Bupati Lembata mesti sadar bahwa sesuatu yang keluar dari mulutnya akan berpengaruh besar terhadap masyarakat di lingkar proyek. Mereka adalah para petani yang pernah terbius dengan janji kampanye saat pilkada.
Di tengah keterbatasan akses bagi jurnalis perempuan di wilayah konflik, Linda Christanty memilih tetap pergi, menemukan cerita-cerita ketidakadilan pemerintah yang menyulut pertikaian
Karya seni Komunitas Niang Gejur ini mengontraskan cara pandang pemerintah dan korporasi dengan warga lokal dalam konsep ketuhanan, kemanusiaan dan hak atas ruang hidup
Ia juga mengingatkan pentingnya menerapkan secara sungguh semangat reforma agraria yang memprioritas kelompok masyarakat kecil, bukan mereka yang punya kuasa dan modal
Dalam aksi unjuk rasa di Ruteng pada 5 Juni, warga Poco Leok menyampaikan desakan kepada sejumlah pihak, termasuk pemerintah dan bank asal Jerman yang mendanai proyek geotermal di kampung mereka
Floresa.co – Warga Poco Leok kembali menggelar unjuk rasa menolak geotermal pada 5 Juni, tercatat sebagai aksi yang ketiga yang diadakan di Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai.
Dalam aksi itu, mereka mendesak Bupati Herybertus GL Nabit mencabut Surat Keputusan Penetapan Lokasi Proyek Geotermal di kampung halaman mereka.
Selain itu, mereka juga mendesak mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut Surat Keputusan pada 2017 terkait Penetapan Flores sebagai Pulau Panas Bumi.
Warga Poco Leok juga menyampaikan kritik terhadap Bank Kreditanstalt für Wiederaufbau(KfW) asal Jerman yang mendanai proyek itu.
Lewat sejumlah poster, mereka memberi pesan tentang alasan mereka menentang proyek itu yang dikerjakan PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN.
Berikut adalah foto-foto hasil dokumentasi Floresa saat aksi tersebut:
Beberapa peserta membawa poster berisi desakan mereka kepada berbagai pihak.Perempuan, laki-laki dan kaum muda terlibat dalam aksi ini. Mereka mengenakan pakaian adat Manggarai. Hentikan intimidasi, kriminalisasi dan politik pecah bela oleh pemerintah, aparat dan PT PLN, menjadi salah satu isi desakan warga.Kepada Bank KfW, mereka memberi peringatan: “KfW Bank is supporting the killer by funding geothermal” atau Bank KfW sedang mendukung pembunuh dengan mendanai proyek geotermal.Polisi mengawal ketat aksi unjuk rasa ini.Warga berorasi di depan kantor bupati.Maria Teme, seorang mama dari Poco Leok ikut berorasi.Trisno Arkadeus, seorang pemuda Poco Leok sedang beorasi di depan kantor bupati.Servasius Masyudi Onggal, pemuda lain Poco Leok juga ikut berorasi di depan kantor bupati.Seorang ibu lainnya juga mendapat kesempatan menyampaikan keluh kesanya kepada Bupati Nabit soal sikapnya yang mendukung proyek tersebut.Agustinus Tuju, seorang tetua adat dari Poco Leok sedang berorasi. Ia pernah menjadi sasaran aksi represif aparat dalam aksi “jaga kampung” pada Oktober 2024.“Poco Leok is Not for Sale” atau Poco Leok tidak untuk dijual, pesan salah satu poster yang dibawa warga.“Ami Pilih Hau Toe Kudut Jadi Mendi De Ata Teke Betan,” kalimat dalam Bahasa Manggarai yang mengarah kepada Nabit: “Kami tidak memilihmu untuk menjadi hamba penguasa di atasmu.”