Floresa.co – Gelombang Rossby Ekuator yang memicu hujan lebat di sela-sela puncak musim kemarau di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT] bisa memicu materi pencemar sungai mengalir ke laut, kata peneliti.
Karena itu, peneliti oseanografi, Ulung Jantama Wisha mengingatkan warga “untuk tak mengonsumsi ikan yang mati terdampar di perairan.”
Rossby Ekuator menandai dinamika atmosfer yang mendorong kenaikan permukaan air laut sekaligus pertumbuhan awan hujan. Dampaknya nyaris setiap tahun melanda NTT.
Semenjak mulai teramati kembali pada awal tahun, Rossby Ekuator terbentuk lagi di sela-sela musim kemarau yang lumrahnya berlangsung Juli-Agustus di sebagian besar wilayah NTT.
Di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai dan sebagian Manggarai Barat, menurut pengamatan Floresa, Rossby Ekuator memicu hujan lebat pada 27 Juli.
Hujan sempat berhenti pada Minggu pagi, sebelum turun lagi pada Minggu sore hingga hari ini, 29 Juli.
Menurut Ulung, peningkatan curah hujan yang dipicu Rossby Ekuator “akan memperbanyak debit air sungai di pulau-pulau NTT yang bermuara ke Laut Sawu.”
Hujan lebat, katanya pada 29 Juli, juga memicu materi pencemar sungai “lebih cepat terbawa ke laut.”
Cemaran “terutama disebabkan aktivitas antropogenik berbasis industri,” kata mahasiswa program doktoral di University of the Ryukyus, Pulau Okinawa, Jepang itu.
Laut Sawu berada di selatan Pulau Flores dan jajaran pulau kecil di sebelah timurnya, termasuk Alor, Solor, Adonara dan Lembata.
Berada pada pertemuan arus Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, Laut Sawu kaya akan pelbagai ikan pelagis–termasuk tuna, tongkol dan kembung.
Lantaran keragaman kandungannya, materi pencemar sungai yang cepat terbawa ke laut “turut menyuburkan perairan,” istilah yang menurut Ulung tak bisa serta-merta diartikan secara harfiah.
Perairan yang “subur” memicu pertambahan jumlah alga atau blooming algae.
Beberapa alga–yang merupakan makanan ikan di habitat alaminya–bersifat beracun, katanya.
“Memabukkan bagi ikan yang memakannya,” kata Ulung, “dan yang terparah, ikan itu bisa mati.”
Blooming algae, yang turut memicu terdamparnya gerombolan sekelompok ikan kecil akibat intoksikasi, “menunjukkan suatu perairan sedang tidak baik-baik.”
Nelayan kecil paham ikan yang mati mengambang di perairan tak bisa diambil karena dapat memicu penyakit bagi manusia yang melahapnya. Namun, warga awam tak selalu mengerti ikan yang mati termasuk buruk bagi tubuh mereka.
Selain NTT, dampak gelombang Rossby Ekuator juga berpotensi melanda sebagian besar Pulau Jawa serta wilayah kepulauan di utara dan selatan Sumatra, menurut informasi terbaru Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Editor: Ryan Dagur