Pindahkan Ruang Kelas ke Tenda Darurat di Bukit; Perjuangan Guru dan Pelajar Sekolah Negeri di Sikka demi Bisa Akses Sinyal Internet

Orang tua membangun tenda dan memfasilitasi penerangan untuk membantu guru dan pelajar yang kadang beraktivitas hingga malam hari di ‘Bukit Sinyal’

Floresa.co – Setiap kali butuh akses internet, guru dan peserta didik di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Sikka, Flores memindahkan ruang kelas ke atas bukit.

Guru dan pelajar SMP Negeri 1 Henga, Desa Henga, Kecamatan Talibura itu berjalan kaki mendaki Bukit Tobikulubelek, satu-satunya lokasi terdekat dengan sekolah yang terjangkau sinyal internet.

Warga setempat pun telah menamai bukit itu sebagai ‘Bukit Sinyal.’

Saking seringnya pelajar melakukan aktivitas di sana, orang tua peserta didik telah membangun tenda di bukit itu. 

Magdalena Inang Hope, 24 tahun, salah satu guru SMP Negeri 1 Henga berkata, mereka kerap melakukan aktivitas di sana saat pelajaran informatika dan ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer atau ANBK. Keduanya memang mengharuskan untuk terhubung dengan sinyal internet.

“Tidak ada pilihan lain selain memilih lokasi itu,” katanya kepada Floresa.

Padahal, jelasnya, sinyal di bukti itu juga tidak terlalu stabil. Kadang jaringan hilang muncul dan lemot, terutama ketika terjadi angin kencang.

Jika simulasi ANBK berjalan hingga malam hari, kata Inang, kesulitannya adalah pada penerangan.

Pekan lalu, sekolahnya menggelar simulasi ANBK bersama 32 peserta didik hingga pukul 20.00 Wita. 

Karena tidak ada penerangan, “kami pakai senter dari ponsel dan memanfaatkan cahaya dari chromebook,” perangkat sejenis laptop, yang merupakan bantuan pemerintah untuk sekolah.

Pelajar SMP Negeri 1 Hengar beraktivitas hingga malam di Bukit Sinyal. (Dokumentasi Floresa)

Ia berkata, tenda darurat yang dibangun orang tua murid juga “sangat apa adanya.” 

“Karena dibangun di atas lahan milik orang lain, ukurannya kecil. Kadang ada yang terpaksa duduk di tanah untuk mendengarkan pelajaran,” kata Inang.

Peran Orang Tua 

Silvia Shinta, Kepala Sekolah SMPN 1 Henga berkata, pihaknya terbantu karena partisipasi aktif orang tua murid.

Mereka  membantu sekolah dalam beberapa hal, seperti membersihkan Bukit Sinyal, membangun tenda darurat, menyiapkan genset hingga makanan bagi pelajar yang mengikuti simulasi ANBK.

“Di Henga masih kental gotong royong. Ketika kami kesulitan, mereka beramai-ramai membantu,” katanya.

Silvia Shinta, Kepala Sekolah SMPN 1 Henga sedang menerangkan beberapa materi sebelum memulai simulasi ANBK (Dokumentasi Floresa)

Sebelum memanfaatkan Bukit Sinyal, katanya, dua tahun lalu SMPN 1 Henga menyelenggarakan ANBK di Desa Nebe karena di sana jaringan internet bagus. Jaraknya dari Henga adalah 10 kilometer.

Namun, “saya sempat frustasi memikirkan nasib anak-anak,” kata Shinta.

“Pengeluaran selama berada di Nebe itu lumayan banyak. Mau minta anak-anak tambah uang untuk makan minum serta transportasi tentu tidak mungkin. Kasihan juga karena saya tahu orang tua mereka juga susah.”

Karena itu, katanya, ia senang ketika orang tua secara sukarela membersihkan Bukit Sinyal, mendirikan tenda sederhana dari bambu beratap terpal dan membuat bale-bale pengganti meja.

Orang tua pelajar SMPN 1 Henga sedang menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka yang sedang melakukan ujian ANBK. (Dokumentasi Floresa)

Meskipun tenda sangat darurat, “ujian berjalan dengan baik” di sana, katanya

Shinta berkata, dalam beberapa kesempatan, para pelajar memikul genset, sedangkan orang tua menyiapkan bekal dan turut mendampingi anak-anak mereka hingga selesai ujian di bukit itu.

Genset yang umumnya dibantu orang tua yang bekerja sebagai nelayan, katanya, amat membantu untuk penerangan dan pengisian baterai chromebook.”

Dua orang siswa SMPN 1 Henga, Desa Henga, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka sedang membawa genset untuk kebutuhan penerangan saat ujian ANBK. (Dokumentasi Floresa)

Guru Juga Kesulitan

Shinta berkata, kendala jaringan internet juga berdampak pada pelaksanaan tugas para guru.

Mereka sering terlambat mendapatkan informasi-informasi penting dari pemerintah, seperti dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sikka, katanya.

Demikian juga halnya ketika mengirim atau mengunggah berkas-berkas penting.

“Sekolah kami paling lambat. Biasanya terlambat dua sampai tiga hari,” katanya.

Ia berkata, untuk mengantisipasi kesulitan mengakses informasi penting dari pemerintah yang biasanya dibagikan via Grup WhatsApp, katanya, selama ini para guru mencari menitipkan ponsel saat ada teman mereka yang ke Bukit Sinyal.

“Dengan begitu, informasi yang dikirim melalui WhatsApp bisa kami tanggapi dengan segera,” katanya.

Pemerintah Perlu Beri Perhatian

Inang berkata, Kurikulum Merdeka yang sudah diberlakukan secara nasional saat ini “punya segudang utusan administrasi yang menuntut untuk selalu terhubung dengan jaringan internet.”

“Administrasi pakai digital semua. Kami harus buat modul, aksi nyata, harus buat media belajar kreatif dan inovatif. Bagaimana mau buat, jaringan internet saja tidak ada?” katanya.

Karena itu, ia berharap “pemerintah peka dan membangun jaringan di daerah kami.”

“Kasihan kan, kami sudah jauh dari kota, akses jalan rusak, ditambah lagi tak ada sinyal. Semoga mereka dengar dan mau respon kesulitan kami di Desa Henga,” katanya.

Pelajar SMPN I Henga sedang melakukan ujian ANBK di bawah tenda darurat yang dibangun orang tua. (Dokumentasi Floresa)

Inang berkata, hal yang membuatnya dan guru lain tetap semangat di tengah situasi demikian adalah peserta didik.

“Mereka pernah bilang ke saya, ‘Ibu, meskipun kami dari daerah pelosok, paling tidak kami tahu bagaimana membuka komputer dan mengakses internet, daripada tidak sama sekali. Kami malu kalau nanti sudah SMA dan kami tidak tau apa-apa.’” katanya.

“Ini yang memotivasi saya untuk semangat menjadi guru di daerah pelosok,” kata Inang.

Editor: Ryan Dagur

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini. Gabung juga di grup WhatsApp pembaca kami dengan klik di sini.

TERKINI

BANYAK DIBACA

BACA JUGA