Floresa.co – Sejumlah warga mengeluhkan pengerjaan proyek jalan nasional Trans Flores di Desa Cireng, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai yang tak kunjung usai sejak dimulai pada pertengahan tahun lalu.
Antrean panjang akibat aturan buka tutup jalan di jalur yang menghubungkan Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat dan Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai itu juga diprotes karena berlangsung hingga tengah malam.
Dalam suatu rekaman suara yang diperoleh Floresa, salah seorang pengguna jalan yang meminta namanya tidak dipublikasi terdengar bertanya ke seorang petugas jaga portal soal alasan penutupan jalur itu hingga malam hari pada 27 Januari.
Petugas jaga portal lalu memberikan nomor telepon Imam, pengurus proyek itu dari PT Anugerah Karya Agra Sentosa [AKAS], mengarahkan warga itu menghubunginya secara langsung.
Kepada Imam, warga itu menanyakan hal yang sama, termasuk informasi resmi yang bisa diakses publik mengenai jadwal buka tutup jalan.
“Untuk memperlancar biar cepat selesai,” kata Imam melalui sambungan telepon.
Berbicara kepada Floresa pada 30 Januari, warga itu berkata ia dan rekannya yang tengah dalam perjalanan dari Labuan Bajo menuju Ruteng menggunakan kendaraan roda empat. Mereka tertahan dalam antrean panjang sejak pukul 19.00 Wita malam itu.
“Karena lama menunggu, kami tanya waktu buka tutup ke petugasnya,” katanya.
“Entah siapa yang jawab telepon kami. Dia minta kami tunggu dua jam,” tambah warga itu.
PT AKAS adalah pemenang tender proyek pelebaran jalan tersebut. Disitir dari idenusantara.com, pagu anggaran pengerjaan jalan tersebut sebesar Rp125 miliar.
Dalam informasi yang dibagikan beberapa akun media sosial pada Mei 2024, Satuan Kerja Wilayah III dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Nusa Tenggara Timur mengumumkan pemberlakuan buka tutup untuk pelebaran badan jalan tersebut mulai pukul 08.00-17.00 Wita.
Penutupan pertama pada pukul 08.00-10.00, kedua pukul 10.30-12.30, lalu 13.00-15.00 dan terakhir pukul 15.30-17.00.
Diduga Catut Nama Kapolres
Dalam rekaman suara itu, Imam dari PT AKAS merespons pertanyaan warga narasumber Floresa melalui telepon bahwa pihaknya memiliki aturan tersendiri dan mengantongi izin, termasuk untuk lembur hingga malam hari.
Ditanyai terkait prosedur izinan tersebut, ia menjawab hal itu diberikan oleh Kapolres, merujuk Kapolres Manggarai, Edwin Saleh.
Sementara terkait informasi publik tentang buka tutup jalan, Imam berkata “sejak dulu sudah ada, cuman bapak saja yang barusan [protes] begini.”
“Kita juga bangun negara, kita sudah ada izin sejak lama,” katanya.
Ia juga berkata pihaknya sudah sejak lama memasang plang berisi informasi buka tutup jalan, “mungkin sekarang sudah hilang, gak tahu.”
Warga itu hendak menanyakan kembali mengenai plang yang diakui hilang, namun Imam segera menutup telepon.
Salesius Medi, Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, pengguna jalan lainnya juga menelepon perwakilan PT AKAS saat tengah mengantre di lokasi yang berjarak 29 kilometer dari Kota Ruteng itu.
“Saya tiba di lokasi proyek dari Labuan Bajo pada 27 Januari pukul 21.00 malam,” katanya kepada Floresa pada 30 Januari.
Dalam penyampaian lewat telepon, kata Medi, penanggung jawab PT AKAS mengklaim sudah mendapat izin dari Kapolres Manggarai untuk buka tutup jalan.
Merasa tidak puas dengan jawaban PT AKAS, ia lalu menelpon Kapolres Manggarai, Edwin Saleh yang disaksikan puluhan sopir dan penjaga portal proyek.
“Jawaban Edwin Saleh, tidak ada izin seperti dikatakan penanggung jawab PT AKAS,” kata Medi.
Medi menduga, perusahaan tersebut sengaja mencatut nama Kapolres Manggarai agar pelintas dan pengguna jalan takut dan taat dengan aturan buka tutup jalan.
Terkait informasi publik mengenai proyek itu, Medi mengaku tidak tahu pasti, namun setiap kali melintas “saya tidak pernah melihat papan tender yang menginformasikan asal usul proyek tersebut.”
Floresa menghubungi Kapolres Edwin pada 30 Januari, namun ia tidak merespons hingga berita ini diterbitkan.
Sementara nomor telepon Imam yang dihubungi Floresa pada 30 dan 31 Januari tidak aktif. Nomor telepon tersebut juga tidak terdaftar pada aplikasi WhatsApp.
Proyek Lambat Menghambat Perjalanan
Thomas Bosco Jedoko, warga Labuan Bajo yang juga ikut dalam antrean pada 27 Januari malam mengatakan proyek tersebut yang dimulai pada Juni 2024 hingga kini tak kunjung tuntas, “menyebabkan pengguna jalan selalu terhambat, bahkan hingga tengah malam.”
Toje, sapaannya, yang mengaku sering melintasi jalur itu berkata, jadwal buka tutup jalan juga “seringkali tidak pasti.”
“Ketika melintas, justru saya mengamati antrian kendaraan bisa berjam-berjam,” kata Toje kepada Floresa pada 30 Januari.
Ia berkata pengerjaan proyek itu sudah berjalan beberapa bulan semenjak dimulai pada Juni 2024.
Selain mengeluhkan pengaturan jadwal antrean, kata Toje, ia juga mengamati tumpukan galian pengerjaan yang dibiarkan berserakan “sehingga dapat membahayakan pengendara.”
“Jalannya sempit dan licin kalau musim hujan. Tidak semua material, baik batu maupun tanah langsung diangkut setelah gusur,” katanya.
“Pengendara juga selalu takut karena di samping jalan langsung berhadapan dengan jurang,” tambahnya.
Editor: Anno Susabun