Floresa.co – Dampak kekeringan kian gawat. Enam kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) dinyatakan sudah masuk kategori rawan air bersih.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT Frans Pangalingan, mengatakan, keenam kabupaten itu antara lain di Kabupaten Ende, khususnya Pulau Ende, Sikka di Desa Palue, Flores Timur di Pulau Solor, Belu di Atapupu, Kabupaten Kupang di Sulamu serta Sumba Timur di Desa Aha.
“Ketersediaan air bersih dan sanitasi lingkungan bagi keluarga di Nusa Tenggara Timur masih terbatas, akibat fenomena alam dan cuaca yang tidak menentu setiap tahunnya sehingga perlu mendapat perhatian semua pihak,” kata Frans kepada Antara di Kupang, Rabu (26/8/2015).
DDisebut sebagai daerah rawan air bersih, karena masyarakat di daerah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air minum sesuai ketentuan, yakni dalam sehari sebanyak 30 liter/orang.
“Mereka hanya memanfaatkan sumur gali yang debit airnya sangat terbatas, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan air minum per hari,” katanya .
Ia mengtakan ketersediaan air di NTT dalam sebulan 354 juta m3 per bulan atau 136 m3 per detik atau setahun hanya Rp2,82 miliar m3 sehingga defisit air di NTT dalam setahun mencapai Rp2 miliar m3 lebih.
Kondisi ini katanya diperparah oleh kerusakan daerah aliran sungai (DAS) sehingga debit air terus berkurang.
Menurut Frans, masalah air bersih di NTT memang perlu diatasi dengan sistem penyulingan air laut dan hujan menjadi air tawar untuk dikonsumsi masyarakat seperti yang dilakukan di daerah lain di Indonesia.
“Sistem penyulingan air laut menjadi air bersih untuk dikonsumsi bukan hal baru lagi dan selama ini daerah-daerah yang telah lama menerapkan penyulingan itu tidak pernah bermasalah soal air bersih,” katanya. [Antara/ARL/Floresa)