Floresa.co – Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo baru mengungkapkan potensi cuaca ekstrem di Perairan Taman Nasional Komodo (TNK) usai sebuah kapal wisata mengalami kecelakaan.
Dalam surat pemberitahuan itu, KSOP meminta agar kapal-kapal yang berlayar di Perairan Labuan Bajo dan TNK menghindari Perairan Selatan Pulau Padar, Pulau Komodo dan Pulau Rinca karena diperkirakan terjadi gelombang tinggi dan angin kuat mulai 29 Juni hingga 5 Juli.
KSOP meminta nahkoda kapal agar memastikan kelaiklautan kapal dan berlindung jika cuaca buruk.
“Syahbandar akan mengeluarkan pemberitahuan penundaan keberangkatan jika cuaca semakin memburuk,” tulis KSOP.
Pemberitahuan itu baru disampaikan KSOP usai Kapal Anging Mammiri yang berangkat dari Labuan Bajo menuju Pulau Komodo terbalik di perairan antara Pulau Mawan dan Tanjung Lokima pada 29 Juni sekitar pukul 10.00 Wita.
Kapal itu mengangkut delapan wisatawan asing, masing-masing dari Spanyol dan Cina serta empat kru kapal. Dua di antara kru kapal itu adalah siswa SMK Pelayaran Kupang yang sedang praktik.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere, Fathur Rahman berkata kapal dihantam gelombang tinggi sehingga kapal terbalik.
Merespons insiden itu, kata dia, Tim SAR Gabungan langsung dikerahkan menuju lokasi kejadian dengan menggunakan Rigid Inflatable Boat Pos SAR Manggarai Barat.
Kapal Wisata Aurelia yang berada dekat lokasi kejadian, katanya, telah terlebih dahulu menolong dan mengevakuasi para korban.
“Tim akhirnya menuju Kapal Wisata Km Aurelia untuk mengevakuasi korban,” katanya.
Fathur berkata, Tim SAR Gabungan beserta delapan wisatawan sampai dengan selamat di Pelabuhan Marina Labuan Bajo pada pukul 15.00 Wita.
Sementara itu, kata dia, para kru memilih untuk bertahan untuk melakukan perbaikan kapal.
Meski selamat, katanya, masih ada korban yang shock akibat insiden tersebut.
Kepala Sie Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Labuan Bajo, Maxianus Mooy mengklaim pihaknya secara terus-menerus akan mengingatkan potensi cuaca buruk laut di Perairan Labuan Bajo.
Ia berkata, “angin kencang bisa ada secara tiba-tiba, tetapi cuman sebentar saja.”
“Kapal-kapal yang ada di dermaga juga bisa diseret secara dadakan. Apalagi di tengah laut,” katanya.
“Itu yang sering terjadi. Makanya kami harus waspada setiap saat,” tambahnya.
Ia meminta pemilik kapal yang bersandar di tepi dermaga untuk rutin mengontrolnya pada malam hari supaya jangkarnya tidak larat kalau dihantam ombak dan arus laut.
Kecelakaan kapal wisata Anging Mammiri merupakan kejadian ketiga sepanjang tahun ini.
Pada 14 Mei, Kapal Wafil Putra yang membawa 14 wisatawan mancanegara dan seorang pemandu wisata itu tenggelam di perairan Tanjung Cina, Selat Padar.
Kapal wisata asal Lombok, Nusa Tenggara Barat itu tenggelam usai menabrak karang di perairan Taman Nasional Komodo
Pada 22 Maret, Kapal Raja Bintang 02 yang mengangkut 10 penumpang – tujuh di antaranya wisatawan asing dan tiga orang kapten dan kru -, tenggelam di perairan dekat Pulau Kelor.
Editor: Herry Kabut