Tetapi situasi di pagi itu tidak membuat saya untuk langsung pupus harapan bertemu sang tokoh idola. Pada waktu berikutnya saya kembali mampir ke rumahnya, namun jawabannya selalu cuek dan mengusir saya.
Saya kemudian berpikir dan sadar bahwa sikap Gaspar Ehok seperti inilah makanya orang mencap dia sebagai orang sombong. Kala itu, pikiran saya berubah bahwa ada hal yang baru dalam jawabannya. Dalam kunjungan kedua itu, beliau sempat mengeluarkan kata-kata bahwa ia tidak bisa bertemu tanpa jadwal atau tanpa janji sebelumnya.
Mendengar kata-katanya itu, saya kemudian menyadari bahwa saya memang keliru karena tanpa konfirmasi lebih dulu. Dari kejadian itu kemudian, saya berkesimpulan bahwa beliau adalah sosok yang berdisiplin tinggi dan sangat tertib. Tetapi saya sungguh tidak hilang akal, saya langsung ikuti jawaban beliau, dengan sebuah pertanyaan kalau begitu kapan kraeng tua punya waktu?. “Yah nanti dikonfirmasikan lewat nomor HP.You Simpan no saya!,” jawab Gaspar dengan tegas.
Beberapa hari kemudian saya mengirim SMS kepada beliau meminta waktunya untuk bertemu. Beberapa saat setelah pesan singkat terkirim dari HP, saya sungguh senang ketika beliau mengiyakan dan bisa bertemu.
Hari rabu pagi! Saya lupa tanggalnya, awal mula saya bisa berdiskusi empat mata dengan beliau. Tentunya adalah suatu kerinduan yang terjawab dan saya tercengang bagaimana mana beliau merangkul saya saat masuk rumahnya, sambil berkata ternyata you bisa juga yah!. Kata-katanya yang tak dapat saya artikan sendiri ketika itu. Mengawali diskusi kami berdua ketika itu, beliau melemparkan pertanyaan; Oh! apa sesungguhnya yang you mau diskusikan? Ketika itu memang saya sangat membutuhkan pikiran beliau tentang semangat dan niat yang saya untuk menghidupkan kembali sebuah organisasi kepemudaan tingkat lokal Ikatan Mahasiswa Pendalaman Iman Dioses Ruteng (TAMISARI) di Kupang.
