Floresa. co – Pemerintah Kabupaten Flores Timur kembali menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki ke level awas, merespons erupsi dahsyat pada 20 Maret.
Saat erupsi yang terjadi pada pukul 22:56 Wita itu, dua warga – Hendrikus Saren Kwuta dan Wilibrodus Todoboli Kwuta – dilaporkan mengalami luka bakar.
Warga Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura itu sedang dirawat insentif di Rumah Sakit Umum dr. Fernandez Larantuka, yang berjarak 51,5 kilometer dari Gunung Lewotobi Laki-laki.
Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG], tinggi kolom abu saat erupsi mencapai 8.000 meter di atas permukaan laut.
Terdengar juga gemuruh dari gunung yang memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut itu.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan barat,” tulis PVMBG dalam pernyatan yang diterima Floresa pada 21 Maret.
PVMBG pun meminta warga untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 7 kilometer dari pusat erupsi dan sektoral Barat Daya, Utara, dan Timur Laut sejauh 8 Km.
“Masyarakat juga mewaspadai potensi banjir lahar hujan jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, terutama di daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, Nawakote,” tulis PVMB.
Erson Remigius Yos K. Soge, warga Dusun Podor, Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang berkata, peringatan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki sudah disampaikan pada pukul 10.00.
“Kami di Desa Boru sebetulnya selalu waspada,” katanya kepada Floresa pada 21 Maret.
Saat erupsi, kata dia, warga Boru sudah mengantisipasi, namun abu ternyata mengarah ke pantai selatan.
“Kami mendengar letusan besar satu kali dan sementara gemuruh panjang dua kali,” kata Erson.
Ia menjelaskan, abu vulkanis terbanyak turun di Desa Nobo sampai Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, sementa “di Boru hanya sedikit.”.
Menurut Badan Geologi, tanda-tanda gunung itu akan erupsi teramati secara visual pada 13-20 Maret.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, menjelaskan, selama periode itu aktivitas vulkaniknya meningkat cukup signifikan, dengan rata-rata tinggi kolom erupsi 1.000 hingga 2.500 meter.
Hingga saat ini, belum ada arahan dari pemerintah daerah agar warga mengungsi ke daerah lain.
Sebelumnya, gunung itu mengalami erupsi dahsyat pada 4 November 2024, menewaskan sembilan orang.
Salah satu di antara korban adalah biarawati Katolik, Suster Nikolin Padjo, SSpS, 59 tahun, yang meninggal ditimpa reruntuhan bangunan biara.
Ile Lewotolok Level Waspada
Berjarak ratusan kilometer ke arah timur dari Lewotobi Laki-laki, s Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata juga masih bertahan pada level waspada.
Ile Lewotolok tercatat lebih dari 200 kali erupsi dalam setahun belakangan.
Hanya dalam sepekan saja menjelang akhir April 2024, gunung api setinggi 1.455 meter di atas permukaan laut itu mencatatkan 173 kali erupsi.
Erupsi pertama gunung itu terjadi pada 27 November 2020 yang diawali dengan erupsi dengan tinggi kolom mencapai 500 meter.
Puncaknya pada 29 November 2020 dengan tinggi kolom erupsi lebih dari 4.000 meter di atas puncak.
Akibat bencana itu, tercatat lebih dari 6.237 dievakuasi, namun tidak ada korban jiwa.
Dalam pernyataan pada 21 Maret, kendati masih berada pada level normal, PVMBG juga meminta warga di sekitar Gunung Ile Werung maupun pengunjung untuk waspada dan direkomendasikan tidak mendekati dan mengunjungi kawah pada puncaknya.
Gunung itu telah mengalami 17 kali meletus besar, sejak sejarah erupsinya mulai tercatat pada 1870.
Editor: Ryan Dagur