Sang Pengembara
Sejak pertama keduanya bertemu
Ia, lautan kehidupan membanjiri badan
Mengelinding mencari lubuk hati
Bergulat dengan kehidupan dalam jangka tak biasa
Berjalanlah ia kesemua arah
Dengan mengeja mata
Mengeja telinga
Dan, mengeja kehidupan itu
Timbul tengelam suaranya
Dari dasar ceruk budi
Dalamnya ia berkisah tentang nama-nama
Dengan pena tumpul tak bertangan
Diujung desahan titik napasnya
Kata mata itu kembali terbangun
Seiring kerasnya dentuman kaki sang pengembara
Berjalanlah ia kembali
Mengikuti angin selingkuh jamak arah
Teruntuk (alm) Ibu
Masihkah kau ingat?
Ketika jarak menentu rindu
Waktu kau lepas embun nafasmu
Sajadahmu ada padaku juga
Masihkah kau ingat?
Kala ada senyum retak di tepi bibir
Memaksa air mata yang binar asa
Segala deritapun, aku makam pula
Lewat derita mata
Kau banyak membunuh kecewa
Menepis adanya fajar maut
Meskipun kau sendiri banyak bertanya,
Adakah aku sudah binasa?
Senjaku terlalu muda kembali
Si Pupus
Kau bilang cinta
Ketika aku panen harta
Bukannya aku buta
Tetapi, cinta harta dalamnya derita
Kau bilang rindu
Mendulang rindupun kau resah
Lekas kau lepas aku
Umur embunpun bersorak berumur
Itulah kau si pupus
Cinta setengah telaga
Merembes derita air mata duka
Anginpun selingkuh
Tatkala kau bangkitkan rasa cinta
Untuk kembali mendulang rindu
Toh, semuanya hampa
Dimana kecewamu malah merenggang nyawa
Siesta
Dalam selembar, mata direnggut
Begitu mudahnya seperti umur embun
Manisnya itu meretakan segala kesegaran
Tepat ketika hujan tiba
Sulut apinya nyalakan dingin
Hujanpun rintik-rintik mulai menggoda
Dan, kaupun tahu
1001 cerita siap kita tenun
Febri Nagut kini tinggal di komunitas TOR Ritapiret. Alumnus SMP-SMA Seminari Pius Xll Kisol ini berasal dari Ruteng, Flores.