkap peluang dan menyiasati tantangan yang hadir bersamaan di era digital

Sejarah telah mencatat bahwa orang muda adalah pemilik masa depan dan pemegang tongkat estafet dari para pendahulu.

Tentang orang muda, Bung Karno, Sang Proklamator pernah berkata, “Berikan aku 10 orang muda, maka akan kuguncang dunia.”

Generasi muda adalah mereka yang sedang dalam proses mencari jati diri. Mereka mengawali langkah dari titik perjuangan penuh pengorbanan, berlari mengejar titik finis yang cerah.

Kisah tokoh-tokoh muda dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia dapat menjadi inspirasi bagi jutaan generasi muda yang sedang berjalan menuju era Indonesia Emas pada 2045.

Setiap masa memiliki kisah dan tantanganya sendiri.

Di era pra kemerdekaan, para pejuang muda menyingsingkan lengan baju, mengangkat senjata dan siap bertarung nyawa, mengusir penjajah, merebut kemerdekaan.

Sesudah kemerdekaan, Indonesia mengalami pasang surut dan pasang naik mempertahankan kemerdekaan, memperjuangkan nasib bangsa yang besar, majemuk dan multikultural.

Pertentangan, perselisihan dan kekacauan terjadi di berbagai pelosok tanah air.

Tragedi Poso, Bom Bali, terpisahnya Timor Leste dari Ibu Pertiwi dan masih banyak tragedi di berbagai daerah menandakan bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan anak bangsa.

Tentang hal ini, Bung Karno sudah berpesan, “Perjuanganku melawan penjajah lebih mudah, tetapi perjuanganmu akan lebih berat, karena melawan bangsa sendiri”.

Di era ini, perjuangan generasi muda bukan saja soal agama, suku, etnis dan ras tetapi juga perjuangan hidup di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Digitalisasi telah membawa banyak peluang yang menghantar pada kemajuan, tetapi juga tantangan raksasa bagi generasi muda yang juga mengancam peradaban manusia.

Peluang

Ada beberapa peluang bagi generasi muda di hadapan digitalisasi.

Pertama,  akses ke informasi dan pendidikan. Digitalisasi telah memungkinkan akses yang lebih mudah dan luas ke informasi dan ilmu pengetahuan. Mereka dapat belajar keterampilan baru dan mengakses materi pendidikan melalui berbagai platform.

Kedua, konektivitas dan komunikasi. Digitalisasi telah memungkinkan generasi muda untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia melalui media sosial, platform komunikasi dan jaringan siber lainnya.

Ini memungkinkan kaum muda untuk berbagi ide, pengalaman dan membangun hubungan dengan orang-orang di berbagai belahan dunia.

Ketiga, peluang karir dan kewirausahaan. Digitalisasi telah menciptakan peluang baru dalam dunia kerja dan kewirausahaan. Orang muda dapat mengembangkan karir di bidang teknologi, kreativitas digital, bisnis online, menciptakan konten digital, memasarkan produk dan jasa mereka.

Tantangan

Namun, di samping peluang tersebut, juga terdapat beberapa risiko dan tantangan bagi generasi muda dalam berdigital.

Pertama, keamanan dan privasi. Digitalisasi membawa risiko keamanan dan privasi. Generasi muda perlu waspada terhadap ancaman seperti penipuan online dan penyalahgunaan data pribadi. Data pribadi dapat rentan terhadap pencurian identitas, peretasan, atau penyalahgunaan. Informasi sensitif seperti nomor kartu kredit, alamat rumah, atau data medis dapat menjadi sasaran bagi pelaku kejahatan siber.

Kedua, ketergantungan dan kesehatan mental. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan dampak negatif pada kesehatan mental.

Penggunaan yang berlebihan terhadap perangkat digital seperti ponsel cerdas, media sosial, atau permainan online dapat menyebabkan ketergantungan yang serupa dengan kecanduan.

Selain itu, media sosial dan platform online sering kali menjadi tempat tersebarnya konten yang merugikan kesehatan mental, seperti body shaming, cyberbullying, atau tekanan untuk mencapai standar kecantikan yang tidak realistis.

Ketiga, konten negatif dan tidak sehat. Digitalisasi juga membawa risiko terpapar konten negatif dan tidak sehat seperti kekerasan, pornografi, dan disinformasi. Internet juga menyediakan akses mudah ke konten pornografi. Paparan terhadap konten semacam ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan seksual, kecanduan, atau masalah psikologis bagi generasi muda.

Pentingnya Penggunaan Teknologi yang Arif

Di tengah kondisi semacam ini, pendidikan dan bimbingan yang tepat tentang penggunaan teknologi digital bagi generasi muda menjadi penting.

Dengan pendekatan yang seimbang dan bijaksana, digitalisasi dapat membawa manfaat bagi kaum muda dalam mencapai potensi mereka dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh generasi muda Indonesia dalam berdigital.

Pertama, penerapan nilai-nilai Pancasila dalam berdigital. Generasi muda perlu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam konteks berdigital sehingga mereka bertumbuh menjadi generasi penerus yang bertakwa, berkualitas, cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.

Kedua, pengembangan diri, keamanan dan privasi. Generasi muda harus mampu mengolah diri, mengembangkan bakat, mengenali kelemahan dan kekuatan mereka saat berdigital.

Mereka perlu waspada terhadap ancaman seperti penipuan online, kejahatan siber, dan penyalahgunaan data pribadi, serta mengembangkan kesadaran akan keamanan digital dan melindungi informasi pribadi.

Ketiga, manajemen waktu. Generasi muda harus memiliki kemampuan untuk mengatur waktu mereka dengan efisien, mengidentifikasi prioritas saat berdigital. Mereka perlu mengelola waktu dengan bijaksana, menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline.

Keempat, etika dan moralitas. Generasi muda harus memiliki kesadaran akan nilai-nilai etika dan moralitas yang penting dalam kehidupan mereka. Mereka harus mampu hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar dan adil, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka dalam berdigital.

Kelima, kesehatan fisik dan mental. Generasi muda harus berusaha untuk menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, mengelola stres dan menjaga keseimbangan fisik dan mental dalam berdigital.

Keenam, hubungan sosial. Generasi muda juga mampu membangun hubungan sosial yang sehat dan bermakna dengan orang lain melalui dunia digital. Hal ini mencakup mengembangkan keterampilan literasi digital untuk mengenali dan menghindari konflik dalam berdigital.

Catatan Akhir

Digitalisasi menjadi peluang apabila dimanfaatkan dengan baik, tetapi dapat menjadi soal serius jika merusak diri generasi muda. Pengolahan dan persiapan diri yang baik adalah jalan menuju kesuksesan dalam berdigital.

Digitalisasi selalu dan akan tetap dikendalikan oleh manusia. Generasi muda Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, berakal sehat, berbudi luhur dan berintegritas diri tinggi yang akan tetap bertahan dan ikut bersaing dalam barisan generasi emas Indonesia.

Ayo, kaum muda Indonesia, jadilah generasi yang betul-betul siap menuju era emas Indonesia 2045.

Florensia Imelda Seran adalah mahasiswi Sekolah Tinggi Pastoral Santo Sirilus Ruteng

Editor: Ryan Dagur

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Artikel Terbaru

Baca Juga Artikel Lainnya