Keluarga Pati Masang kehilangan tanah 5.000 meter persegi di dekat Pantai Pede, Labuan Bajo yang ditempati selama berdekade. Ada dugaan penggunaan keterangan palsu yang menjadi alasan klaim oleh pengusaha asal Surabaya
Sejumlah media memuat berita berisi tudingan yang memojokkan Floresa terkait polemik geotermal Poco Leok. Apa yang keliru dengan media-media tersebut, juga tudingan-tudingannya?
Narasi-narasi kapitalistik yang mereduksi makna tanah hanya dari segi ekonomi melanggengkan praktek perampasan yang disokong kekuasaan lewat ketentuan legal-formal
Ia merintis Hanaf Perempuan Flobamoratas, komunitas pemberdayaan mantan pekerja migran, berharap agar mereka tak lagi memilih merantau untuk menghidupi keluarga
Sidang kasus Mariance yang selamat dari rumah majikan usai melempar selembar surat minta tolong ke tetangga akan diputuskan di Malaysia pada akhir Juni
Kelompok perempuan di Poco Leok terlibat aktif dalam gerakan perlawanan menolak proyek geotermal yang diyakini mengancam masa depan hidup dan lingkungan mereka
Meski judul buku Robert Harrison Barnes mengandung kata "hunters" yang berarti “para pemburu,” ia tak sekalipun menyebut “pemburu” untuk nelayan Lamalera pada setiap halaman
Galeri: Aksi Warga Wae Sano Tolak Proyek Geothermal
Dalam foto-foto ini, Tim Floresa.co merekam aksi unjuk rasa warga Wae Sano, Kabupaten Manggarai Barat pada Jumat, 4 Maret 2022 untuk menolak proyek geothermal di desa mereka.
Floresa.co – Di tengah upaya pemerintah memaksakan pelaksanaan proyek geothermal, warga Desa Wae Sano di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menyuarakan upaya penolakan. Hal itu dilakukan dengan beragam cara; melakukan rangkaian unjuk rasa, menyurati Bank Dunia – lembaga yang mendanai proyek itu -, dan meminta bantuan berbagai lembaga advokasi untuk membantu mereka.
Pada Jumat, 4 Maret 2022, puluhan warga, termasuk ibu-ibu, kembali menggelar aksi protes di Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Menegaskan sikap mereka menolak proyek itu, mereka membawa berbagai hasil panen, untuk mengingatkan pemerintah bahwa proyek itu akan menghancurkan sumber-sumber kehidupan mereka. Demi menolak klaim bahwa mereka dihasut kelompok luar untuk menolak proyek itu, mereka membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP), bukti mereka warga asli Wae Sano.
Tim Floresa.co merekam aksi warga ini, lewat foto-foto berikut.