Paus Fransiskus Diharapkan Bicara Soal Kekerasan terhadap Perempuan dalam Kunjungan ke Indonesia

Kita tidak hanya ingin kedatangan paus menjadi selebrasi, tetapi juga refleksi dan perbaikan dalam menangani kekerasan seksual, kata aktivis perempuan Katolik

Floresa.co – Aktivis perempuan Katolik Indonesia berharap Paus Fransiskus ikut menyinggung masalah kekerasan terhadap perempuan, termasuk di dalam gereja, saat kunjungannya ke Jakarta pada 3-6 September.

“Kedatangan Paus Fransiskus harus menjadi momentum untuk memperkuat posisi gereja dalam perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak,” kata Theresia Iswarini, seorang aktivis perempuan Katolik dan komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.

Ia berkata, selama masa kepausannya, Paus Fransiskus telah mendorong gereja untuk melakukan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan, termasuk kekerasan seksual di dalam gereja, di samping kebijakan lainnya yang mengafirmasi peran penting kaum perempuan dalam kehidupan menggereja.

Namun, katanya, untuk konteks di Indonesia masih banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk dalam komitmen menangani masalah kekerasan seksual.

“Beberapa keuskupan sudah menerapkan protokol perlindungan anak dan kelompok rentan, tetapi masih banyak yang belum memilikinya,” katanya dalam diskusi “Suara Aktivis Perempuan Katolik Menjelang Kedatangan Paus Fransiskus” pada 30 Agustus.

“Gereja harus segera menyusun dan menerapkan protokol untuk memastikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak dari kekerasan seksual,” ujar Theresia dalam diskusi yang digelar media Katolik, Katolikana itu.

Keuskupan Agung Jakarta telah meluncurkan sebuah protokol perlindungan anak dan dewasa rentan pada awal 2022, langkah yang belum diikuti keuskupan-keuskupan lainnya.

Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus kekerasan seksual di dalam Gereja Katolik di Indonesia telah teruangkap, meski para aktivis meyakni masih banyak kasus yang berada di bawah karpet karena gereja tidak memiliki sikap yang tegas dalam penanganan.

Pada 2019 misalnya, Romo Joseph Kristanto, saat itu menjabat sebagai Sekretaris Komisi Seminari di Konferensi Waligereja Indonesia [KWI] mengungkapkan bahwa pihaknya menerima laporan sedikitnya 56 korban pelecehan seksual di dalam gereja. Jumlah tersebut terdiri dari 21 seminaris dan frater, 20 biarawati, dan 15 awam. Sementara pelaku pelecehan seksual meliputi 33 pastor dan 23 non-pastor.

Theresia berkata, dalam kunjungannya paus diharapkan ikut mendorong agar kekerasan di dalam gereja ikut dibicarakan dengan pimpinan Gereja Katolik di Indonesia.

“Kita tidak hanya ingin kedatangan ini menjadi selebrasi, tetapi juga refleksi dan perbaikan dalam menangani kekerasan seksual,” tegasnya.

Sementara itu, Sr. Herdiana Randut, SSpS yang berbasis di Flores berkata, kehadiran paus di Indonesia merupakan kesempatan untuk mengapresiasi dan merenungkan peran perempuan di dalam gereja.

“Paus Fransiskus selalu menekankan bahwa gereja harus berpihak kepada kaum marginal, termasuk kaum perempuan.” katanya.

“Kunjungan ini merupakan momen berahmat bagi kita untuk merenung dan menilai sejauh mana kepedulian kita terhadap kelompok marginal tersebut,” katanya.

Suster itu berkata, ia dan rekannya telah ikut membantu para korban kekerasan seksual di Flores, daerah mayoritas Katolik, namun seringkali menghadapi berbagai kendala, termasuk sikap polisi yang apatis dan kurangnya pemahaman publik tentang kasus-kasus kekerasan.

“Ini membuat pekerjaan kami menjadi lebih sulit,” tambahnya.

Di sisi lain, kata dia, di beberapa daerah, “kami menghadapi masalah serius seperti kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anak kandung.”

“Praktik-praktik seperti ini sangat meresahkan dan membutuhkan perhatian lebih,” katanya.

Menurut Sr. Herdiana, faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka kekerasan antara lain adalah konsumsi alkohol, minimnya pengetahuan tentang hak-hak perempuan, dan ketidaksetaraan ekonomi.

Ia juga berkata, Gereja Katolik perlu memberi perhatian khusus pada isu-isu lingkungan yang berdampak pada perempuan.

Suster ini menyebut perjuangan kaum perempuan yang sedang menghadapi polemik proyek geotermal di Poco Leok, Keuskupan Ruteng. Mereka menentang proyek itu yang berada di lahan pertanian mereka.

“Kita tidak bisa mengabaikan dampak proyek-proyek besar seperti geotermal pada komunitas lokal, terutama perempuan yang seringkali menjadi kelompok terdampak secara langsung,” katanya.

“Gereja harus berperan dalam memastikan bahwa kebijakan dan proyek-proyek tersebut tidak mengabaikan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat lokal, termasuk Perempuan,” katanya.

“Keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diperhatikan dengan serius,” tambahnya.

Paus Fransiskus yang berangkat pada 2 September waktu Roma tiba di Jakarta pada 3 September.

Ia dijadwalkan menghadiri berbagai kegiatan, termasuk acara kenegaraan bersama Presiden Joko Widodo, kunjungan ke Masjid Istiqlal Jakarta, pertemuan dengan perwakilan gereja di Gereja Katedral Jakarta, dan Misa di Stadion Utama Gelora Karno.

Perjalanan apostolik pada 2-13 September merupakan perjalanan panjang dari 11 tahun masa kepausan Paus Fransiskus.

Dari Indonesia, paus berusia 87 tahun itu akan meneruskan perjalanan ke tiga negara lain, yakni Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura.

Editor: Herry Kabut

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

BACA JUGA

BANYAK DIBACA