Dosen di salah satu kampus di Ruteng, Kabupaten Manggarai merilis sebuah buku yang menyoroti pentingnya penerapan manajemen strategis dalam operasional lembaga Gereja Katolik, Komisi JPIC-OFM.
Komisi itu bernaung di bawah Ordo Fratrum Minorum atau Fransiskan dan bergerak di bidang advokasi dan animasi untuk keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
Berjudul “Membaca Peran JPIC-OFM dengan Diskursus Manajemen Strategis” itu ditulis oleh Yohanes Mario Vianney, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Karya Ruteng.
“Buku ini menjelaskan bagaimana JPIC-OFM dapat melakukan interaksi yang terukur dengan umat, mengangkat kehidupan mereka yang miskin dan terpinggirkan menjadi lebih bermartabat,” kata penulis, yang biasa disapa Arif.
Dengan memanfaatkan prinsip manajemen strategis, katanya, JPIC-OFM tidak hanya mengatasi kemiskinan tetapi juga mengelola organisasi secara efisien, memberikan dampak ekonomi positif bagi komunitas yang dilayani dan karyawan yang terlibat.
“Buku ini menawarkan panduan berharga dan solusi praktis untuk tantangan dalam misi sosial JPIC-OFM, menggabungkan teori dan praktik, serta diharapkan menjadi sumber inspirasi dan manfaat bagi para praktisi sosial dan manajemen strategis,” jelas Arif.
Buku ini disunting oleh Antonius Mbukut, dosen di Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero, sementara kata pengantar oleh Maksimus Regus, rektor Universitas Katolik Indonesia St Paulus Ruteng yang baru-baru ini ditunjuk menjadi Uskup Labuan Bajo dan Pastor Andreas Bisa, OFM yang pernah bekerja di JPIC-OFM.
Arif berkata, dengan diskursus manajemen strategis ini, ia mau menegaskan bahwa JPIC-OFM adalah instrumen gereja yang dengan semangat St Fransiskus Asisi atau Spiritualitas Fransiskan memberikan perhatian kepada masyarakat yang miskin, mengalami ketidakadilan dan peduli terhadap ekologi.
“Peran ini, dengan mengarah pada prinsip tadi, akan menghasilkan nilai yang diterima masyarakat berupa pengetahuan baru, strategi bertindak menyelesaikan persoalan kemiskinan dan ketidakadilan, kepuasan masyarakat terhadap pelayanan JPIC OFM – pengenalan terhadap nilai-nilai yang perlu dijadikan pedoman dalam hidup,” katanya.
“Berakar pada tradisi Fransiskan, JPIC OFM mewujudkan etos holistik yang menekankan keterkaitan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup,” katanya.
Ia menjelaskan, buku ini muncul di tengah konteks global yang ditandai dengan tantangan sosial dan lingkungan yang besar, yang menyoroti kebutuhan penting bagi organisasi untuk mengadopsi praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial.
Arif menyebut menyebut buku ini mengartikulasikan bagaimana nilai-nilai ini dapat dioperasionalkan dalam kerangka manajemen strategis untuk menumbuhkan kepemimpinan etis dan ketahanan organisasi.
Buku ini, jelasnya, juga memperlihatkan betapa pentingnya divisi animasi, litbang, sosial karitatif dan ekologi pada JPIC-OFM sebagai strategi menjangkau semakin banyak orang yang berkehendak baik yang juga memiliki perjuangan yang sama bahwa nilai-nilai yang sedang dipromosikan ini merupakan DNA atau the way of life dan perlu terus dihidupkan oleh setiap pribadi.
“Sekaligus, secara manajerial, diperlihatkan peran JPIC-OFM dalam menata sensibilitas sosio-spiritual di dalam diri pada setiap pribadi agar senantiasa dengan mata dan telinga yang terbuka, hati yang peka, serta tangan yang siap sedia untuk karya amal kasih yang menjadi panggilan Gereja di dunia ini,” katanya.
Ia menjelaskan, manajemen strategis yang dikembangkan dalam bidang-bidang kerja JPIC-OFM mempersyaratkan adanya upaya promosi, animasi dan fasilitasi secara berkelanjutan, baik secara internal maupun secara eksternal.
Hal ini berjalan beriringan dengan sebuah optimisme bahwa pada akhirnya setiap pribadi akan menjadi promotor, animator, manajer dan produser nilai-nilai keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
“Pada aras ini, promotor dan animator JPIC tampak berada ‘di ambang batas’ perjuangan, antara yang ilahi dan manusiawi, antara yang rohani dan jasmani, antara yang mistik dan erotik, antara yang baka dan fana, antara yang sakral dan profan, antara dunia batiniah dan dunia lahiriah, antara cinta dan nafsu, antara kasih sayang dan kenikmatan,” katanya.
Editor: Herry Kabut