Kembangkan Pertanian Organik dan Buat Anyaman Tradisional, Langkah SMP Negeri di Manggarai Terapkan Kurikulum Merdeka

Program-program tersebut diadakan secara kolaboratif, melibatkan sekolah, orang tua siswa dan pemerintah desa

Floresa.co – Peserta didik SMP Negeri 14 Satarmese di Kabupaten Manggarai mengadakan penanaman sayuran organik dan pembuatan produk kerajinan, bagian dari implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5, salah satu item dalam Kurikulum Merdeka.

Mengangkat tema “Kearifan Lokal, Gaya Hidup Berkelanjutan, dan Kewirausahaan”, para peserta didik yang dibagi dalam kelompok berdasarkan kelas memanfaatkan kebun sekolah untuk diolah dan ditanami berbagai jenis sayuran.

Salah satu yang sudah ditanam adalah 100 pohon cabai keriting yang sudah berumur dua bulan. Saat ini sekolah juga sedang menyiapkan lahan untuk tanaman terong dan sorgum.

Kegiatan lainnya adalah pengolahan sampah plastik dengan sistem daur ulang untuk menjadi barang yang bisa digunakan kembali, misalnya paving block. 

Selain itu, untuk meningkatkan semangat kewirausahaan, peserta didik membuat berbagai kerajinan tangan berupa anyaman tradisional, seperti potang manuk atau sangkar ayam, piring dari bahan rotan, rojok loce atau anyaman tikar, serta mbere dan roto yakni tas dan keranjang dari bahan dasar rotan dan daun pandan atau re’a.

Sekolah tersebut membagi jadwal kerja siswa di mana setiap kelas mendapatkan masing-masing satu hari; kelas VII pada hari Selasa, kelas VIII hari Rabu dan kelas IX hari Kamis.

Maksimus Edon, Kepala SMP Negeri yang beralamat di Desa Woa, perbatasan Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur tersebut berkata, hasil pengolahan sayur, daur ulang sampah dan anyaman tradisional akan dipasarkan kepada warga sekitar sekolah dan di tempat lain.

“Semua kegiatan tersebut berorientasi pada peningkatan karakter, pengetahuan, dan keterampilan siswa agar dapat menginternalisasikan elemen Profil Pelajar Pancasila, di antaranya menjadi siswa yang beriman dan berakhlak, berpikir kritis dan kreatif, serta memiliki semangat gotong royong, mandiri, dan menghargai kebhinekaan,” katanya.

Peserta didik SMP Negeri 14 Satarmese sedang membersihkan kebun sekolah untuk penanaman sayuran organik. (Dokumentasi SMP Negeri 14 Satarmese)

Ia juga berkata, kegiatan tersebut “merupakan hasil kolaborasi”, yang mendapatkan dukungan dari semua pihak, mulai dari internal sekolah hingga orang tua siswa dan pemerintah desa setempat.

“Moto kerja kami adalah ‘Inovasi sebagai Solusi’, bahwa semua langkah yang kita kerjakan bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di level sekolah, masyarakat, daerah maupun secara nasional,” katanya.

“Inilah bentuk upaya sekolah menjadi bagian dari transformasi pendidikan menuju generasi emas tahun 2045”, lanjutnya.

Kebun cabai SMP Negeri 14 Satarmese yang menjadi lokasi praktik P5. (Dokumentasi SMP Negeri 14 Satarmese)

Mariaeta Rahmani Rasti Losa, salah seorang peserta didik kelas IX berkata, “program ini memacu semangat kami untuk terus belajar dan dengan begitu kami akan lebih tahu banyak hal, khususnya dalam kegiatan mengolah sampah.”

Rasti, sapaan akrabnya, berkata, sebelum ada program tersebut para siswa “hanya tahu membuang sampah.” 

“Ternyata sampah punya potensi menghasilkan uang ketika diolah menjadi barang-barang yang berguna,” katanya.

Terkait pertanian organik, kata Rasti, para siswa diajarkan cara membuat pupuk organik memanfaatkan benda-benda sekitar seperti dedaunan dan kotoran hewan.

“Kami juga dilatih untuk bisa melestarikan berbagai kearifan lokal, yaitu dengan membuat sangkar ayam dari rotan, membuat piring rotan, menganyam tikar, luni, mbere, dan bakuk. Hal ini kami lakukan dengan penuh rasa antusias, tanggung jawab dan semangat gotong royong”, tambahnya.

Para guru SMP Negeri 14 Satarmese juga terlibat memelihara tanaman yang menggunakan pupuk organik. (Dokumentasi SMP Negeri 14 Satarmese)

Sementara itu, Arsensius Agung, guru koordinator kegiatan P5 tersebut berkata, program-program yang diinisiasi sekolah adalah “langkah awal untuk sebuah inovasi yang bisa membawa dampak berdaya guna bagi anak-anak di masa depan.”

“Saya berharap program-program yang diadakan secara kolaboratif tersebut berjalan dengan lancar sampai pada tahap penyelesaian”, katanya.

Maksimus menambahkan, untuk mengukur keberhasilan program tersebut pihak sekolah memulai dengan pembentukan tim khusus yang bertugas merancang item-item kegiatan, mengadakan pembahasan evaluatif, hal-hal yang dibutuhkan, pihak-pihak yang terlibat, hingga rancangan anggaran dana.

“Kami optimis bahwa kegiatan ini akan memiliki dampak yang nyata bagi sekolah karena didukung oleh perencanaan yang mendetail, pelaksanaan yang terjadwal dan ruang evaluasi yang telah disiapkan dengan baik,” katanya.

SMP Negeri 14 Satarmese memiliki 192 peserta didik. Sekolah tersebut mulai menerapkan Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran 2024/2025. (Dokumentasi SMP Negeri 14 Satarmese)

SMP Negeri 14 Satarmese didirikan pada 2014 melalui SK bernomor DIN.PPO.420/767a/VI/2014, berada di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Manggarai.

Jumlah guru di sekolah tersebut 23 orang, termasuk kepala sekolah. Mereka menangani 192 orang siswa, terdiri atas 104 laki-laki dan 88 perempuan.

Tahun Ajaran 2024/2025 menjadi tahun pertama sekolah tersebut menerapkan Kurikulum Merdeka.

Editor: Ryan Dagur

Artikel ini terbit di halaman khusus KoLiterAksi. Jika Anda adalah pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati pendidikan ataupun masyarakat umum dan tertarik menulis di sini, silahkan kirimi kami artikel. Ketentuannya bisa dicek dengan klik di sini!

Silahkan gabung juga di Grup WhatsApp KoLiterAksi, tempat kami berbagi informasi-informasi terbaru. Kawan-kawan bisa langsung klik di sini.

Artikel Terbaru

Banyak Dibaca

Baca Juga Artikel Lainnya