Floresa.co – Sebuah kapal wisata asal Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam usai menabrak karang di perairan Taman Nasional Komodo, kasus yang menambah daftar kecelakaan di wilayah destinasi pariwisata super premium itu.
Kapal Wafil Putra 01 yang membawa 14 wisatawan mancanegara dan seorang pemandu wisata itu tenggelam di perairan Tanjung Cina, Selat Padar pada 14 Mei malam.
Koordinator Pos Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Manggarai Barat, Edy Suryono mengatakan kapal itu berlayar dari Labuan Bajo menuju Lombok.
“Kapal menabrak karang sehingga kandas,” kata Eddy yang mengaku menerima laporan sekitar pukul 19.20 Wita.
Wisatawan awalnya dievakuasi sementara ke kapal Bintang Laut sebelum akhirnya dipindahkan oleh tim gabungan Pos SAR dan Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) ke Pelabuhan Marina Labuan Bajo.
“Wisatawan dan pemandu wisata berhasil dievakuasi dengan selamat,” katanya.
Pantauan Floresa para wisatawan tiba pukul 22:40 Wita di Pelabuhan Marina Labuan Bajo menggunakan kapal milik Basarnas.

Banyak Jebakan Batman
Kepala Sie Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli KSOP Kelas III Labuan Bajo, Maxianus Mooy berkata, wisatawan yang sudah dievakuasi, dikembalikan ke agen untuk ditangani lebih lanjut.
Saat insiden itu terjadi, kata dia, kondisi perairan Labuan Bajo sebenarnya relatif aman untuk berlayar.
“Hanya kemungkinan ada angin, itu biasa sajalah,” katanya.
Secara umum, kata Max, pelayaran di perairan Labuan Bajo “masih lancar.”
“Mungkin air pas surut dan kemungkinan besar kapten kapal tidak memperhatikan navigasi sehingga menabrak karang,” tambah Max.
Ia mengingatkan perairan Labuan Bajo memiliki banyak “jebakan batman” seperti karang laut sehingga “kalau tidak hati-hati bisa kecelakaan seperti itu.”
Ia memastikan kapal itu memiliki surat izin berlayar dari pelabuhan asal dan ketersediaan alat pelindung juga lengkap “sehingga tidak ada yang cedera.”
Menambah Daftar Kasus
Kecelakaan kapal wisata di Perairan Labuan Bajo bukan pertama kali terjadi.
Selain karena cuaca, kecelakaan kapal wisata juga terjadi karena berbagai penyebab seperti kebakaran.
Pada 22 Maret, satu kapal wisata Raja Bintang 02 yang mengangkut 10 penumpang – tujuh di antaranya wisatawan asing dan tiga orang kapten dan kru -, tenggelam di perairan dekat Pulau Kelor.
Pada 22 Desember 2024, Kapal penumpang Maluku Explorer terbakar di Pulau Monyet, sebuah kawasan yang juga terletak di destinasi pariwisata Labuan Bajo. Kapal itu terbakar dalam proses perbaikan.
Sebelumnya, pada 8 Agustus 2024, Kapal Pinisi Monalisa I tenggelam usai diterjang gelombang tinggi di perairan antara Pink Beach dan Batu Tiga.
Berselang dua pekan kemudian, speedboat Ocean Queen meledak pada 30 Agustus.
Pada 2023, terjadi delapan kecelakaan yang menyebabkan wisatawan domestik dan mancanegara mengalami cedera hingga ada yang meninggal.
Dalam catatan Floresa, pemicu kasus-kasus ini tidak semuanya karena faktor alam. Dalam beberapa kasus, kapal-kapal yang kecelakaan diketahui melanggar aturan.
Kapal wisata KM King Fisher De Seraya yang mati mesin di perairan Labuan Bajo pada 1 Januari 2023 misalnya tidak mengantongi izin berlayar dari KSOP.
Hal serupa juga terjadi dengan kapal wisata Carpe Diem yang terbakar di perairan antara Pulau Siaba dan Pulau Mawan pada 4 Februari 2024. Kapal itu tidak mengantongi izin berlayar.
Sementara itu, kapal KM Budi Utama yang kecelakaan di perairan Pulau Padar pada 22 Juni 2024 melanggar ketentuan karena lima dari total 15 penumpang tidak tercatat dalam manifes. Hal ini memicu protes dari korban yang menuding buruknya manajemen kapal dan pengawasan oleh KSOP.
Editor: Petrus Dabu