Sumarsih bersama keluarga lainnya pada sejak 9 tahun lalu setiap Kamis berdiri di depan istana menyampaikan tuntutan mereka agar kasus HAM masa lalu diselesaikan.
Ia mengatakan, dirinya akan tetap menjaga optimisme dan memelihara harapan.
“Sudah hampir dua puluh tahun saya berjuang. Langkah saya ini tidak didasari ada semangat balas dendam, tetapi pada cinta kasih, agar kekerasan negara yang menimpa kami tidak terjaid pada keluarga lain dan warga lain,” katanya. (Ucan Indonesia/ARL/Floresa)