Enau, Kaya Manfaat Tapi Belum Dibudi Daya

tuak

Floresa.co – Enau atau aren dikenal sebagai pohon serba guna seperti kelapa. Tapi apakah masyarakat Flores sudah cukup serius membudidayakannya?

Tampaknya belum. Umumnya, selama ini di Flores termasuk Manggarai, enau tumbuh begitu saja di hutan. Padahal, tak sedikit manfaat yang diperoleh dari tanaman dengan nama lokal tuak ini.

Dari menyadap tandan enau dihasilkan nira yang bisa menghasilkan aneka produk. Mulai dari minuman ringan hingga beralkohol. Siapa tak kenal sopi? Minuman dengan kadar alkhol sekitar 30% ini sudah menjadi bagian kehidupan  orang Floresa termasuk Manggarai. Bahkan upacara-upcaya adat tak sempurna kalau tak ada tuak atau sopi (minuman keras hasil proses penyulingan tuak).

Nira atau dalam bahasa Manggarai disebut mince juga bisa diolah menjadi gula merah atau aren. Kalau dikembangkan dengan serius, usaha gula merah bisa menjadi alternatif gula pasir dari tebu yang banyak dihasilkan perusahaan-perusahaan berskala besar.

Tak cuma tandannya, ijuk pohon enau pun bisa menghasilkan banyak produk. Mulai dari tali, atap rumah hingga sapu untuk membersihkan rumah. Tangkai daunnya sudah jamak digunakan sebagai sapu lidi.

Singkatnya, nyaris tak ada yang tak bermanfaat dari pohon yang satu ini. Karena itu, tak ada salahnya kita mulai meliriknya sebagai tanaman budidaya layaknya kita menanam kopi, kemiri, cengkeh, kakao dan sebaginya.

Pohon enau mudah tumbuh di Asia seperti Bangladesh, Brunei, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malysia, Myanmar, Papua New Guinea,  Filipina, Singapuram Sri Lanagka, Thailad, dan Vietnam.

Di Manggarai, enau nyaris tumbuh di setiap tempat. Sayangnya, itu tadi, enau masih tumbuh berkat kabaikan alam, bukan karena sentuhan tangan manusa.

Membudidayakan enau tidaklah sulit karena pohon dengan nama Latin Arenga pinnata ini mudah tumbuh. Tak seperti tanaman kopi atau kakao, Anda  tak perlu repot membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar enau. Dia bisa hidup berdampingan dengan tanaman lainnya, tanpa menyebabkan kehilangan produktivitas.

Enau berkembang biak melalui bijinya. Dikutip dari Wikipedia, agar diperoleh keturunan yang baik, sebaiknya Anda memilih benih dari indukan yang memiliki ciri-ciri batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun.

Saat ini, setidaknya dikenal dua macam tanaman aren yaitu Aren Genjah yang memiliki batang agak kecil dan pendek dengan produksi nira antara 10–15 liter per tandan setiap hari. Dan, Aren Dalam yang memiliki batang besar serta tinggi dengan produksi nira 20–30 liter/tandan/hari.

Pengamataan Floresa.co, pohon enau yang tumbuh di Manggarai mayoritas adalah Aren Dalam. Ini bisa dilihat dari sejumlah pohon enau yang tumbuh menjulang dengan ukuran pohon yang besar seperti di Cibal, Kolang, dan daerah lainnya.

Untuk kepentingan produksi nira dan turunannya, dianjurkan untuk menggunakan varietas Aren Dalam sebagai pohon induknya.

Selain dari indukan yang memiliki batang pohon yang besar dan pelepah daun yang merunduk dan rimbun, benih yang baik juga berasal dari pohon enau yang memiliki produktivitas tinggi. Tidak semua pohon enau dan tanda bunga jantan yang keluar menghasilkan nira, tergantung proses fisiologis tanaman.

Karena itu, calon pohon induk perlu diperiksa produktivitasnya dengan menyadap nira dari tandan jantan pertama atau kedua. Jika nira yang dihasilkan banyak, maka pohon itu pantas dijadikan pohon induk. Kemudian pohon induk ini tidak lagi disadap niranya, agar kualitas benih yang dihasilkan tetap baik.

sadap enau

Cara Budi Daya Enau

Tahap selanjutnya adalah penyediaan bibit tanaman enau. Buah yang digunakan sebagai benih adalah buah yang sudah matang dan sehat yang ditandai kulit buah berwarna kuning kecoklatan, tak diserang hama, dan berdiameter kurang lebih 4 cm.

Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama dua minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.

Setelah itu, ambillah biji dari dalam buah aren. Anda bisa mengambilnya secara langsung tapi tangan sarus disarung agar terhindar dari asam oksalat yang menyebabkan gatal.

Cara lainnya, Anda memeramkan buah aren yang akan dijadikan bibit itu sampai kulit buahnya membusuk sehingga biji-biji di dalamnya keluar dengan sendirinya dari daging buah.

Langkah selanjutnya adalah persemaian benih. Siapakan wadah persemaian yang berisi campuran pasir dan serbuk gergaji dengan komposisi 2 berbanding 1.  Untuk mempercepat proses perkecambahan tempurung biji dapat digosok dengan kertas pasir (ampelas) di bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm, kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari dengan tingkat kelembaban sekitar 80%.

Setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm, pindahkan ke tempat pembibitan atau ke dalam kantong plastik (polibag) yang berdiameter 25 cm. Tempat pembibitan atau polibag ini diisi sampai tiga perempat (tak terisi penuh)  dengan tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan kompoisi 1 berbanding 2.

Bibit-bibit yang telah dipindahkan ini perlu rutin disiram serta memerlukan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat ditanam ke lokasi yang telah ditentukan  setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.

Menurut worldagroforestry.org, bunga pertama enau muncul pada usia 10 atau 12 tahun. Rata-rata periode berbunga satu pohon adalah 5-6 tahun.  Ijuknya sudah bisa diambil setelah pohon enau sudah berusia 5-6 tahun dan selanjutnya setiap dua tahun sekali. (PTD/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA