JPIC-SVD Ende menguraikan sejumlah praktik manipulatif, termasuk langkah perusahaan yang diduga melibatkan tentara untuk menekan tokoh adat agar menghibahkan tanah
Epy Rimo, imam Katolik yang juga direktur korporasi milik Keuskupan Maumere mengklaim sudah sejak lama merencanakan ‘pembersihan’ lahan yang hendak dikembangkan untuk usaha perkebunan kelapa
Tanpa perubahan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia dan lingkungan sebagai subjek, narasi energi bersih di Flores sekadar pertarungan politik dagang, memperluas komodifikasi sumber daya alam dan menjamin jalur distribusi hasil ekstraksi untuk kepentingan pasar global
Kita perlu mengidentifikasi aspek budaya dan struktural yang membenarkan tindak kekerasan terhadap perempuan, lalu bersama-sama berupaya memperbaikinya - menuju dunia yang memperlakukan laki-laki dan perempuan secara setara
Sejumlah kasus pelecehan seksual terungkap di Flores dalam beberapa tahun terakhir, dengan pelaku orang-orang terdekat korban. Di Unika St. Paulus Ruteng sudah muncul mahasiswa yang berani melapor
Tidak ada senja kala untuk kolonialisme dan rasisme. Keduanya masih dipraktikkan hingga kini, termasuk lewat model pembangunan yang mendiskriminasi warga lokal
Tak hanya mengkritik pembesar, novel ini menghidupkan “dulce et utile,” istilah untuk menggambarkan karya sastra yang tidak saja menghibur tetapi juga memberi manfaat bagi pembacanya
Floresa.co – Warga Kabupaten Flores Timur yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki telah mengungsi ke berbagai tempat, termasuk ke wilayah Kabupaten Sikka yang terletak di sebelah barat.
Kendati dianggap aman sebagai posko pengungsian, kejaran abu vulkanik gunung tersebut terus mengancam.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Flores Timur mencatat, hingga 11 November, sebanyak 11.553 jiwa telah mengungsi ke berbagai daerah.
Para pengungsi itu berasal dari desa-desa di dua kecamatan yang terdampak paling parah – Wulanggitang dan Ile Bura.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG] merekomendasikan warga dari Desa Hewa dan Desa Ojan Detun, Kecamatan Wulanggitang untuk mengungsi setelah aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki meningkat pada 9 November. Sebelumnya dua desa tersebut menjadi lokasi pengungsian yang relatif aman.
PVMBG merekomendasikan perluasan zona bahaya dari tujuh kilometer menjadi sembilan kilometer untuk sektoral barat daya-barat laut dari gunung. Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tersebut.
Di Kabupaten Sikka, selain mengungsi ke rumah warga, pemerintah mendirikan posko di beberapa titik seperti di gedung SD Katolik Hikong, SD Katolik Boganatar dan di aula Gereja Katolik St. Yohanes Baptista Boganatar.
Berikut adalah rekaman foto warga di titik-titik pengungsian tersebut yang diambil jurnalis Floresa, Maria Margaretha Holo.
Seorang anak bersama ibu dan adiknya dievakuasi ke posko utama di aula St. Yohanes Pembaptis Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)
Seorang lansia yang dievakuasi ke posko utama di Aula St. Yohanes Pembaptis Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo) Seorang biarawati Katolik dan warga Sikka sedang menghibur seorang lansia yang dievakuasi dari Desa Ojan Detun, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur. (Maria Margaretha Holo)Anak-anak terdampak erupsi Lewotobi Laki-Laki yang berada di posko Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)Erupsi gunung berapi Lewotobi Laki-Laki yang terjadi pada Sabtu, 9 November pagi hari, dilihat dari Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo) Seorang ibu dan anaknya dari Desa Ojan Detun, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur dievakuasi ke gedung SDK Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)Anak-anak sekolah terdampak erupsi Lewotobi Laki-Laki melakukan kegiatan belajar mengajar bersama guru di rumah warga di Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)
Seorang warga di Desa Kringa menjemput anaknya yang panik ketika terjadi erupsi Lewotobi Laki-Laki pada Sabtu, 9 November. (Maria Margaretha Holo)
Posko kesehatan di Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka yang dipenuhi abu dan pasir dari letusan Lewotobi Laki-Laki pada Sabtu, 9 November. (Maria Margaretha Holo)
Seorang warga diguyur abu vulkanik dari letusan Lewotobi Laki-Laki pada Sabtu, 9 November. (Maria Margaretha Holo)
Anak-anak terdampak letusan Lewotobi Laki-Laki sedang bersantai di posko pengungsian di Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)Pengungsi yang berada di aula gereja St. Yohanes Baptista, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)Anak-anak terdampak erupsi Lewotobi Laki-Laki yang berada di posko Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka. (Maria Margaretha Holo)
Seminari San Dominggo Hokeng setelah terjadi erupsi gunung berapi Lewotobi Laki-Laki. (Maria Margaretha Holo)Seorang warga sedang menunjukan telapak tangannya yang melepuh akibat terkena percikan batu api yang jatuh ke rumahnya pada saat terjadi erupsi Lewotobi Laki-laki, Minggu 3 November 2024. (Maria Margaretha Holo)Seorang bapak bersama anaknya yang mengalami luka bakar akibat terkena percikan batu api yang jatuh ke rumahnya pada saat terjadi erupsi Lewotobi Laki-laki, Minggu 3 November 2024. (Maria Margaretha Holo)
Tampak kaki seorang warga yang melepuh akibat menginjak serpihan batu panas yang jatuh ke dalam rumahnya. (Maria Margaretha Holo)Seorang warga yang mengalami luka bakar akibat terkena percikan batu api yang jatuh ke rumahnya pada saat terjadi erupsi Lewotobi Laki-laki, Minggu 3 November 2024. (Maria Margaretha Holo)