Pemerintah Gencar Bicara Swasembada Pangan, di Manggarai Barat Petani Susah Dapat Pupuk Subsidi 

Dari 24 ribu ton pupuk subsidi yang dibutuhkan, hanya sepertiga yang bisa disediakan pemerintah

Floresa.co – Di tengah ambisi pemerintah untuk swasembada pangan, para petani di Kabupaten Manggarai Barat, NTT masih kesulitan mendapatkan pupuk subsidi.

Padahal, pada bulan ini, sebagian besar petani di wilayah barat Pulau Flores ini sudah memasuki musim tanam. 

Paulina Jelita, 41 tahun, sudah menanam padi di sawahnya seluas 2.500 meter persegi atau 0,25 hektare. 

Seminggu pasca menanam, petani di Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng itu belum juga memupuki padi-padi itu. 

Mestinya, kata dia, agar tunas-tunas padi yang berada dalam fase pertumbuhan itu tumbuh dengan baik, perlu segera diberi pupuk.

Sulitnya mengakses pupuk serta harga yang terbilang mahal, menurut Paulina, menjadi penyebab utama. 

“Saya tidak pernah mendapatkan pupuk subsidi, karena tidak terdaftar di RDKK. Saya belum tergabung dalam kelompok tani,” katanya kepada Floresa  pada 15 Desember.

RDKK merujuk pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani yang mengatur  rencana kebutuhan alat produksi pertanian, termasuk  pupuk bersubsidi untuk satu tahun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani. 

RDKK Pupuk Bersubsidi merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh pupuk bersubsidi dari penyalur, Gapoktan.

Paulina berkata, beberapa tahun terakhir, untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman padinya, ia terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga yang lebih mahal. 

Untuk 25 kilogram pupuk non-subsidi produksi PT Petrokimia Gresik, anak usaha BUMN PT Pupuk Indonesia itu, Paulina  merogoh kocek Rp250 ribu. Itu artinya, harga pupuk per kilogram Rp10.000.

Padahal, untuk jenis pupuk yang sama yang disubsidi pemerintah, harganya hanya Rp2.300 per kilogram, sesuai Keputusan Menteri Pertanian No.249/KPTS/SR.320/M/04/2024 tentang Penetapan Alokasi dan HET Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian TA 2024.

Dengan uang Rp 250 ribu, Paulina mestinya bisa mendapatkan jatah pupuk subsidi 100 kilogram.

Paulina berkata, 25 kilogram pupuk yang mampu dibelinya jauh dari cukup untuk kebutuhan pupuk selama satu periode musim tanam. 

“25 kilogram itu biasanya sudah habis saat disirami satu atau dua minggu setelah menanam,” ujarnya.

Pada fase generatif atau berbunga, mestinya tanaman padinya kembali dipupuki. Ia pun mengakalinya dengan menggunakan pupuk cair jenis Seprint. 

Pemupukan yang kurang ini berimbas pada hasil. 

Paulina berkata,dari lahan sawah 0,25 hektar itu, gabah yang dihasilkan tak menentu.

“Musim panen Maret 2024 hasilnya 20 karung, tahun lalu 15 karung, bahkan pernah 12 karung,” ujarnya.

Jika dihitung dengan luas lahan, produktivitas padi Paulina setara dengan 80 karung [8 ton], 60 karung [6 ton] dan 48 karung [4,8] ton per hektar.

Sebagai perbandingan, pada 2022 produktivitas padi di Manggarai Barat mencapai 6,7 ton per hektar, naik dari tahun sebelumnya 4,94 ton per hektar.

Ia menyebut penurunan produktivitas terjadi karena kurangnya volume pupuk, “ditambah serangan hama.”

Pupuk Subsidi Terlambat

Kendati akhirnya mendapat pupuk subsidi, Vinsensius Hardi, Warga Desa Sepang mengungkapkan sulitnya mendapat pupuk menjelang musim tanam ini. 

“Pupuk ini baru saja diberikan. Padahal, saya sudah menyetor uang tiga minggu yang lalu,” katanya kepada Floresa pada 15 Desember. 

Vinsen membeli 50 kilogram pupuk urea dan 50 kilogram NPK. 

Ia beruntung  mendapatkan pupuk subsidi, sehingga hanya merogoh kocek Rp250 ribu untuk mendapatkan kedua jenis pupuk itu, masing-masing seharga Rp125 ribu per 50 kilogram atau Rp2.500 per kilogram.

Ia mengaku mendapatkan pupuk  setelah menanam padinya.

“Banyak juga petani yang mengeluh seperti saya karena pupuk diberi kadang 2-3 minggu setelah masa tanam,” ujarnya.

Vinsen bahkan punya pengalaman, pupuk baru tersedia sebulan setelah padi ditanam. 

Padahal, katanya, pemupukan pada fase pertumbuhan idealnya dilakukan paling lambat dua minggu setelah padi ditanam.

Pengalaman serupa dialami Lasarus Radius.

Warga Desa Mbuit, Kecamatan Boleng ini pernah mengalami pupuk baru diperoleh sebulan setelah padi ditanam.

Lasa, sapaannya, berharap semua pemangku kepentingan perpupukan, baik pemerintah, maupun pemasok dan pengecer, memfasilitasi penyediaan pupuk sebelum musim tanam.

“Oktober atau November harus dibagikan ke petani. Tidak ada gunanya pupuk dibagikan dua tiga minggu setelah masa menanam,” katanya.

Selain itu, tambah Lasa, idealnya distribusi pupuk ke petani untuk satu tahun. 

Lasarus Radius, Warga Desa Mbuit mengaku sulit mendapatkan pupuk pada musim tanam. (Doroteus Hartono)

Namun, yang terjadi selama ini, pupuk hanya tersedia untuk satu masa tanam.

“Pupuk yang saya terima hanya cukup  untuk menanam di periode pertama, tidak cukup untuk sampai periode tanam kedua,” ujarnya.

Lasa mengaku, mendapatkan alokasi pupuk subsidi sebanyak 400 kilogram, tak cukup untuk lahan sawahnya yang seluas satu hektare.

Agustinus Agut, Ketua Kelompok Tani Taman Lada, Desa Sepangmengakui bahwa dari 16 anggota kelompok yang belum mendapatkan pupuk.

Namun, ia menambahkan, penyebabnya bukan karena ketiadaan stok di pengecer, tetapi, karena belum menyetorkan uang untuk pembelian pupuk.

Minim Alokasi Pupuk Subsidi untuk Manggarai Barat

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat, Laurensius Halu mengakui ketersediaan pupuk subsidi di Manggarai Barat memang “masih sangat terbatas.” 

“Alokasi pupuk 9.716,03 ton tidak cukup. Kita butuh 24 ribu ton,” katanya.

Karena alokasi terbatas, katanya, distribusi pupuk subsidi diawasi ketat agar tak ada penyimpangan. 

Syaratnya adalah petani harus terdaftar di RDKK yang terkoneksi dengan sistem informasi penyuluhan di Kementerian Pertanian.

Ia menjelaskan, untuk mengatasi kekurangan alokasi pupuk ini, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat menganggarkan dana Rp3 miliar pada tahun 2024 ini untuk penyediaan pupuk cair.

“Pupuk cair tersebut telah didistribusikan ke petani sejak bulan lalu,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat, Laurensius Halu. (Doroteus Hartono)

Laurensius berkata, distribusi pupuk subsidi di Manggarai Barat untuk tahun ini sudah hampir 100 persen.

Saat ditemui Floresa pada 16 Desember, Laurensius mengaku baru saja menggelar rapat dengan BUMN pupuk PT Pupuk Indonesia [Persero], Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Manggarai Barat dan dua perusahaan distributor pupuk di wilayah itu.

Pertemuan itu, kata dia, membahas situasi ketersediaan pupuk di periode Desember ini.

Tahun ini,  kata Laurensius, Manggarai Barat mendapatkan alokasi pupuk subsidi sebanyak 9.716,03 ton. Rinciannya, 3.900 ton Urea dan 5.816,02 ton NPK.

“Kami sudah evaluasi dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, pupuk subsidi yang dialokasikan ke Manggarai Barat sudah didistribusikan hampir 100% ke kelompok,” ungkap Laurensius.

Ia menyampaikan, PT Pupuk Indonesia menyalurkan pupuk ke distributor di Manggarai Barat yaitu CV Lancar Jaya dan CV Harum Jaya. 

Dari distributor, pupuk tersebut disalurkan ke pengecer, lalu ke petani.

Editor: Petrus Dabu

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA